1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanIndonesia

Omicron BA.5: Tidak Ada yang Sepenuhnya Terlindungi

Gudrun Heise | Rahka Susanto
14 Juni 2022

Kemunculan subvarian omicron BA.5 memunculkan pertanyaan mengenai seberapa bahaya varian tersebut? Pertanyaan lain adalah seberapa ampuh vaksin yang ada saat ini menghadapi varian baru ini?

https://p.dw.com/p/4CerZ
Ilsutrasi tes swab Covid-19
Munculnya subvarian omicron B.5 memunculkan lonjakan kasus di sejumlah negara.Foto: Sebastian Kahnert/dpa/picture alliance

Angka penularan Covid-19 secara global melonjak dengan kemunculan subvarian BA.5. Badan Kesehatan Dunia atau WHO  mengklarifikasikan subvarian ini sebagai “varian yang menjadi perhatian.” Para ahli dari badan Kesehatan di Jerman telah memperingatkan bahwa potensi penularan akan meningkat pada musim panas.
Robert Koch Institute (RKI), Lembaga pengawas masalah pandemi dan penyakit menular di Jerman, melaporkan minggu lalu bahwa subvarian omicron BA.4 dan BA.5 berkembang lebih cepat daripada varian lainnya. Subvarian ini juga menyebabkan sebagian besar lonjakan kasus Covid-19 di Jerman. Varian BA.5 hingga kini sudah menyumbang 10% dari kasus infeksi di Jerman. Jumlah itu dua kali lebih banyak dari minggu sebelumnya.

BA.5 dimulai di Afrika Selatan

Subvarian BA.5 telah menimbulkan kekhawatiran di Afrika Selatan pada awal Mei, tetapi gelombang berikutnya relatif kecil dan saat ini mereda.

Di Portugal, BA.5 menyebabkan 80% infeksi baru aklibat virus corona. Varian ini lebih menular dari pendahulunya, seperti BA.2. Selain lebih sulit untuk menemukan antibodi penetralisir, BA.5 lebih mudah menular daripada subvarian omicron lainnya.

Sebagaimana subvarian omicron lainnya, infeksi BA.5 lebih ringan daripada infeksi dengan jenis COVID lainnya, seperti delta. Sementara di Indonesia,Kementerian Kesehatan telah mengonfirmasi adanya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Namun menurut Kementerian Kesehatan subvarian ini memiliki tingkat kesakitan rendah pada pasien yang terkonfirmasi positif.

''Dari laporan itu disampaikan bahwa transmisi BA.4 maupun BA.5 memiliki kemungkinan menyebar lebih cepat dibandingkan subvarian omicron BA.1 dan BA.2. Kemudian tingkat keparahan dari BA.4 dan BA.5 disampaikan tidak ada indikasi menyebabkan kesakitan lebih parah dibandingkan varian omicron lainnya,'' ungkap Juru Bicara Kementeria Kesehatan, Mohammad Syahril pada konferensi pers  virtual, Jumat (10/6)

Apakah booster melindungi dari infeksi omicron?

Perlindungan yang diberikan oleh vaksin COVID atas infeksi di masa lalu perlahan-lahan berkurang seiring waktu karena turunnya tingkat antibodi. Itu berarti, tidak ada orang yang sepenuhnya terlindungi dari ancaman BA.5. Infeksi baru mungkin terjadi meskipun seseorang telah divaksinasi atau pernah terinfeksi sebelumnya.

Tetapi ada lebih sedikit kematian dan rawat inap di rumah sakit. Menurut para ahli, ini karena jutaan orang sudah divaksinasi atau memiliki antibodi, membuat kekebalan umum populasi lebih tinggi dibandingkan pada awal pandemi.

Namun demikian, RKI merekomendasikan agar orang tua dan orang-orang dalam kelompok berisiko mendapatkan vaksin booster lagi untuk perlindungan ekstra.

Lebih banyak infeksi tetapi kurang mematikan

Vaksin COVID yang tersedia saat ini menargetkan varian yang aktif pada awal pandemi. Namun, virus telah berevolusi dan mempertajam kemampuannya untuk menghindari antibodi yang ditawarkan oleh vaksin.

Meskipun demikian, BA.4 dan BA.5 tampaknya kurang berbahaya. Beberapa ahli mengatakan, itu karena varian baru lebih mungkin menginfeksi saluran pernapasan bagian atas daripada paru-paru, menyebabkan kematian lebih sedikit daripada sebelumnya, ketika paru-paru lebih terkena dampak.

Perlindungan terhadap infeksi dengan omicron

Periode waktu antara infeksi dan gejala awal lebih pendek pada varian omicron daripada di delta. Gejala awal rata-rata sekitar tiga hari. Perlindungan yang ditawarkan oleh vaksin dasar dua dosis terhadap infeksi omicron memang tidak optimal lagi, tetapi masih melindungi terhadap kasus penyakit yang parah.

Vaksin booster memastikan bahwa lebih banyak antibodi terbentuk dan menawarkan lebih banyak perlindungan. Meskipun omicron dengan berbagai subtipenya biasanya jauh lebih ringan daripada delta, gejala yang parah juga dapat terjadi pada kasus-kasus langka. Selain itu, belum jelas benar apa konsekuensi jangka panjang dari infeksi omicron. (rs/hp)