1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikArab Saudi

Negara Arab Rundingkan Rehabilitasi Politik bagi Suriah

14 April 2023

Konferensi di Jeddah, Arab Saudi, diadakan untuk menyambut kembali Suriah dari isolasi sejak Musim Semi Arab 2011. Mencairnya ketegangan di Timur Tengah dimungkinkan oleh pulihnya relasi Iran dan Arab Saudi.

https://p.dw.com/p/4Q45D
Faisal bin Farhan bertemu Faisal Mekdad in Jeddah
Menlu Saudi, Faisal bin Farhan (ki.) menyambut Menlu Suriah, Faisal Mekdad (ka.) di JeddahFoto: SAUDI PRESS AGENCY/REUTERS

Menteri luar negeri dan pejabat tinggi dari lima negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), ditambah Mesir, Irak dan Yordania, berkumpul di Jeddah, Jumat (14/4), atas undangan Arab Saudi. Mereka di sana untuk membahas pemulihan keanggotaan Suriah di Liga Arab.

Damaskus dikucilkan sejak Musim Semi Arab 2011 silam. Dengan bantuan Iran dan Rusia, pemerintahan Bashar al-Assad secara brutal menumpas pemberontakan oposisi pro-demokrasi di Suriah. 

Sebagai dampaknya, lebih dari setengah juta nyawa melayang dan separuh populasi terpaksa mengungsi.

Ketegangan mulai mencair sejak pemulihan hubungan diplomasi antara Arab Saudi dan Iran yang dimediasi Cina. Puncaknya pada Rabu (12/4), Menteri Luar Negeri Suriah, Faisal Mekdad, diundang ke Jeddah untuk membahas "langkah-langkah yang diperlukan” demi memulihkan status Damaskus.

Harapan damai di Timur Tengah

Liga Arab akan bertemu pada Mei mendatang di Arab Saudi. Diyakini, konferensi akan dibayangi protes Barat terhadap rencana pemulihan keanggotaan Suriah.

Rehabilitasi Suriah mengirimkan "pesan kepada kelompok oposisi bahwa pada akhirnya Assad akan menang dan para donor asing telah mengkhianati mereka,” kata Aron Lund, peneliti di wadah pemikir AS, Century International.

"Kesepakatan bilateral dengan Arab Saudi dan negara lain memang sudah diinginkan Damaskus sejak lama,” timpal pakar Suriah, Sam Heller.

Pertemuan di Jeddah didahului pembukaan kedutaan besar Iran di Riyadh, pemulihan hubungan diplomasi antara Bahrain dan Qatar, serta negosiasi damai antara Saudi dan pemberontak Houthi di Yaman. 

Pada Jumat (14/4), pemerintah pusat Yaman dukungan Riyadh bertukar 900 tawanan perang dengan kelompok pemberontak. Saudi berjanji akan terus berupaya mengakhiri perang di Yaman yang berkecamuk sejak 2015. 

Fokus di dalam negeri

Saudi dan Iran sejak lama beradu pengaruh di Timur Tengah, termasuk dengan mengobarkan perang proksi di Suriah dan Yaman. Analis mengatakan, pulihnya hubungan kedua negara meniupkan harapan damai dan menyiratkan perubahan mendasar pada tatanan geopolitik di Teluk Persia.

Saudi diyakini berkepentingan mendamaikan kawasan agar bisa fokus menggarap proyek-proyek kolosal di dalam negeri.

Satu-satunya penolakan terhadap rencana rehabilitasi Suriah datang dari Qatar. Kamis (13/4) malam, Perdana Menteri Sheikh Mohammed bin Jassim al-Thani, mengklaim "belum ada proposal yang masuk, semua hanya spekulasi,” tukasnya dalam sebuah wawancara di televisi.

Liga Arab menyaratkan konsensus umum untuk setiap keputusan. Namun seorang diplomat Saudi meragukan bahwa semua negara akan menyetujui rehabilitasi Suriah. "Pertemuan ini diniatkan untuk mengatasi perbedaan di Teluk soal Suriah sebanyak mungkin,” kata sang diplomat kepada AFP.

"Saudi sedang berusaha memastikan agar Qatar tidak menolak kembalinya Suriah ke Liga Arab, jika isunya ditentukan melalui pencoblosan,” pungkasnya.

rzn/hp (rtr,afp)