1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

NATO Serahkan Laporan Tentang Serangan Udara Kontroversial di Kunduz

29 Oktober 2009

Pemerintah di Berlin, Kamis (29/10), menerima laporan NATO mengusut kasus serangan udara kontroversial di Kunduz, Afghanistan.

https://p.dw.com/p/KItj
Inspektur Jenderal militer Jerman Wolfgang Schneiderhan.
Inspektur Jenderal militer Jerman Wolfgang Schneiderhan.Foto: picture-alliance/ dpa

Laporan itu sama sekali tidak menyebutkan jumlah pasti berapa warga sipil yang tewas dalam serangan udara dan yang lebih penting lagi apakah warga sipil yang menjadi korban memang sukarela membantu Taliban dalam pembajakan dua truk tanki itu atau mereka hanyalah penonton.

Laporan NATO itu menyebutkan terdapat 17 hingga 142 orang yang terbunuh dalam serangan udara di Kunduz awal September lalu dan membuktikan bahwa para penyidik juga tidak mampu mengungkap kasus kontroversial itu. Walau pun jika terdapat 30 hingga 40 warga sipil di antara korban tewas, menurut inspektur jenderal Bundeswehr Wolfgang Schneiderhahn di Berlin, Kamis (29/10), masih tetap tidak jelas apakah yang tewas dalam serangan itu terlibat atau tidak dalam pembajakan truk tanki dan pembunuhan para pengemudinya.

"Menurut penilaian saya, ini menunjukkan bahwa serangan udara yang dilakukan ketika itu secara militer dapat dibenarkan,“ kata Schneiderhahn.

Schneiderhahn langsung memotong pertanyaan para jurnalis dan mengatakan saat ini laporan NATO itu digolongkan sebagai rahasia.

Kurangnya rincian mengenai isi laporan itu dapat berarti bahwa kolonel Jerman Georg Klein yang memerintahkan serangan udara Amerika Serikat di Afghanistan tidak akan dituntut berkaitan dengan perintahnya itu. Klein sendiri sudah kembali ke pangkalan asalnya di Sachsen, Jerman, dan bersikeras bahwa dirinya tidak secara ceroboh mempertaruhkan nyawa warga sipil.

Kolonel Klein waktu itu khawatir Taliban akan menggunakan truk tanki yang dibajak untuk menyerang kamp militer Jerman Bundeswehr terdekat di Kunduz. Ulrich Kirsch, pemimpin serikat kerja tentara Jerman, membela Kolonel Klein dan meminta agar serangan udara 4 September dipandang dari konteks situasi perang.

"Saat ini, kami menggunakan sistem hukum Jerman di Afghanistan untuk membuat penilaian. Situasinya tentu lain jika dari segi hukum internasional kami mengakui bahwa masalah itu bukanlah konflik internasional. Karena bila demikian halnya, kami berada di bawah hukum perang dan kondisinya berbeda," ujar Kirsch.

Kirsch menambahkan bahwa situasi akan tetap sulit bagi para perwira di lapangan dalam menentukan apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak untuk melindungi serdadu sendiri dan warga sipil di lapangan.

"Saya dari dulu juga sudah berulang kali, mengusulkan penggunaan sistem persenjataan yang berbeda. Kami 'kan harus dapat mempertahankan diri. Termasuk penggunaan panser howitzer. Senjata yang sesuai dengan kondisi lapangan, dapat mengeluarkan tembakan peringatan agar warga sipil yang berada di medan pertempuran dapat lari menyelamatkan diri. Dan kemudian dengan senjata yang sama dapat menghancurkan sasaran seperti truk tanki itu,“ jelas Kirsch.

Dalam beberapa hari mendatang, laporan NATO tersebut akan berada di meja Menteri Pertahanan Jerman yang baru Karl Theodor zu Guttenberg. Pendahulunya, Franz Josef Jung, yang bersikeras tidak ada korban sipil yang tewas dalam serangan udara itu, kini menjadi menteri tenaga kerja.

Hardy Graupner/Luky Setyarini

Editor: Dewi Gunawan-Ladener