1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertanyaan yang Belum Terjawab

7 September 2009

Sejumlah pertanyaan masih belum terjawab menyangkut serangan berdarah Bundeswehr di Kundus. Fokus perhatian adalah alasan untuk memerintahkan serangan tersebut. Jendral McChrystal berjanji akan mengusut tuntas kasus ini.

https://p.dw.com/p/JTTW
Menteri Pertahanan Jerman Franz Josef JungFoto: picture-alliance/ dpa / Fotomontage: DW

Meski baru dimulai, proses penyidikan oleh NATO terhadap insiden serangan udara yang diduga ikut menewaskan warga sipil di Afghanistan utara itu telah berhasil menguak sejumlah informasi penting.

Seperti yang dilaporkan oleh harian Washington Post, tim penyidik menyebut jumlah korban yang tewas mencapai 125 orang. Setidaknya belasan korban tidak teridentifikasi sebagai anggota milisi bersenjata Taliban.

Harian terbitan Amerika Serikat tersebut ikut menyelidiki mengapa Bundeswehr memerintahkan serangan udara hanya dengan menggunakan satu sumber informasi sebagai bahan pertimbangan. Dalam foto udara yang dibuat sesaat sebelum serangan, tampak 100 orang mengitari dua truk bermuatan bahan bakar yang dicuri oleh Taliban, demikian bunyi laporan Washington Post.

Hilangnya Rantai Informasi

Sebuah kantor berita menyebutkan, penyidikan terhadap insiden berdarah itu juga akan menyentuh masalah komunikasi antara perwira Jerman dengan pilot angkatan udara Amerika Serikat. Hal itu disinggung oleh Laksamana Muda marinir AS, Gregory Smith yang memimpin komisi penyidikan yang beranggotakan sepuluh orang tersebut.

Pemerintah Afghanistan dan NATO sabtu lalu (05/9) mengirimkan penyidik ke lokasi kejadian di utara Afghanistan. Meskipun demikian masih terdapat banyak celah informasi yang diperkirakan akan memakan waktu untuk menyusun data lengkapnya.

Yang pasti, militer Jerman yang tergabung dalam pasukan internasional ISAF meminta bantuan udara pada hari kamis malam lalu, setelah Taliban membajak dua truk bermuatan bensin di jalan menuju ibukota Kabul.

Seorang perwira Jerman memerintahkan pelemparan bom terhadap kedua truk tersebut. Namun selebihnya masih belum jelas, berapa orang yang menjadi korban pada malam itu dan apakah di antaranya terdapat warga sipil.

Celakanya sebagian besar korban sudah dikuburkan, sehingga mempersulit proses penyelidikan. Selain itu, di samping gerilayawan Taliban, terdapat banyak petani di Kundus yang mau dibayar untuk menyerang pasukan asing.





Serangan Preventif untuk Membela Diri

Militer Jerman sendiri berdalih, dua truk bermuatan bensin yang dibajak Taliban dapat digunakan untuk menyerang markasnya di Kundus. Hal itu berulangkali ditekankan oleh Menteri Pertahanan Jerman, Franz Josef Jung yang kini berada di bawah tekanan Politik, baik di Jerman maupun dalam Uni Eropa. Jung juga menampik adanya dugaan warga sipil yang ikut menjadi korban.

Panzer Marder Afghanistan ISAF schnelle Eingreiftruppe Flash-Galerie
Bundeswehr memerintahkan angkatan udara AS untuk membom dua truk bensin yang dibajak Taliban lantaran diduga akan digunakan untuk menyerang markas militer Bundeswehr di Kundus.Foto: picture-alliance/ dpa

"Hingga saat ini saya belum dapat mengkonfirmasikan informasi tersebut. Bagi kami semuanya harus diusut secara menyeluruh. Tapi orang harus dapat melihat bahwa pembajakan terhadap dua truk bensin itu merupakan ancaman bagi serdadu kita dan sebab itu menjadi lazim bagi kami untuk membela diri," ujarnya.

Sebaliknya pemerintah Afghanistan menyebut belasan warga sipil ikut menjadi Korban. Bahkan panglima besar NATO, Jendral McChrystal yang menjanjikan perlindungan menyeluruh bagi warga sipil Afghanistan, memastikan pernyataan yang diumumkan oleh pemerintah di Kabul.

Bahwa kematian warga sipil telah dipastikan oleh berbagai pihak, menjadi beban bagi pemerintah Jerman. Khususnya bagi Menteri Pertahanan Franz Josef Jung, situasi politik di dalam negeri terutama menjelang pemilihan umum legistlatif, akan menjadi bara di kursi. Jung sendiri kini mendapat hujan kritik dari pelbagai arah.

Bara di Dalam Negeri

Kepala komisi pertahanan di parlemen Jerman, Bundestag Ulrike Merten mencurigai, Jung berusaha menutup-nutupi sesuatu. Sementara Ketua Fraksi Partai Hijau, Jürgen Trittin, menyesalkan kerugian yang harus ditanggung Jerman yang disebabkan oleh insiden tersebut.

"Saat ini Jerman terisolasi dari Uni Eropa. Menteri Pertahanan bersikeras menyebut, bahwa di sana tidak ada warga sipil yang menjadi korban. Padahal penyeldikan berkata lain. Kanselir Merkel sebab itu harus mengupayakan, agar Jerman dalam situasi ini tidak kehilangan muka di dunia internasional," tandasnya kepada wartawan.

Bagi NATO insiden ini merupakan pukulan telak yang semakin memperburuk sentimen negatif terhadap pasukan asing di Afghanistan. Panglima Besar NATO, Jendral McChyrstal sebelumnya telah menyebutkan, perlindungan dan keamanan menyeluruh bagi penduduk sipil menjadi prioritas tertinggi dalam strategi baru NATO di Afghanistan.

Seberapa serius McChrystal dengan janjinya itu, tampak dari kunjungan dadakannya ke lokasi kejadian di Kundus. Ia menyempatkan berbicara dengan perwakilan pemerintah lokal dan mengunjungi rumah sakit di ibukota Provinsi.

Sementara itu Kanselir Jerman Angela Merkel yang mengumumkan digelarnya Konfrensi Afghanistan berupaya mengambil jarak dari menteri pertahanan yang sebenarnya berasal dari partai yang sama.

Afghanistan Verletzete in Kundus nach NATO Luftangriff
Korban serangan udara AS yang diperintahkan oleh Bundeswehr Jerman. NATO menyebut korban yang tewas mencapai 125 orang. 40 di antaranya menurut Kabul merupakan warga sipilFoto: AP

"Saya ingin menekankan mengenai insiden di Kundus, bahwa pemerintah Jerman dan saya pribadi menginginkan pembentukan komisi penyidikan oleh NATO yang akan mengungkap kejadian sesungguhnya dan apakah ada warga sipil yang menjadi korban. Jika memang ada warga sipil yang menjadi korban, maka saya akan sangat menyayangkan hal tersebut," ujar Merkel.

RN/CS//afp/dpa/rtr