1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sepak Bola

Lionel Messi - Bintang Tak Pernah Melejit dengan Sendirinya

25 Juni 2018

Mengapa Lionel Messi tak pernah menjadi bintang saat bermain bagi timnas Argentina dan selalu gagal memberikan yang terbaik? Simak opini Andibachtiar Yusuf.

https://p.dw.com/p/30A76
Fußball WM 2018 Gruppe D Argentinien - Kroatien Lionel Messi
Foto: picture-alliance/AA/F. Aktas

"Seperti apa Andibachtiar Yusuf melakukan produksinya?” tanya seorang peserta workshop saat itu, di kota Bogor sekitar tahun 2010. "Kru lapangan adalah partner kerja saya, mereka membantu saya menyiapkan segala sesuatunya agar para aktor bisa nyaman dan leluasa berkreasi di set,” Saya selalu mengibaratkan apa yang saya kerjakan seperti apa yang biasa dilakukan oleh para manajer top  sepakbola dunia. Bagi Jose Mourinho, para pemain adalah properti berharga yang harus dijaga, disiapkan segala kebutuhannya, dimanjakan dan dilepaskan dalam arahannya.

Indonesien Andibachtiar Yusuf
Foto: Andibachtiar Yusuf

Mou (demikian ia kerap dipanggil) membebaskan para pemainnya berkreasi dalam koridor yang telah ia tentukan. Pemain baginya hanyalah bagian dari sebuah skema. Ornamen-ornamen yang semuanya harus bisa disatukan, tugas yang Mou dan tim lakukan adalah memberikan layanan kelas satu bagi para pemain itu agar mereka tak lagi memikirkan kapan harus pijit, apakah rumput di lapangan cukup lembab atau siapa akan mencuci pakaian latihan mereka.

Di bawah seorang Direktur Utama

Dalam aturan Mou, dirinya adalah seorang Direktur Utama dan para staf adalah partner kerja yang ia pimpin mengarahkan para pemainnya. Jadi jika para pemain kemudian bermain tak sesuai dengan yang ia harapkan, jangan ragu menerima bentakan seperti yang konon pernah diterima Cristiano Ronaldo di ruang ganti, akibat sang megabintang memaksa mengambil penalt8 ketika kondisi psikisnya tidak sebaik Luca Modric.

"Bagiku kau hanyalah bagian dari tim, di sini akulah sang bintang,” demikian umpat Mou pada CR7 walau yang bersangkutan berhasil mencetak gol dari titik putih. Kepatuhan adalah hal utama, bagi Mou ketika manajemen klub mempercayai dirinya memimpin sebuah tim maka ia adalah orang yang paling bertanggung jawab bagi segala hasil dan kejadian.

Filosofi yang sama dimiliki juga oleh Sir Alex Ferguson, ia bahkan tegas menyatakan bahwa para pemain tanpa dirinya bukanlah siapa-siapa. Tanyakan pada David Beckham yang pernah merasakan dilempar sepatu olehnya ketika Becks mempertanyakan keputusan penggantian dirinya pada sebuah pertandingan. Bagi Fergie, perdebatan tentang keputusan yang harus ia ambil hanya boleh dilakukan oleh staf pelatih, para pemain adalah para seniman yang ia beri ruang berkreasi dalam skema yang ia berikan. Jadi, adu mulut tentang peran seorang pemain—sebesar apapun gaji dan pendapatan sponsornya—bukanlah tema yang gemar ia alami.

Mengadaptasi cara orang-orang besar itu setiap berproduksi

Bagi saya, bintang pada sebuah produksi film adalah sutradara, karena ialah yang dipercaya oleh produser untuk memimpin sebuah tim produksi. Para kru bagi saya adalah partner kerja saya, orang-orang terdekat yang akan menerjemahkan visi yang saya inginkan agar visualisasi yang saya inginkan bisa terjadi. Para pemain sekaliber almarhum Alex Komang sekalipun atau bahkan Slamet Rahardjo adalah seperti Lionel Messi atau Mohamed Salah hari ini, adalah para seniman yang saya biarkan berkreasi sesuai kesenangan mereka dalam koridor kerja yang saya inginkan.

Barcelona menciptakan Lionel Messi menjadi seorang pemain hebat, mata awam akan memuja Messi setinggi langit. Padahal aksi terbaik diberikan oleh seluruh rekan Messi untuk membuat si megabintang menjadi tampak fenomenal. Tak ada sifat jumawa pada Sergio Busquets, Anders Iniesta, Xavi Hernandez sampa Ivan Rakitic atau Luis Suarez saat ini karena kerja utama adalah hasil tim. Sang mega bintang boleh tersemat pada si Messias, tetapi hasil tim adalah hasil yang dicatat di papan-papan skor manapun.

Ini sebab mengapa Messi tak pernah menjadi bintang di Argentina, selalu gagal memberikan yang terbaik. Di sana ia "dipaksa” untuk melayani teman-temannya, sementara si nomor 10 ini adalah orang yang terus dilayani di klub asalnya. Filosofi kerja keras tim menjadi lumer jika melihat apa yang mereka coba capai dengan menjadikan Messi sosok paling penting dalam tim. Seolah lupa bahwa para pemain lain adalah faktor tak kalah penting dalam permainan.

Jika Anda pernah menyaksikan The Darkest Hour karya Joe Wright, mungkin Anda akan semakin paham analogi saya ini. Bagaimana seorang Gary Oldman menjadi tampak beraksi luar biasa berperan sebagai Sir Winston Churchill dan kemudian menggondol gelar Aktor Terbaik Academy Award 2018. Tak satupun aktor/aktris lain bermain cacat, tidak Ben Mendehlson, Kristin Scott Thomas, Ronald Pickup sampai Stephen Dillane, semua bermain prima luar biasa dengan satu misi tertentu, yakni menjadikan Gary Oldman tokoh utama yang akan terus dikenang oleh publik sinema dunia. Sama seperti hari ini dan di kemudian hari nanti kita akan mengenang Lionel Messi sebagai salah satu legenda sepakbola dunia yang nyaris selalu memberi aksi memukau.

Penulis: Andibachtiar Yusuf (ap/vlz) adalah filmmaker, pengamat bola & traveller

@andibachtiar