1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kenapa Jerman Jadi Tujuan Suaka Pelarian Vietnam?

David Hutt
27 Oktober 2023

Banyak pelarian asal Vietnam yang melihat Jerman sebagai negara ideal untuk berlindung dari kejaran kediktaturan komunis di Hanoi. Kepercayaan itu tumbuh setelah sebuah insiden penculikan di ibu kota Berlin.

https://p.dw.com/p/4Y6Mm
Vu Quoc Dung dan Frank-Walter Steinmeier
Pegiat Vietnam, Vu Quoc Dung, menerima penghargaan HAM dari Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier (ka.).Foto: Bernd von Jutrczenka/dpa/picture alliance

Pada bulan September lalu, Nguyen Bac Truyen, seorang pegiat kebebasan beragama asal Vietnam yang dibui tahun 2018 karena dakwaan subversi, akhirnya tiba di Jerman. Di sana, dia bergabung dengan setengah lusin rekan senegaranya yang juga mencari suaka di Eropa. Dalam sebuah unggahan di Facebook, Truyen mengaku diizinkan melakukan perjalanan dari Vietnam ke Jerman bersama istrinya.

Sejak tahun 2018, Jerman menjadi surga alternatif bagi kaum oposisi Vietnam. Di masa lalu, mereka biasanya mengasingkan diri ke Amerika Serikat, menurut sejumlah peneliti.

"Saya menghargai kebebasan. Dibebaskan dan tinggal di tempat lain selain tanah air saya, Vietnam, adalah sesuatu yang tidak diinginkan siapa pun, namun ini adalah satu-satunya pilihan untuk menghindari hukuman penjara yang tidak adil, dan memungkinkan saya untuk bersatu kembali dengan istri saya," kata Truyen kepada Radio Free Asia tak lama setelah tiba di Jerman.

Salah satu tokoh oposisi Vietnam pertama yang menerima suaka di Jerman adalah pengacara hak asasi manusia Nguyen Van Dai. Dia dibebaskan lebih awal dari hukuman kurung selama 15 tahun dan diizinkan berangkat ke Jerman pada tahun 2018, ketika kedua negara sedang bersitegang setelah dinas rahasia Vietnam menculik seorang buronan di Berlin.

Sejak itu, beberapa pembangkang lain memilih melarikan diri ke Jerman, termasuk blogger Bui Thanh Hieu, yang diasingkan pada tahun 2021. Fenomena ini dibenarkan seorang sumber DW yang menolak menyebutkan nama karena alasan keamanan.

Is Vietnam set to replace China as the world's factory?

Lebih dari 100.000 orang Vietnam di Jerman

Vietnam adalah negara satu partai yang berhaluan komunis, dan tercatat sebagai salah satu negara paling represif di Asia. Saat ini, pemerintah Vietnam mengurung 178 aktivis di penjara. Risiko serupa dihadapi 386 pendukung opsosisi lain, menurut 88Project, sebuah kelompok advokasi hak asasi manusia di Vietnam.

"Terkesan jumlah pembangkang yang keluar semakin sedikit. Saya rasa, hal ini terjadi karena pemerintah Vietnam memperketat kontrol di perbatasan,” kata Phil Robertson, wakil direktur Divisi Asia Human Rights Watch.

Menurut data resmi, terdapat 103.000 warga negara Vietnam yang tinggal di Jerman pada akhir tahun 2020, banyak di antaranya kini sudah menjadi warga negara.

"Sebagian besar warga Vietnam yang tinggal di sini setia kepada negara dan menghadiri acara-acara yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Vietnam. Mereka juga hanya menonton VTV4." kata Marina Mai, seorang jurnalis Vietnam di Berlin merujuk pada saluran televisi pemerintah. Selain, itu, warga diaspora juga banyak menyumbang devisa lewat pengiriman uang ke kampung halaman.

Semua itu, tambahnya, adalah apa yang diinginkan pemerintah di Hanoi dari "Viet Kieu”, istilah untuk orang Vietnam di perantauan.

Scholz seeks closer economic ties in Vietnam

Rasa aman berkat ketegasan di Berlin

Meskipun relasi diplomasi antara kedua negara telah banyak membaik, bulan Agustus lalu pemerintah Jerman memperingatkan "konsekuensi diplomatik yang serius,” jika Hanoi berupaya menculik Nguyen Thi Thanh Nhan, seorang pegiat yang mendapat suaka demi menghindari kejaran otoritas Vietnam. Beberapa bulan sebelumnya, dia dijatuhi hukuman 30 tahun penjara secara in-absentia atas tuduhan korupsi.

"Setelah insiden Trinh Xuan Thanh, Jerman telah mengamati aktivitas aparat intelijen Vietnam dengan lebih cermat. Hal ini mungkin membuat para pembangkang Vietnam merasa lebih aman untuk tinggal di Jerman,” kata Le Hong Hiep, peneliti senior di ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura. .

Le Trung Khoa, penerbit situs berita Thoibao.de di Berlin, meyakini bahwa pemerintah Jerman saat ini "sedang bersikap tegas terhadap negara-negara komunis dan otoriter seperti Vietnam atau Cina, di mana hak asasi manusia diabaikan."

"Ketika para aktivis mencari perlindungan di Jerman, mereka memiliki lebih banyak peluang untuk terus mempromosikan kebebasan dan demokrasi di negara mereka dan di seluruh dunia,” tambah Khao.

rzn/hp