1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
TravelVietrnam

Vietnam Jadi Tujuan Wisata Favorit Baru di Asia Tenggara

Tommy Walker
7 Juli 2023

Industri pariwisata mulai pulih setelah COVID, pakar industri mengatakan Vietnam menjadi tujuan favorit wisatawan ke Asia Tenggara. Namun Thailand tampaknya akan tetap jadi tujuan utama.

https://p.dw.com/p/4TZgl
Halong Bay di Vietnam
Halong Bay adalah salah satu daya tarik wisata utama VietnamFoto: Alexandra Schuler/dpa/picture alliance

Vietnam dengan cepat menjadi salah satu tujuan wisata paling populer di Asia Tenggara. Di negara ini, para turis bisa menikmati beragam lanskap, seperti pantai, sawah, pegunungan, dan kota-kota yang ramai.

Menurut laporan Google Destination Insights, Vietnam adalah tujuan wisata ketujuh yang paling banyak dicari dari bulan Maret hingga Juni, dan menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang masuk dalam urutan destinasi favorit 20 besar.

Popularitas Vietnam terlihat dari meningkatnya jumlah kedatangan internasional. Administrasi Pariwisata Nasional Vietnam mengumumkan pada bulan Juni bahwa negara tersebut telah menerima lebih dari 5,5 juta pengunjung asing dalam enam bulan pertama tahun 2023, melebihi jumlah kedatangan internasional pada keseluruhan tahun 2022.

Pariwisata Vietnam diprediksi terus tumbuh

Sektor pariwisata Vietnam menetapkan target 8 juta pengunjung untuk sisa tahun 2023. Namun biro pariwisata negara itu memperkirakan jumlahnya kemungkinan akan meningkat menjadi 10 juta.

Bobby Nguyen, ketua agen perjalanan Rustic Hospitality Group, mengatakan kepada DW bahwa peningkatan tersebut terutama datang dari turis Cina, India, dan Korea.

"Cina telah membuka kembali pasar outbound ke Vietnam dan pasar India telah berkembang sejak 2022," kata Bobby Nguyen.

Nguyen menambahkan bahwa penggunaan media sosial dan pengaruh grup perjalanan dalam skala besar juga membantu meningkatkan popularitas Vietnam di mata pariwisata internasional.

"Punya banyak saluran komunikasi online seperti Facebook, Instagram, TikTok atau saluran promosi di Google atau saluran jejaring lainnya juga adalah cara tercepat untuk mempromosikan citra Vietnam ke dunia," kata dia.

Hanoi berbenah permudah pemberian visa

Baru-baru ini, Hanoi menyetujui kebijakan visa baru untuk pengunjung internasional yang tiba di negara tersebut, membebaskan visa dari 15 hari menjadi 45 hari untuk negara tertentu. Selain itu, bagi pengunjung dari negara yang memenuhi syarat untuk mengajukan visa elektronik ke Vietnam, visa sekarang akan berlaku hingga 90 hari, baik dengan entri tunggal maupun ganda. Perubahan ini akan mulai berlaku pada 15 Agustus.

Gary Bowerman, analis pariwisata yang berkantor di Kuala Lumpur, Malaysia, mengatakan perubahan visa ini akan meningkatkan sektor pariwisata. 

"Ada peningkatan, dan selama enam bulan ke depan, Anda akan melihat wisatawan ke Vietnam meningkat. Saya pikir ini akan menjadi sangat kuat, dan Anda akan melihat pertumbuhan, utamanya karena sekarang pasar Cina telah kembali," katanya kepada DW.

Salah satu nilai jual Vietnam adalah daerah tujuan wisata yang masih kurang dikenal. Negara ini juga menawarkan peluang pariwisata dan bisnis, kata Bowerman.

"Sekarang, banyak anak muda ingin belajar lebih banyak tentang negara ini. Saya pikir ada banyak hal tentang Vietnam yang tidak begitu terkenal. Saya pikir Thailand mungkin lebih dikenal. Ada sensasi penemuan dan mistisisme tentang Vietnam. Ini adalah negara tempat orang ingin berinvestasi, tempat mereka ingin berbisnis, dan mereka ingin bepergian," tambahnya.

Industri pariwisata Vietnam optimistis

Bagi perusahaan travel/perjalanan di Vietnam, kebijakan visa baru dan prospek kedatangan internasional yang lebih banyak sangatlah menarik.

"Saya tidak sabar menantikan apa yang terjadi," kata Max Lambert, pemilik Fuse Hostels & Travel.

Fuse baru saja membuka dua hostel di kota populer Hoi An akhir pada tahun lalu, tetapi Lambert yakin perusahaannya akan dapat beroperasi mendekati tingkat sebelum pandemi.

"Kami melihat dalam tiga bulan terakhir peningkatan substansial dalam jumlah tamu internasional yang menginap di hostel," ujar Lambert kepada DW, seraya menambahkan bahwa tingkat booking di tempatnya telah kembali ke level 2019. 

Thailand masih jadi juara

Meski demikian, secara keseluruhan kedatangan turis internasional ke Vietnam masih jauh dari tingkat sebelum pandemi. Pada 2019, ada hampir 19 juta kedatangan internasional. Ini berarti Vietnam masih harus berusaha lagi bila ingin menyaingi pariwisata di Thailand, kata Lambert.

"Thailand masih mendapatkan pertumbuhan jumlah wisatawan yang lebih banyak. Thailand adalah pemain besar di kawasan ini, Vietnam akan membutuhkan waktu lama untuk mencapai level itu," ujarnya.

Bobby Nguyen dari agen perjalanan Rustic Hospitality Group mengatakan Vietnam harus meningkatkan beberapa bidang untuk memaksimalkan potensinya sepenuhnya.

"Pariwisata adalah ekonomi terpadu, koordinasi antara kementerian dan sektor terkait harus erat. Infrastruktur, termasuk sistem jalan tol, kereta api, dan jalan tidak setara dengan perkembangan pariwisata," katanya.

"Perlu ada pendidikan ulang dan pelatihan personel baru yang bekerja di industri pariwisata untuk memenuhi kualitas layanan kepada wisatawan," tambahnya.

Pada akhir tahun 2023, diperkirakan ada 20 juta pengunjung ke Thailand. Industri pariwisata Thailand memang punya target untuk kembali ke level 2019, ketika negara tersebut menyentuh rekor kedatangan internasional hingga 39 juta.

"Thailand merebut kembali tempatnya sebagai negara yang paling banyak dikunjungi dan negara pariwisata yang dominan di kawasan. Ini tidak akan berubah. Pariwisata ke Thailand berjalan sangat baik," kata analis pariwisata Gary Bowerman.

"Namun, sebelum pandemi, Vietnam benar-benar tidak dilihat sebagai penantang, tetapi tentu saja ada kekuatan yang baru muncul. Vietnam dilihat sebagai tujuan besar berikutnya dalam pariwisata di Asia Tenggara," tambahnya.

(ae/hp)