1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiAsia

Inflasi Benamkan 68 Juta Penduduk Asia ke Jurang Kemiskinan

Mahima Kapoor
25 Agustus 2023

Kaum perempuan di negara berkembang Asia termasuk yang paling terdampak oleh krisis kesehatan dan lonjakan biaya hidup. Tanpa intervensi yang memadai, kemunduran pascapandemi akan melukai perkembangan jangka panjang.

https://p.dw.com/p/4VX9b
Antrean pembagian roti gratis di Kabul, Afganistan
Antrean pembagian roti gratis di Kabul, AfganistanFoto: Ali Khara/REUTERS

Pandemi COVID-19 yang disusul lonjakan inflasi tahun lalu mendorong hampir 68 juta penduduk Asia ke jurang kemiskinan, menurut laporan Bank Pembangunan Asia (ADB).

Diperkirakan, sekitar 152,2 juta penduduk Asia hidup di bawah kemiskinan ekstrem. Jumlah tersebut meningkat 67,8 juta dibandingkan masa sebelum pandemi dan inflasi tinggi, tulis ADB.

Kemiskinan ekstrem menandai kelompok berpenghasilan sebesar USD2,15 (setara Rp32 ribu) per hari, atau berkisar di bawah Rp1 juta per bulan. Angka tersebut belum disesuaikan dengan kenaikan inflasi akibat perang di Ukraina yang melumpuhkan rantai suplai makanan global.

Berjuang Melepas Lilitan Kemiskinan yang Menjerat Perempuan

Kendati secara umum pemulihan ekonomi di kawasan Asia Pasifik berjalan lancar, "krisis ganda ini mengancam upaya pengentasan kemiskinan,” kata ekonom ADB, Albert Park.

"Dengan memperkuat jejaring pengaman sosial bagi warga miskin dan membibit investasi dan inovasi yang menciptakan peluang pertumbuhan dan lapangan kerja, negara-negara di kawasan bisa kembali bangkit.”

Pada 2021, ADB memperkirakan jumlah manusia yang jatuh ke jurang kemiskinan ekstrem bertambah 80 juta orang dibandingkan tahun sebelumnya. 

Korban dari kaum miskin dan perempuan

Kaum miskin menjadi kelompok yang paling terdampak oleh kenaikan harga bahan pangan, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lain. Tingginya biaya hidup diyakini ikut menyusutkan tabungan jaminan kesehatan, pendidikan, atau jaminan jangka panjang lain.

Perempuan juga tergolong korban terbesar karena berpenghasilan lebih rendah ketimbang laki-laki dan rentan bekerja tanpa upah.

Pertanian Urban Peluang Swasembada dan Pengurangan Emisi

Menurut ADB, kaum miskin biasanya harus membayar lebih mahal untuk membeli kebutuhan pokok atau mengakses jasa. 

"Rumah tangga berpenghasilan rendah biasanya harus membeli produk dalam kemasan kecil, yang pastinya lebih mahal ketimbang membeli kemasan besar. Mereka juga cendrung berada di pemukiman informal dengan tingginya risiko kesehatan yang berdampak pada ongkos pengobatan.”

Pada 2030, diperkirakan 1,26 miliar penduduk di Asia akan rentan secara ekonomi. Kerentanan ditafsirkan melalui pendapatan antara USD3,65 hingga 6,85 atau sekitar Rp100 ribu per hari, setara Rp3,1 juta per bulan.

Laporan tersebut mengimbau pemerintahan di Asia mencegah krisis bereskalasi dengan memperkuat jejaring pengaman sosial. Bantuan juga diperlukan untuk sektor pertanian, antara lain dengan mempermudah akses kredit keuangan, pembangunan infrastruktur, dan inovasi teknologi.

(rzn/hp)