1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiAsia

Apa Agenda Lawatan Kanselir Jerman Olaf Scholz di Cina?

Yuchen Li
15 April 2024

Kanselir Jerman Olaf Scholz menjalani misi pelik menyeimbangkan relasi UE dan Cina saat bertandang ke Beijing. Lawatan Scholz dilatari perpecahan di Eropa mengenai Cina sebagai mitra atau rival dan kompetitor.

https://p.dw.com/p/4elSG
Kanselir Olaf Scholz
Kanselir Jerman Olaf Scholz tiba di CinaFoto: Michael Kappeler/dpa/picture alliance

Sejak Sabtu (13/4) lalu, Kanselir Jerman Olaf Scholz sudah bertolak ke Cina dalam misi diplomatik selama tiga hari. Lawatan itu akan mencapai puncaknya di hari terakhir, dalam pertemuan dengan Presiden Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Keqiang di Beijing, Selasa (16/4).

Scholz membawa delegasi ekonomi tingkat tinggi dan dikabarkan mengagendakan defisit perdagangan antara Uni Eropa dan Cina. Dia juga diyakini akan menyinggung invasi Rusia di Ukraina serta kebijakan agresif Beijing terhadap Taiwan, negara jiran yang diklaim milik Cina.

Kunjungan ini adalah yang kedua bagi Scholz, setelah sebelumnya melawat ke Cina pada November 2022.

Simalakama berbisnis dengan Cina

Banyak yang sudah berubah sejak sang kanselir terakhir kali berjejak di kota Beijing. Tahun lalu, Berlin untuk pertama kalinya merilis "Strategi terhadap Cina," yang didesain untuk mengurangi kebergantungan bisnis kepada Tiongkok, serta menyelaraskan perekonomian Jerman dengan strategi UE "mengurangi risiko" dan mendiversifikasi rantai suplai.

Namun susunan anggota delegasi yang dibawa Scholz kali ini justru membiaskan gairah bisnis yang besar, karena dipenuhi petinggi eksekutif industri Jerman.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Bagi Zsuzsa Anna Ferenczy, bekas penasehat politik di Parlemen Eropa dan asisten guru besar di National Dong Hwa University, Taiwan, separasi ekonomi antara Jerman dan Cina memang "tidak berkesan akan menjadi realita."

"Pertanyaannya adalah kenapa Scholz melawat ke Beijing sekarang?," tanyanya, dan menilai kunjungan itu sebagai bagian dari proses "bagaimana Jerman belajar hidup dengan komitmennya sendiri."

Philippe Le Corre, pakar Cina di Asia Society Policy Institute, ASPI, mengatakan bahwa Jerman pun sedang terbelah mengenai relasi dengan Cina. Perselisihan itu tidak cuma membelah koalisi partai politik, tapi juga industri dan pelaku usaha, kata dia.

"Ada setidaknya dua jenis kelompok bisnis, termasuk mereka yang ingin berinvestasi lebih banyak di Cina dan mereka yang menganggap Cina sebagai kompetitor."

Beijing 'geram' oleh penyelidikan UE

Cina sendiri punya serangkaian ganjalan terhadap Uni Eropa. Salah satunya adalah investigasi Komisi Eropa terhadap dugaan subsidi negara pada mobil elektrik Cina.

Penyelidikan diumumkan bulan September lalu. Jika terbukti mengandung subsidi, UE akan menetapkan tarif impor yang lebih tinggi terhadap kendaraan elektrik buatan Cina demi melindungi produsen di dalam negeri.

Kedutaan Besar Cina untuk UE menyebut penyelidikan tersebut "tidak adil," meski memilih bersikap kooperatif, "karena kami ingin menghindari situasi di mana kedua pihak saling membalas dengan hambatan dagang."

German chancellor heads to China for three-day visit

Philippe Le Corre, analis ASPI, menilai Scholz harus berinisiatif membahas isu-isu tersebut dalam kunjungannya ke Beijing. Betapapun juga, Jerman adalah mitra dagang terbesar Cina di Uni Eropa. Menurutnya, pemerintah di Beijing bisa dipastikan akan menyinggung investigasi UE kepada Scholz.

Tebang pilih anggota Uni Eropa

Upaya diplomatik Cina tidak hanya terbatas pada Jerman semata. Mei mendatang, Presiden Xi dijadwalkan berkunjung ke Eropa dan bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Le Corre meyakini, Xi akan berusaha memanen komitmen bilateral, "karena Cina adalah juara dalam mengadu domba negara-negara Eropa."

Noah Barkin, penasehat senior Rhodium Group di Cina, mengatakan UE membangun posisi tawar ekonomi yang lebih kuat melalui instrumen perdagangan dan agenda keamanan ekonomi.

Tapi, dia juga mewanti-wanti betapa "posisi tawar yang kuat bisa luruh dengan cepat jika para pemimpin Eropa mengirimkan isyarat yang berbeda-beda kepada Beijing."

Dalam konteks ini, Ferenczy menilai Scholz harus membawa pesan solid dari Eropa, bahwa "perdagangan dengan Cina harus diseimbangkan." Jika tidak, menurutnya, "saya kira kunjungan Scholz kali ini hanya melayani kepentingan Jerman saja."

rzn/hp