1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Dunia Digital

Jutaan Orang Tinggalkan WhatsApp Akibat Masalah Privasi Data

Kristie Pladson
19 Januari 2021

Banyak orang meninggalkan WhatsApp setelah aplikasi ini mengubah kebijakan privasinya. Pengguna khawatir data mereka digunakan oleh Facebook dan beralih ke aplikasi rival yang menawarkan perlindungan data lebih unggul.

https://p.dw.com/p/3o6i0
Aplikasi WhatsApp
Foto: Ritchie B. Tongo/EPA/dpa/picture alliance

Usai Whatsapp mengumumkan perubahan kebijakan privasi datanya, jutaan pengguna aplikasi pertukaran pesan ini mulai beralih ke layanan alternatif dalam semiggu terakhir.

Menurut firma analisis aplikasi seluler Sensor Tower, aplikasi Signal yang merupakan pesaing WhatsApp, mencatat kenaikan unduhan sebesar 17,8 juta, dalam periode 5 hingga 12 Januari, naik dari hanya 285.000 unduhan pada minggu sebelumnya.

Aplikasi serupa lainnya, Telegram, mencatat kenaikan 15,7 juta unduhan selama periode yang sama, dua kali lipat lebih banyak dibanding 7,6 juta unduhan pada minggu sebelumnya. Selain itu, aplikasi bertukar pesan berbayar Threema yang sebagian besar melayani negara-negara berbahasa Jerman, juga mendapati kenaikan jumlah unduhan. Meski aplikasi ini tidak sepopuler aplikasi pertukaran pesan lainnya, namun Threema diyakini memiliki sensitivitas tinggi terhadap perlindungan data.

"Unduhan akan terus meningkat," kata kepala Pemasaran & Penjualan Threema, Roman Flepp, kepada DW. "Minggu lalu kami mencatat unduhan harian 10 kali lebih banyak daripada hari biasa. Jadi ada ratusan ribu pengguna baru setiap hari. Itu banyak sekali,‘‘ tambahnya.

Kekhawatiran pengguna aplikasi mencuat

Sementara itu, unduhan WhatsApp berkurang menjadi 10,6 juta, turun dari jumlah unduhan 12,7 juta pada minggu sebelumnya. WhatsApp pun segera mengeluarkan klarifikasi, dan mengumumkan bahwa mereka akan menunda pembaruan kebijakan hingga 15 Mei.

"Saya tidak terkejut bahwa orang-orang tidak benar-benar tahu apa yang harus mereka setujui dibandingkan dengan hal-hal yang sudah mereka setujui sebelumnya," kata Supervisor Perlindungan Data Eropa Wojciech Wiewiorowski kepada DW. Pengumuman WhatsApp kepada penggunanya "sangat singkat" dan "sepele," katanya.

"Sejak orang-orang sadar akan konsentrasi pasar, dan fakta bahwa semakin sedikit perusahaan yang ada dan berarti perusahan-perusahaan itu memegang kendali lebih besar atas informasi online, situasi terkait pembagian data antar layanan menciptakan beberapa keraguan bagi pengguna," katanya.

Pada awal Januari, pengguna WhatsApp menerima pesan pop-up yang mengumumkan tentang pembaruan kebijakan privasi aplikasi tersebut. Setelah diamati lebih teliti ada pemberitahuan bahwa semua akun yang tidak menyetujui persyaratan baru pada batas waktu 8 Februari akan ditangguhkan atau dihapus.

Banyak kekhawatiran dan kebingungan pun mencuat. Pembaruan tersebut dianggap tidak jelas bagi banyak orang, dan kebijakan privasi yang direferensikan ke Facebook membuat pengguna khawatir bahwa konten pesan mereka akan dibagikan kepada raksasa media sosial itu.

Sementara, Facebook mendapat banyak kritik akibat kebijakan privasi datanya yang dianggap buruk. Reaksi negatif dari pengguna tersebut mendorong WhatsApp untuk mengeluarkan klarifikasi dan menunda perubahan hingga Mei.

'Data adalah hal yang berharga di zaman kita'

Meskipun ada penundaan tiga bulan, pembaruan yang dimaksudkan akan tetap sama.

Perubahan diperlukan untuk memungkinkan pengguna mengirim pesan ke pelaku bisnis melalui WhatsApp, kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan. Aturan baru ini mengklarifikasi bahwa komunikasi dengan sektor bisnis lewat WhatsApp mungkin dihosting di server Facebook.

Ini "mungkin langkah pertama untuk menghasilkan uang dan mendapatkan keuntungan dari investasi luar biasa yang mereka lakukan pada tahun 2014 ketika Facebook membeli WhatsApp," kata Flepp dari Threema. "Seperti yang kita semua tahu, data pengguna adalah hal yang berharga di zaman kita. Saya pikir sebenarnya itulah yang menjadi kontroversi saat ini,’’ tambahnya.

Namun, perubahan tersebut tidak akan diterapkan secara global. Perubahan untuk pengguna Eropa menghilangkan aturan detail yang diumumkan untuk wilayah lain. Rencana untuk mengaktifkan akun Facebook Pay agar pengguna dapat "membayar sesuatu di WhatsApp" tidak termasuk dalam aturan pembaruan Eropa. 

Hukum perlindungan data di Eropa termasuk yang terkuat di dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, otoritas data Eropa mengambil tindakan yang semakin agresif terhadap raksasa perusahaan telekomunikasi.

Di Eropa, "orang harus menjelaskan dengan hati-hati apa yang sebenarnya akan dilakukan dengan data yang diberikan orang lain," kata Wiewiorowski, menjelaskan sebuah konsep yang dikenal sebagai "persetujuan yang diinformasikan."

"Selain itu, jika kami memberikan persetujuan, kami harus ingat bahwa kami juga dapat menarik persetujuan kami."

"Persetujuan itu berarti Anda dapat menariknya kapan saja...Dan Anda tidak perlu menjelaskan apa pun," tambahnya. "Anda bisa mengatakan, 'Saya tidak menyetujui hal-hal yang saya setujui sebelumnya.' Dan menarik persetujuan harus semudah ketika memberikan persetujuan itu,‘‘ tambahnya.

Apa alternatifnya?

Wiewiorowski menekankan bahwa orang perlu memutuskan sendiri media sosial apa yang nyaman mereka gunakan. Banyak yang memilih aplikasi pertukaran pesan yang mengklaim perlindungan data superior.

Pengguna Signal dapat mengirim pesan pribadi atau grup serta dokumen, gambar, dan file suara dan video dengan mode end-to-end encryption yakni penerapan enkripsi pada suatu perangkat sehingga hanya perangkat yang dikirim yang dapat mendekripsinya. Aplikasi ini juga memiliki fitur panggilan suara dan video, serta privasi di layar, alat anti-pengawasan dan pesan menghilang.

Kebijakan privasi langsung Signal menyatakan bahwa data tidak ditautkan ke identitas pengguna juga tidak disimpan di server perusahaan. Orang terkaya di dunia, Elon Musk, mendukung layanan tersebut setelah WhatsApp mengumumkan perubahan kebijakannya. Seminggu kemudian, Signal nampaknya mendapat atensi dari banyak pengguna sehingga aplikasinya down sepanjang hari. Dalam sebuah tweet, Signal menghubungkan masalah teknis tersebut dengan lonjakan pengguna baru.

Telegram adalah aplikasi gratis lain yang menggunakan end-to-end encryption. Aplikasi tersebut menggunakan sistem yang membagi kunci dekripsi menjadi dua bagian sehingga "tidak pernah disimpan di tempat yang sama dengan data yang dilindungi," menurut situs web perusahaan.

Karena sifatnya yang aman, dalam beberapa tahun terakhir Telegram menjadi semakin populer di kalangan ahli teori konspirasi dan kelompok ekstremis.

Threema yang berbasis di Swiss adalah aplikasi pertukaran pesan berbayar dengan end-to-end encryption. Threema membuat sesedikit mungkin data disimpan di server perusahaan. Salah satu hal yang membuat Threema unik adalah bahwa setiap pengguna diidentifikasi dengan ID 8-digit bukan dengan nomor ponsel mereka, sehingga menambah tingkat privasi data lainnya.

"Yang sangat spesial tentang Threema," Flepp menambahkan, "bahwa kami adalah penyedia layanan Swiss Eropa. Jadi kami tidak tunduk pada hukum AS."

"Sebagian besar layanan lain berbasis di AS, dan seperti yang kita semua tahu, bukan negara dengan perlindungan privasi terbaik,‘‘ tambahnya.

(pkp/rap)