1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman Tidak Jadi Stop Operasional Tiga PLTN yang Tersisa?

Richard Connor
4 Agustus 2022

Kanselir Jerman Olaf Scholz telah membuka kemungkinan untuk melanjutkan penggunaan tiga pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang tersisa di tengah kekhawatiran krisis energi.

https://p.dw.com/p/4F5vN
Pembangkit listrik tenaga nuklir Isar
Isar adalah salah satu dari tiga pembangkit listrik tenaga nuklir yang dijadwalkan akan ditutup pada akhir 2022Foto: Peter Kneffel/picture alliance

Kanselir Olaf Scholz pada hari Rabu (03/08) mengungkap kemungkinan untuk memperpanjang pemanfaatan tiga pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Jerman yang kini masih beroperasi. Sebelumnya pada tahun 2011, Jerman dilaporkan akan menghentikan penggunaan energi atom dan PLTN terakhir yang tersisa akan ditutup pada akhir tahun 2022.

Namun, semakin banyak politisi yang memperdebatkan penundaan penutupan PLTN di tengah kekhawatiran krisis energi yang timbul akibat invasi Rusia ke Ukraina. Masalah ini memecah belah anggota koalisi pemerintahan.

Apa yang dikatakan Kanselir Scholz?

Ketika mengunjungi sebuah pabrik di Jerman barat, di mana turbin gas vital ditempatkan, Kanselir Olaf Scholz menjawab pertanyaan tentang memperpanjang masa pakai PLTN, dengan mengatakan bahwa penggunaan fasilitas nuklir yang dimaksud hanya relevan untuk sebagian kecil dari produksi listrik. "Namun demikian, itu bisa masuk akal (lanjut menggunakan tenaga nuklir)," katanya.

Sebelumnya, pemerintah Jerman mengatakan bahwa alternatif energi terbarukan adalah kunci untuk memecahkan krisis energi negara itu. Namun, Scholz menyebut opsi itu tidak dapat segera dilakukan di beberapa bagian Jerman, seperti Bayern.

"Perluasan kapasitas saluran listrik, dari jaringan transmisi di selatan, tidak berkembang secepat yang direncanakan," katanya. "Kami akan mendukung semua wilayah Jerman dengan cara terbaik sehingga pasokan energi untuk semua warga negara dan semua perusahaan dapat dijamin sebaik mungkin."

Jerman dan pemanfaatan tenaga nuklir

Opsi menutup PLTN sudah direncanakan sejak lama. Pemerintah Sosial Demokrat, di bawah kepemimpinan Gerhard Schröder, telah mengumumkan bahwa Jerman akan berhenti menggunakan tenaga nuklir pada tahun 2022.

Penerus Schröder, Angela Merkel pada awalnya berusaha memperpanjang umur instalasi pembangkit nuklir yang ada hingga akhir tahun 2037. Dia memandang tenaga nuklir sebagai "teknologi penghubung" untuk menopang negara sampai alternatif baru dapat ditemukan. Namun pada tahun 2011, Merkel memutuskan untuk menghantikan penggunaan energi atom, setelah bencana nuklir Fukushima di Jepang.

Tenaga nuklir menyumbang 13,3% dari pasokan listrik Jerman pada tahun 2021, yang dihasilkan dari enam pembangkit listrik, tiga di antaranya telah dinonaktifkan pada akhir tahun 2021. Sementara tiga PLTN lainnya, yakni Emsland, Isar, dan Neckarwestheim, dijadwalkan akan berhenti beroperasi di akhir tahun 2022.

Kebutuhan untuk mengisi kesenjangan energi muncul setelah Rusia secara dramatis mengurangi pengiriman gas ke Jerman melalui pipa Nord Stream 1. Para pejabat di Berlin mengatakan Kremlin berusaha menghukum negara itu - yang sangat bergantung pada gas Moskow - atas dukungannya terhadap Ukraina dan karena menerapkan sanksi terhadap Rusia.

Untuk sementara waktu, Jerman akan menyalakan pembangkit listrik tenaga batu bara dan minyak dalam upaya untuk mengatasi krisis listrik yang membayangi.

Kanselir Scholz dan Menteri Energi Jerman Robert Habeck dari Partai Hijau sebelumnya telah mengesampingkan penundaan penghentian tenaga nuklir. Anggota ketiga dari koalisi Scholz, Demokrat Bebas Neoliberal, telah menyuarakan dukungan untuk perpanjangan tersebut, seperti juga blok CDU-CSU. Namun, Berlin akan menunggu hasil "stress testing" (pengujian daya tahan untuk menentukan batas) baru jaringan listrik Jerman sebelum memutuskan untuk menghentikan penggunaan PLTN.

(ha/yf)