1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiJepang

Jerman Salip Jepang Jadi Ekonomi Terbesar Ketiga di Dunia

15 Februari 2024

Data ekonomi resmi Jepang menunjukkan bahwa negara ini telah tergelincir ke dalam resesi teknikal dan kini berada di belakang Jerman sebagai negara dengan ekonomi terbesar keempat di dunia.

https://p.dw.com/p/4cPeO
Foto ilustrasi ekonomi Jepang
Perekonomian Jepang merosot ke posisi keempat, digantikan oleh JermanFoto: Kanshiro Sonoda/Yomiuri Shimbun/AP/picture alliance

Jerman mengambil alih posisi Jepang sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia, demikian menurut data resmi pada hari Kamis (15/02/2024).

Hal itu terjadi karena menurut angka-angka terbaru dari Tokyo, perekonomian Jepang tergelincir ke dalam resesi.

Data pemerintah menunjukkan Produk Domestik Bruto (PDB) nominal Jepang untuk tahun 2023 mencapai 4,2 triliun dolar, sementara Jerman mencapai 4,5 triliun dolar menurut angka terbaru.

Yen merosot lebih dari 18% terhadap dolar pada tahun 2022 dan 2023. Ini termasuk depresiasi 7% tahun lalu, yang sebagian terjadi karena Bank of Japan (BOJ) mempertahankan suku bunga negatif.

Sementara untuk euro yang digunakan di Jerman, kurang lebih stabil terhadap dolar secara keseluruhan pada periode yang sama.

India siap salip Jerman dan Jepang?

Ekonomi Jerman dan Jepang menghadapi masalah utama yang kurang lebih sama yaitu kekurangan tenaga kerja, penurunan angka kelahiran, dan populasi yang menua, tetapi Jepang tampaknya menghadapi masalah yang lebih parah dibanding Jerman.

Data menunjukkan bahwa meskipun ekonomi tumbuh 1,9% secara keseluruhan, tahun lalu ekonomi Jepang mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut.

Kontraksi dua kuartal berturut-turut biasanya dianggap sebagai definisi resesi teknis.

Selama bertahun-tahun, Jepang merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia setelah AS, sampai akhirnya disalip oleh Cina pada tahun 2010.

Dan India, negara dengan mayoritas 1,4 miliar penduduknya berusia di bawah 35 tahun, dan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi, diproyeksikan akan melompati Jerman dan Jepang untuk menjadi yang terbesar ketiga di dunia di belakang Amerika Serikat dan Cina, mungkin dalam waktu dekat.

Baik Jepang, dengan populasi sekitar 125 juta orang, dan Jerman yang jauh lebih kecil dengan populasi sekitar 83 juta orang, dikenal di seluruh dunia sebagai pengekspor barang-barang manufaktur kelas atas, dengan contoh yang paling jelas adalah sektor otomotif.

Foto Bank of Japan (BOJ)
Tidak seperti bank sentral utama lainnya, Bank of Japan (BOJ) tetap mempertahankan suku bunga negatif.Foto: Kazuhiro Nogi/AFP/Getty Images

Perkiraan BOJ bisa berubah?

Data terbaru dari Jepang ini kemungkinan besar akan mempengaruhi perkiraan BOJ yang sebelumnya menyebut bahwa kenaikan upah akan mendorong konsumsi dan memungkinkan bank sentral untuk menghentikan stimulus.

"Ada risiko bahwa perekonomian dapat menyusut lagi pada kuartal Januari-Maret karena melambatnya pertumbuhan global, lemahnya permintaan domestik, dan dampak dari gempa bumi di Jepang bagian barat," kata Takuji Aida, kepala ekonom Credit Agricole, kepada kantor berita Reuters.

"BOJ dapat dipaksa untuk menurunkan secara tajam perkiraan PDB-nya yang cerah" untuk tahun 2023 dan 2024, tambahnya.

Meski begitu, beberapa analis mengatakan bahwa pasar tenaga kerja Jepang yang ketat dan rencana belanja perusahaan yang kuat, telah membuat rencana BOJ untuk keluar dari kebijakan moneter yang sangat longgar tetap bertahan.

"Meskipun kontraksi kedua berturut-turut dalam PDB di Q4 akan menunjukkan bahwa ekonomi Jepang sekarang dalam resesi, survei bisnis dan pasar tenaga kerja menceritakan kisah yang berbeda," kata Marcel Thieliant, kepala Asia-Pasifik di Capital Economics, kepada Reuters.

"Bagaimanapun juga, pertumbuhan akan tetap lesu tahun ini karena tingkat tabungan rumah tangga telah berubah menjadi negatif," tambahnya.

bh/gtp (AFP, Reuters)