1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman Pertimbangkan Menambah Pasukannya di Lituania

7 Februari 2022

Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht mengatakan pasukan tambahan dapat dikerahkan ke negara Baltik di tengah ketegangan regional dengan Rusia. Dia juga membela keputusan Berlin tidak memasok senjata ke Ukraina.

https://p.dw.com/p/46c86
Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht kunjungi Lituania
Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht saat mengunjungi Lituania pada Desember 2021Foto: Kay Nietfeld/dpa/picture alliance

Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht mengatakan bahwa Jerman tidak menutup kemungkinan mengirim pasukan tambahan ke Lituania seiring peningkatan aktivitas militer Rusia di dekat Ukraina.

"Kami (Jerman) telah memberikan kontribusi yang sangat penting di Lituania, di mana kami adalah satu-satunya negara di Uni Eropa yang memiliki grup pertempuran," kata Lambrecht dalam wawancara dengan Funke Media Group yang akan dipublikasikan secara online pada hari Minggu (06/02).

Kelompok pertempuran tersebut yang dikenal sebagai NATO, aliansi militer yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS), Jerman, Kanada, dan Inggris, dimaksudkan untuk menghentikan serangan di kawasan itu dan mengulur waktu bagi pasukan tambahan NATO untuk mencapai garis depan.

"Pada prinsipnya, pasukan tambahan tersedia sebagai bala bantuan, dan kami sedang dalam pembicaraan dengan Lituania saat ini untuk mencari tahu apa yang sebenarnya mungkin dalam situasi ini," tambahnya.

Selain itu, jet tempur Eurofighter akan dikerahkan ke Rumania untuk melakukan pemantauan udara.

"Semua pihak di NATO dapat mengandalkan kami," kata Lambrecht yang mengunjungi Lituania dalam perjalanan luar negeri pertamanya pada Desember 2021.

Jerman telah menjadi negara terdepan dalam operasi NATO di Lituania selama lima tahun dan menerjunkan sekitar setengah dari 1.200 pasukan unit multinasional di negara itu.

Peta persebaran pasukan NATO di Eropa Tengah dan Timur
Peta persebaran pasukan NATO di Eropa Tengah dan Timur

Lambrecht bela sikap Jerman menolak mempersenjatai Ukraina

Lambrecht juga membela penolakan Jerman untuk memasok senjata ke Kiev, setelah kedutaan besar Ukraina di Jerman mengirim daftar permohonan ke kementerian luar negeri dan pertahanan di Berlin. Daftar tersebut termasuk permohonan pasokan sistem pertahanan rudal, peralatan untuk peperangan elektronik, kacamata penglihatan malam, radio digital, stasiun radar, dan ambulans militer.

"Sudah lama menjadi sikap yang jelas dari pemerintah federal, bahkan dalam periode legislatif sebelumnya, bahwa kami tidak mengirimkan senjata ke daerah-daerah krisis agar tidak meningkat lebih jauh di sana," katanya.

"Dalam konflik Ukraina, kami memiliki mitra negosiasi yang telah kembali ke meja perundingan ... Itulah mengapa sekarang tugas kami untuk mengurangi eskalasi. Kami ingin menyelesaikan konflik ini secara damai," tegas Lambrecht.

Sementara itu, keberangkatan Kanselir Jerman Olaf Scholz ke Washington pada hari Minggu (06/02) menandai dimulainya langkah diplomatik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan dengan Rusia.

Sebelumnya, dalam wawancara pada hari Rabu (02/02), Scholz mengatakan sekutu-sekutu Jerman "tahu persis" apa posisi Berlin. Scholz juga diperkirakan akan menyambut para kepala negara dan pemerintahan negara-negara Baltik di Berlin pada Kamis (10/02) mendatang, dengan fokus pembicaraan pada krisis Ukraina dan situasi keamanan di Eropa Timur.

Pada tanggal 14 dan 15 Februari, pemimpin Jerman itu diagendakan melakukan perjalanan ke Kiev dan Moskow.

AS: Rusia telah mengumpulkan 70% persenjataan militer

Moskow telah membantah berencana untuk menyerang Ukraina. Namun, mereka telah mengumpulkan puluhan ribu tentara di dekat perbatasan tetangganya tersebut.

Rusia telah mengumpulkan setidaknya 70% dari senjata militer yang kemungkinan akan siap digunakan pada pertengahan Februari untuk memberi Presiden Vladimir Putin pilihan untuk meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina, demikian kata pejabat AS mkan pada hari Minggu (06/02).

Menanggapi penumpukan militer Rusia di dekat Ukraina, Washington telah memerintahkan sekitar 3.000 tentara tambahan untuk memperkuat sayap timur NATO di Polandia dan Rumania. Kloter pertama telah tiba pada hari Sabtu (05/02) di pangkalan militer Rzeszow di tenggara Polandia.

Pergerakan Belarus

Maxar Technologies, sebuah perusahaan swasta AS, pada hari Minggu (06/02) menerbitkan citra satelit yang menunjukkan rincian manuver militer di perbatasan Belarus dengan Ukraina.

Gambar menunjukkan bahwa unit militer dipersenjatai dengan rudal, beberapa peluncur roket dan jet tempur telah dikerahkan ke Belarus di tiga lokasi dekat perbatasan dengan Ukraina.

Rusia dan Belarusia telah mengatakan mereka akan mengadakan latihan bersama pada tanggal 10-20 Februari yang bertujuan sebagai pelatihan untuk mencegah serangan di perbatasan selatan aliansi mereka.

Solusi diplomatik lebih mungkin daripada invasi

Pejabat senior AS telah mengatakan kepada anggota parlemen AS bahwa invasi Rusia skala besar dapat menyebabkan tewasnya 50.000 warga sipil dan memicu krisis pengungsi di Eropa, demikian laporan The New York Times pada hari Sabtu (06/02).

Kantor Kepresidenan Ukraina menekankan pada hari Minggu (06/02) bahwa peluang untuk menyelesaikan ketegangan yang meningkat dengan Rusia melalui diplomasi tetap lebih besar daripada sebuah serangan.

"Penilaian situasi yang jujur ​​menunjukkan bahwa peluang menemukan solusi diplomatik untuk deeskalasi masih jauh lebih tinggi daripada ancaman eskalasi lebih lanjut," kata penasihat kepresidenan Mykhailo Podolyak dalam sebuah pernyataan.

NATO telah mengerahkan empat unit tempur multinasional dengan total sekitar 5.000 tentara di Polandia, Lituania, Latvia, dan Estonia. Mereka dikerahkan sebagai tanggapan atas pencaplokan wilayah Krimea oleh Rusia dari Ukraina pada tahun 2014.

rap/ha (dpa, Reuters)