1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Hukum dan Pengadilan

Jelang Putusan Sidang Kasus Kematian George Floyd

20 April 2021

Juri bersiap untuk mempertimbangkan apakah Derek Chauvin bersalah atas kematian George Floyd, pria kulit hitam yang ditangkap atas tuduhan penggunaan uang kertas palsu.

https://p.dw.com/p/3sGQ1
Jaksa penuntut, Steve Schleicher
Jaksa penuntut Steve Schleicher saat argumen penutup sidang kasus kematian George Floyd, 19 April 2021Foto: Court TV/AP/picture alliance

Para juri duduk diam, jauh dari sorotan kamera setelah tiga minggu lamanya mendengar kesaksian dalam persidangan terdakwa Derek Chauvin atas kematian George Floyd. Hingga hari Selasa (20/04) para juri belum terlihat, tetapi mereka kini tengah mempertimbangkan putusan yang dengan gelisah dinantikan oleh banyak orang.

Dewan juri yang terdiri dari enam orang kulit putih dan enam orang kulit hitam atau multiras ditetapkan untuk bermusyawarah penuh pertama kalinya. Para juri yang anonim atas perintah hakim ini diasingkan hingga sampai mereka mencapai putusan. Mereka hanya punya waktu beberapa jam setelah hari Senin (19/04) dihabiskan untuk mendengarkan argumen penutup dari Jaksa dan pembela.

Chauvin, 45, didakwa dengan pembunuhan tingkat dua, pembunuhan tingkat tiga, dan pembunuhan tak berencana. Semua ini mengharuskan juri untuk menyimpulkan apakah tindakannya adalah "faktor penyebab substansial"' dalam kematian George Floyd dan apakah penggunaan kekuatan olehnya tidak masuk akal.

Apa argumen jaksa penuntut?

Steve Schleicher, jaksa penuntut di kantor Kejaksaan Agung Minnesota, mengatakan bahwa Chauvin bersalah atas pembunuhan ketika dia menekan leher Floyd dengan lutut selama 9 menit 29 detik dalam percobaan penangkapannya pada Mei tahun lalu.

"Menghadapi George Floyd hari itu tidak membutuhkan satu ons keberanian," kata Schleicher. "Yang diperlukan hanyalah sedikit belas kasih dan tidak ada yang ditampilkan pada hari itu."

Chauvin yang berkulit putih mendorong lututnya ke leher Floyd di luar toko kelontong setelah Floyd mencoba membeli rokok dengan uang palsu pecahan $ 20. Floyd, pria kulit hitam berusia 46 tahun itu telah dalam keadaan diborgol,. 

Rekaman ekstensif video kematian Floyd dari berbagai sudut menjadi inti dari kasus ini. Para juri telah menghabiskan waktu berjam-jam menonton ulang video tersebut di ruang sidang.

"Percayalah pada mata Anda," kata Schleicher. "Kasus ini persis seperti yang Anda pikirkan saat melihatnya pertama kali, saat Anda melihat video itu."

Dia mengatakan kepada anggota juri bahwa Chauvin menggunakan kekerasan yang tidak masuk akal, dan karenanya ilegal, saat menekan tubuh Floyd dan membuatnya kehabisan oksigen.

Dengan napas terakhirnya Floyd meminta tolong, kata jaksa penuntut, tetapi Chauvin tidak memberikan bantuan. "George Floyd bukanlah ancaman bagi siapa pun," kata Schleicher. "Dia tidak mencoba menyakiti siapa pun."

Apa kata pembela?

Pembela berpendapat bahwa Chauvin telah bertindak secara wajar tetapi Floyd meninggal karena penyakit jantung dan penggunaan obat-obatan terlarang, bukan akibat tindakan Chauvin.

Berdasarkan undang-undang, polisi diberi keleluasaan tertentu untuk menggunakan kekerasan dan tindakan mereka seharusnya dinilai sesuai dengan apa yang akan dilakukan oleh "petugas yang berakal sehat" dalam situasi yang sama. Poin ini berulang kali ditekankan oleh pembela.

Pengacara utama Chauvin, Eric Nelson, mengatakan dia berperilaku selayaknya "petugas polisi yang masuk akal," dan mengatakan bahwa dia mengikuti aturan pelatihannya selama masa tugas 19 tahun di kepolisian.

"Anda harus memperhitungkan bahwa petugas juga manusia, dapat membuat kesalahan dalam situasi yang sangat menegangkan," tegasnya. 

Mempertimbangkan keadaan yang saat itu dihadapi Chauvin, Nelson mengatakan bahwa menekan leher Floyd adalah "penggunaan kekuatan yang diizinkan." Posisi tengkurap seperti pada saat Floyd ditahan, menurutnya, "secara rutin dilatih dan digunakan oleh departemen kepolisian Minneapolis."

Nelson menambahkan bahwa jaksa telah berbuat salah karena menolak teorinya bahwa keracunan karbon monoksida dari knalpot mobil polisi terdekat mungkin telah menyebabkan kematian Floyd.

Chauvin, yang mengenakan setelan abu-abu dan kemeja serta dasi biru tua menolak untuk bersaksi sendiri, dengan alasan hak amandemen kelima.

Apa yang terjadi selanjutnya?

Jaringan berita nasional telag melaporkan siaran langsung testimoni lebih dari 40 orang saksi sejak tiga minggu lalu. Para juri sekarang akan diminta untuk mempertimbangkan putusan mereka.

Untuk dakwaan pembunuhan tingkat dua, 12 juri harus setuju bahwa jaksa tanpa keraguan berhasil membuktikan bahwa Chauvin telah melakukan tindak kejahatan yang menjadi penyebab utama kematian Floyd.

Kejahatan seperti ini dapat dihukum hingga 40 tahun penjara, meskipun pedoman hukuman menyerukan masa hukuman yang lebih pendek hingga 15 tahun untuk seseorang yang sebelumnya tidak pernah tercatat menjalani hukuman.

Kasus ini dipandang sebagai gambaran yang lebih luas tentang keadaan interaksi ras di Amerika Serikat. Persidangan ini juga kembali menjadi penting saat seorang petugas polisi Minneapolis menembak mati seorang pengendara kulit hitam, Daunte Wright, pada 11 April, yang memicu protes yang lebih besar.

Kematian Floyd memicu demonstrasi Black Lives Matter di seluruh dunia.

Pada hari Senin, sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan pemerintah Biden telah melakukan "serangkaian percakapan" tentang persiapan untuk putusan yang akan datang "untuk memastikan ada ruang untuk protes damai."

ae/hp (AP, Reuters)