1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Janji Triliunan Rupiah untuk Afrika Mengatasi Krisis Iklim

Roshni Majumdar (Mizoram)
6 September 2022

Afrika menghasilkan kurang dari 3% emisi gas rumah kaca dunia, tetapi para ahli mengatakan wilayah itu sangat rentan terhadap perubahan iklim. Negara-negara kaya berjanji akan membantu Afrika mengatasi guncangan iklim.

https://p.dw.com/p/4GS8o
Seorang gadis membawa seember air di Senegal, November 2021
Negara-negara Afrika berada di garis depan darurat iklim globalFoto: Leo Correa/AP/picture alliance

Negara-negara kaya mengatakan mereka akan mengucurkan sekitar $25 miliar (Rp371,9 triliun) pada tahun 2025 untuk membantu Afrika beradaptasi dengan perubahan iklim, demikian pernyataan yang disampaikan dalam pertemuan puncak iklim di Rotterdam, Belanda, Senin (05/09).

KTT tersebut adalah acara pertama yang mempertemukan para pemimpin dari berbagai pemerintah dan lembaga, seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan Dana Moneter Internasional (IMF), untuk membahas teknik adaptasi iklim untuk Afrika. Anggaran yang dijanjikan itu disebut sebagai upaya adaptasi iklim terbesar yang pernah ada secara global.

Akinwumi A. Adesina, Presiden Bank Pembangunan Afrika, mengatakan kepada DW bahwa Afrika tidak hanya terpengaruh oleh perubahan iklim, tetapi juga "tertekan" olehnya.

Afrika dan krisis iklim

Afrika adalah benua yang paling rentan terhadap krisis iklim di dunia, menurut penilaian terbaru PBB.

KTT ini menjadi penting karena diadakan sebelum KTT tahunan ke-27 (COP27) di Mesir, yang akan diadakan pada November mendatang.

Pada COP26 di Glasgow, para pemimpin meninjau kembali Perjanjian Iklim Paris 2015. Mereka juga membuat komitmen baru menggalang lebih banyak dana internasional untuk langkah-langkah adaptasi iklim yang cepat.

KTT Adaptasi Iklim Afrika berlangsung hanya beberapa minggu setelah Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menemukan bahwa negara-negara kaya telah gagal memenuhi janji 2009 mereka untuk mendonasikan $100 miliar per tahun pada tahun 2020 untuk membantu negara-negara berkembang beradaptasi dengan pemanasan global.

OECD mengatakan negara-negara kaya memberikan $83,3 miliar kepada negara-negara miskin pada tahun 2020, jumlah tertinggi yang pernah ada, tetapi masih kurang dari jumlah yang dijanjikan.

Negara-negara Afrika menghasilkan kurang dari 3% semua emisi gas rumah kaca dunia, tetapi mereka menghadapi "banjir masalah," kata Adesina kepada DW.

Adesina menambahkan bahwa Afrika kehilangan antara "$7 miliar dan $15 miliar per tahun sebagai akibat dari perubahan iklim."

Bagaimana Afrika dapat mengatasi perubahan iklim?

Adesina mengatakan kepada KTT bahwa Afrika tidak memiliki sumber daya keuangan untuk mengatasi perubahan iklim karena hanya berkontribusi "3% dari total pembiayaan iklim."

Afrika akan membutuhkan antara $1,3 dan $1,6 triliun dekade ini untuk mengimplementasikan komitmennya pada perjanjian iklim Paris, biaya tahunan antara $140 dan $300 miliar, kata Adesina.

Dia mengaku tidak terlalu khawatir apakah Afrika dapat menyeimbangkan kebutuhan ekonominya serta berkomitmen pada teknik adaptasi iklim. Adesina menilai negara-negara Afrika memiliki cadangan gas yang besar dan bahkan mungkin dapat membantu negara-negara Eropa untuk mengamankan pasokan gas di masa depan.

Namun, terlepas dari kehadiran para pemimpin dan empat presiden Afrika di KTT itu, Wakil Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Amina Jane Mohammed, mengatakan penting untuk memperhatikan mereka yang tidak hadir.

Dia mengatakan kepada DW bahwa perjuangannya adalah untuk "terus melihat [perubahan iklim] ini sebagai ancaman eksistensial bagi semua orang dan bukan hanya untuk satu sisi dunia."

Mohammed mengatakan masalah utama adalah banyaknya uang yang tersedia untuk pendanaan iklim, tetapi sangat sedikit yang disalurkan ke Afrika. "Kenyataannya adalah bahwa sumber daya yang kita butuhkan, perlu dimanfaatkan. Mereka perlu untuk tidak mengambil risiko," ujarnya.

Mohammed menambahkan bahwa teknik adaptasi iklim sangat penting untuk diterapkan. "Ini adalah implementasi COP. Ini terjadi di Afrika. Jika kita tidak dapat menunjukkan komitmen ke Afrika saat ini, maka janji-janji itu benar-benar dilanggar," katanya kepada DW.

(ha/pkp)