1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Terorisme

Apa yang Terjadi di Mako Brimob?

9 Mei 2018

Narapidana terorisme dilaporkan melakukan aksi kerusuhan di Mako Brimob. Mereka merebut senjata dan sempat menyandera empat petugas. Kelompok teror ISIS mengklaim bertanggungjawab atas insiden tersebut.

https://p.dw.com/p/2xOzB
Indonesien Proteste in Jakarta
Foto: Reuters/Antara/Y. Satria Wijaya

Kerusuhan Pecah di Tahanan Mako Brimob

Kerusuhan di MakoBrimob menempatkan kepolisian dalam posisi pelik. Sejumlah narapidana kasus terorisme dikabarkan menjebol dinding sel, menyandera dan menewaskan sejumlah petugas. Kelompok teror Islamic State - ISIS mengklaim bertanggungjawab atas insiden tersebut

Melalui kantor berita ISIS, Amaq News Agency, kelompok pimpinan Abu Bakar al-Bahgdadi itu mengirimkan pesan berbahasa Arab yang menyatakan gerilayawannya terlibat baku tembak dengan anggota satuan anti teror Densus 88.

"Telah terjadi baku tembak yang sengit antara anggota pasukan perang Negara Islam (ISIS) dengan pasukan pemberantas terorisme dan pemberontak di dalam penjara Kota Depok, Jakarta Selatan," begitu bunyi pesan yang dilansir situs SITE.

CNN Indonesia melaporkan sejumlah tahanan merebut senjata dan menyandera ke-empat petugas dan menuntut agar bisa bertemu Aman Abdurrahman. Namun ketika permintaan tersebut dipenuhi, para narapidana tidak menghentikan aksi penyanderaan.

Akibatnya lima orang polisi dan seorang tahanan meninggal dunia. Hingga berita ini diturunkan seorang polisi masih disandera narapidana, kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Muhammad Iqbal. 

Apa yang Terjadi?

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono dalam keterangan persnya mengklaim; "kerusuhan pecah pada pukul 19:30 akibat cekcok seputar makanan. Seorang narapidana menanyakan titipan makanan kepada seorang petugas. Ketika titipan tidak diberikan, napi tidak terima dan mengajak rekan-rekan napi lain melakukan kerusuhan dari Blok C dan B," kata Argo.

"Lalu napi membobol pintu dan dinding sel," imbuhnya. Menurutnya prosedur kepolisian mewajibkan seluruh makanan untuk tahanan yang berasal dari luar harus melalui pemeriksaan.

Media-media melaporkan puluhan aparat bersenjata lengkap disiagakan di luar gedung Mako Brimob. Juga empat unit mobil Disaster Victim Identification Unit (DVI) dikirimkan ke lokasi kerusuhan Mako Brimob. Jalanan serta bangunan penting di sekitar lokasi, seperti rumah sakit dan gereja juga dijaga ketat petugas kepolisian. 

Polisi mengatakan pihaknya mencoba meredakan situasi melalui negosiasi dengan narapidana. "Upaya-upaya kepolisian terus kami lakukan, soft approach, pendekatan dan upaya-upaya lain juga sudah kami lakukan karena ini adalah proses negosiasi," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen M Iqbal seperti dilansir Kompas

Bukan Kali Pertama

Kerusuhan serupa yang melibatkan narapidana kasus terorisme pernah terjadi di Mako Brimob pada 10 November 2017. Saat itu anggota Densus 88 menggeledah sel dan menemukan empat telepon seluler milik narapidana kasus terorisme, yakni Juhanda, Saulihun, Kairul Anam, dan Jumali.

Seorang tahanan yang tidak terima atas aksi penggeledahan melakukan provokasi dan memicu kerusuhan. Akibatnya sejumlah fasilitas penjara di blok C dan B dirusak para napi.

Namun begitu kerusuhan tersebut berhasil diselesaikan tanpa menimbulkan korban.

rzn/as (detik, kompas, cnnindonesia, jawapos)