1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Indonesia Suspicious League (ISL)

9 September 2014

Kenapa Sepakbola Indonesia dekat dengan kecurigaan? pengamat Andibachtiar Yusuf menyampaikan pandangan tentang kenapa mentalitas ini berkembang diantara para penggemar bola tanah air.

https://p.dw.com/p/1D98s
Foto: bennyartist - Fotolia.com

“Bang kenapa Persija tidak lolos ke 8 besar, padahal poinnya sama dengan PBR?” tanya seseorang via sosial media pada saya. Saya lalu meminta dia untuk membaca saja tabel klasemen dengan seksama. Responnya semakin mengerucut, ia mengirim saya klasemen akhir Liga Indonesia kasta tertinggi itu via email.

Saya sama sekali tidak menemukan satupun keanehan. Persija ada di posisi ke 5 dengan nilai akhir 34, sementara Pelita Bandung Raya (PBR) ada di posisi 4 dengan nilai 35. Sebelum pertandingan banyak orang berpikir—termasuk saya—bahwa PBR akan kehilangan 2 angka dan Persija (seperti hasil yang terjadi) akan mendapatkan poin penuh sehingga merekalah yang akan lolos ke babak 8 besar.

Sudah lama saya mendengar bahwa liga kita sudah diatur sejak awal, bahkan seorang kawan baik saya sering menulis tim yang ia sebut sebagai akan menang di musim tersebut. Ia simpan tulisan tersebut di sebuah tempat dan akan dibuka di akhir musim. Hampir 8 kali hal ini ia lakukan dan tak satupun tebakannya—yang semua didasarkan pada teori konspirasi—benar-benar terjadi. Lalu ia ubahlah teori pemenangan tim dengan menyebut “Di awal calon juara sudah ada, tapi di tengah jalan semua bisa diatur lagi,” bahkan federasi Sepakbola kita beberapa kali memilih untuk menggunakan wasit asing ketimbang memakai wasit lokal.

Tentu kawan saya itu tidak sendirian, ia punya cara pandang yang sama dengan banyak pencinta Sepakbola nasional termasuk para supporternya. Mereka seolah sadar siapa yang akan menang di musim yang sedang dijalani, namun tetap gila untuk gila-gilaan memenuhi Stadion. Saya sendiri berfikir untuk apa, karena apa yang ingin dicari jika hasil akhir sudah diketahui.

Faktanya, Sepakbola memang ‘refleksi sebuah bangsa' seperti kata Franz Beckenbauer. Karena memang seperti inilah kehidupan kita. Apa yang pernah benar-benar dipercaya oleh bangsa kita pada bangsanya sendiri. Film Indonesia selalu dianggap lebih jelek dari film asing tanpa perlu melihatnya untuk kemudian menilainya. Karya si anu dijamin norak dan saat saya berkata saya menyukainya banyak orang akan tertawa karena mereka pikir saya bercanda. Barang produksi pabrik-pabrik di Tangerang walau dijual bebas di Eropa—tentu dengan lisensi merk-merk internasional—dianggap berkualitas lebih rendah dari produk asing dan seterusnya dan seterusnya.

Entah mulai kapan, tapi memang kadang saya merasa bangsa kita sudah terlalu lama kehilangan kepercayaannya pada banyak hal di rumah mereka sendiri. Lalu ketika pemilihan presiden yang baru lalu menjadi sangat seru dan salah satu kandidat seolah datang bagai sang penyelamat, saya mendadak merasa positif bahwa sebenarnya kita bisa saja percaya pada seseorang dari negeri ini sendiri tanpa perlu mengimpor kandidat dari negeri orang.

Sepakbola kita memang sulit sekali untuk maju jika pola pikir kita terus seperti saat ini. Kita begitu yakin bahwa kita memahami Sepakbola jauh lebih pintar dari mereka yang bekerja di federasi, padahal….coba saja menyusun jadwal liga yang tidak melelahkan 20 klub anggota kasta tertinggi akibat letak geografis kita yang luar biasa besar jika dibandingkan dengan Belanda, Spanyol, Jerman atau bahkan Inggris sekalipun.

Saya juga tidak sebodoh itu untuk juga memejamkan mata pada segala keanehan di Sepakbola kita. Namun faktanya perkiraan saya bahwa PBR akan hanya maksimal meraih 4 poin di 2 laga sisa dan Persija mampu maksimal 3 poin di 1 laga sisa nyatanya tidak terbukti pada fakta bahwa PBR mampu meraih hasil maksimal dan lolos ke babak 8 besar. Padahal saya begitu yakin kegagalan Persija ke 8 besar sama saja mengatakan “Selamat Tinggal!” pada kebiasaan menjadikan Jakarta tuan rumah 8 besar, siapa yang akan menjamin setiap pertandingan akan dipenuhi penonton??!!

Malam itu di Samarinda, seorang kawan asal Samarinda memprediksikan dengan segala teori konspirasinya bahwa Persebaya akan menjadi juara liga. Pendapat yang kemudian disanggah oleh kawan lain yang Aremania dengan kalimat tegas “Arema akan jadi juara musim ini, liat dong siapa yang duduk di manajemen Arema,” Saya tak kuasa menengahi, hanya seorang tetua Pusamania yang kemudian berseloroh “Liga kita tu liga curiga, gak usah heran apapun yang terjadi kita akan tetap curiga….sama aja lha dengan kecurigaan kita pada semua pejabat dan politisi di negeri ini,”

Jadi, siapkan saja diri kita ke babak 8 besar yang dalam minggu ini akan mulai dihelat di republik dan kita nantikan, apakah segala teori konspirasi kita nyata adanya?

Andibachtiar Yusuf

@andibachtiar

Filmmaker & Football Reverend