1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Permainan Favorit

Andibachtiar Yusuf3 April 2014

Kenapa kita begitu keras kepala menyukai Sepakbola? cabang olahraga tanpa prestasi bahkan penuh masalah. Sutradara dan pengamat sepakbola Andibachtiar Yusuf membagi ceritanya untuk anda.

https://p.dw.com/p/1BaZs
Foto: Fotolia/somkanokwan

“Apa benar di Indonesia olahraga nomer satu adalah Sepakbola dan kemudian tak ada nomer duanya?” tanya Yukiko reporter sebuah radio di Tokyo pada sebuah wawancara dengan saya di Tokyo. Cepat saya jawab “Badminton adalah olahraga nomer dua!” lalu dengan sabar ia memberi argumennya “Tapi saya dengar nyaris tak ada orang Indonesia yang membicarakan bulutangkis seperti saat orang Indonesia membicarakan Sepakbola,” Argumen yang membuat saya tertegun dan kemudian menyetujui pertanyaan sekaligus pendapat tersebut.

Di negara saya orang memang sangat membicarakan Sepakbola, bahkan saat Indonesia tak mungkin bermain di Piala Eropa, media memberi porsi yang sungguh luar biasa pada setiap pemberitaannya. Bagus Priambodo kawan saya yang bekerja untuk sebuah stasiun televisi swasta pernah mendapat pertanyaan penuh keheranan dari seorang jurnalis asal Iran di Euro 2012 di Ukraina. “Negeri Anda mengirimkan sangat banyak jurnalis kesini, saya hanya datang sendirian dan bekerja untuk banyak media tulis,” ujarnya penuh heran.

Tapi apakah sebesar itu juga liputan yang diberikan media kita pada pergelaran cabang olahraga lain? Percayalah tidak. Orang Indonesia sudah terlalu percaya bahwa Sepakbola adalah benar soal bangsa, padahal fakta sebenarnya Sepakbola hanyalah sebuah permainan indah yang sungguh populer namun memiliki nilai yang sama tingginya dengan cabang olahraga lain. Brasil mungkin adalah negeri hebat Sepakbola dan importir pesepakbola di dunia ini. Tapi, negeri itu juga adalah kekuatan Bola Voli yang sangat tangguh, tim putri maupun putra mereka pernah jadi juara dunia dan di setiap kejuaraan selalu tak jauh dari predikat unggulan.

Spanyol adalah juara bertahan Piala Eropa dan Piala Dunia di saat yang bersamaan. Tapi kita harusnya jangan lupa bahwa mereka adalah salah satu kekuatan Basket utama di Eropa dan juga dunia. Jumlah pemain mereka yang berlaga di NBA Amerika Serikat cukup untuk menandingi tim Basket Amerika Serikat yang memang seolah tak tersentuh itu. Di cabang Tenis saat ini mereka jelas punya Rafael Nadal sebagai salah satu aktor utamanya. Di cabang Renang, Gulat, Karate sampai Bola Tangan mereka sungguh disegani.

Bahkan Inggris yang kita kenal sebagai negara dengan liga paling populer di dunia adalah negeri dengan atlet-atlet Balap Sepeda yang tangguh, peraih emas Hoki Olimpiade 2012, tim Renang Indah yang disegani sampai ke cabang Kriket yang di negeri kita nyaris tidak dikenal. “Kemajuan sebuah bangsa dilihat dari prestasi olahraganya,” ujar Alexander Kardji, guru olahraga saya saat SMP dulu., lalu inilah yang saya lihat di banyak negara itu. Mereka paham betul bahwa men sana in corpore sano bukan sekedar slogan bagi para hipster untuk segera turun berlari di jalan raya, tapi juga tanggung jawab negara untuk mengembangkan dan membinanya.

Kesadaran bahwa olahraga baik itu permainan ataupun bukan adalah sebuah bisnis nyata yang bisa menciptakan nilai kapital dan lapangan pekerjaan disamping melulu dianggap sebagai simbol kebangsaan. “Di Indonesia jumlah pelatih Sepakbola hanya ada sekitar 600 orang dan lebih dari separuhnya bekerja sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil),” ujar Indra Sjafri, pelatih yang sukses membawa tim junior kita ke Piala Asia U19 Oktober nanti.

Indra tak berlebihan, karena jangankan jumlah pelatih, jumlah pemain profesional kita saja sulit untuk dikatakan terdata….jikapun ada datanya, jumlah ini saya yakin ada jauh sekali dibawah angka 3,1 juta milik Turki (menurut data tahun 2011) Padahal Sepakbola jelas adalah olahraga paling diminati, paling dibicarakan serta tentu saja paling bergengsi bagi stasiun televisi kita. Terus, apa jadinya cabang olahraga lain.

Bukan rahasia umum, biaya yang dikeluarkan negara untuk Sepakbola jauh sekali diatas umumnya cabang olahraga lain. Padahal Sepakbola praktis sama sekali tak punya prestasi dibandingkan dengan Angkat Berat yang pernah punya juara dunia, Paragliding yang kinipun punya juara dunia, Bulutangkis yang memang selalu ada di level elit dan lain sebagainya. “Tinju sedikit lagi mungkin punah sih mas, yang main makin sedikit, coba aja mas perhatiin deh, gak ada yang merhatiin sih,” ujar Chris John yang tak sengaja bertemu dengan saya beberapa tahun lalu.

Suatu malam di sebuah kafe yang selalu memutar pertandingan Sepakbola di bilangan Kemang, saya dan kawan saya sedang duduk menantikan siaran langsung Sepakbola dari Inggris. Tak jauh dari kami sekelompok orang sedang bersorak-sorai menyaksikan pertandingan Kriket dan segerombol orang lainnya sedang menyaksikan kejuaraan dunia Dart Game lewat tayangan streaming. “Kayaknya cuma kita aja yang gak ngerti mainan mereka nih,” ujar saya yang bersama kawan saya Syakib merasa sungguh terasing malam itu “Di kita cuma Sepakbola aja yang kita ngerti, itupun susah bener mau menang, jadi mungkin sebenernya kita tu gak tau apa-apa,” ujar Syakib enteng…..mungkin juga.

Andibachtiar Yusuf

@andibachtiar