1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Haruskah Aktivis Iklim 'Radikal' Dijerat Pidana?

Elizabeth Schumacher
10 November 2022

Mulai dari melempar makanan ke karya seni hingga berbaring di jalan, sejumlah aktivis iklim lebih memilih melakukan aksi yang berani. Namun, politikus menyerukan tindakan kriminalisasi untuk mereka yang "kelewatan.''

https://p.dw.com/p/4JIfx
Aktivis perlindungan iklim duduk di persimpangan Frankfurter Allee
Pengunjuk rasa memblokir jalan di Berlin, JermanFoto: Elizabeth Schumacher/DW

"Kenapa ibumu tidak menggugurkanmu?" teriak seorang pejalan kaki yang marah terhadap aktivis perlindungan iklim yang memblokir jalan Frankfurter Allee, Berlin, Jerman. Reaksi tersebut menggambarkan perbedaan dan perselisihan yang meningkat di Jerman dalam hal menunjukkan pembangkangan sipil yang dilakukan oleh organisasi-organisasi, seperti Letzte Generation (Generasi Terakhir).

"Ketika kejahatan dilakukan dan orang lain terancam, setiap batas aksi unjuk rasa yang sah dilanggar," kata Menteri Dalam Negeri Nancy Faeser dari Partai Sosial Demokrat (SPD), Senin (07/11). "Semua ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan tindakan demokratis. Para pelanggar harus diadili segera dan konsisten."

Aktivis disalahkan karena menghambat operasional ambulans

Pernyataan Mendagri Jerman itu mengacu pada insiden di mana aktivis Letzte Generation dituduh bersalah karena telah memblokir jalan di Berlin, sehingga menghambat perjalanan ambulans yang hendak menuju ke lokasi kecelakaan.

Pengendara sepeda yang terlibat dalam kecelakaan itu kemudian meninggal. Beberapa orang berpendapat bahwa lambatnya pertolongan itu memiliki andil atas kematiannya. Sementara sejumlah orang lainnya mempertanyakan kesalahan itu terjadi karena aksi para aktivis.

Pekan ini, layanan darurat Berlin merilis sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa hambatan lalu lintas yang disebabkan oleh aksi protes tersebut telah merenggut nyawa seorang perempuan, si pengendara sepeda itu.

Beberapa politisi membahas insiden tersebut sebagai alasan mengapa undang-undang harus diubah untuk dapat menghukum tindakan pembangkangan sipil semacam itu.

Aksi protes yang dramatis

Pada tahun 2022 saja, para aktivis Letzte Generation telah memblokir banyak jalan raya di seluruh Jerman, landasan pacu bandara utama, merusak gedung Kementerian Ekonomi sebagai protes atas kesepakatan energi dengan Qatar, dan menempelkan diri pada jaringan pipa minyak. Mereka juga melemparkan makanan ke karya seni terkenal di museum di München, Frankfurt, Potsdam, dan Berlin.

Meskipun lukisan-lukisan itu tidak rusak, karena dilindungi oleh kaca tebal dan para aktivis menyadari fakta itu sebelumnya, tindakan terakhir ini secara khusus telah memicu perdebatan sengit di Jerman tentang apakah penyerangan terhadap karya seni lebih baik dibanding penyampaian aspirasi lewat demonstrasi.

Aktivis Letzte Generation menempelkan diri ke dinding di bawah lukisan Monet
Aktivis Letzte Generation ini menempelkan diri ke dinding di bawah lukisan Monet yang baru saja mereka lempari dengan kentang tumbukFoto: Last Generation/ABACA/picture alliance

Aktivis di depan lukisan Monet

Lena Herbers, seorang ahli dalam gerakan protes di Universitas Freiburg, mengatakan kepada DW bahwa tindakan yang lebih radikal lebih disukai oleh para demonstran daripada unjuk rasa yang tidak membawa perubahan signifikan dalam mencegah bencana iklim.

Perubahan sifat gerakan protes menyoroti urgensi misi mereka, kata Herbers, seraya menambahkan bahwa "aktivis sekarang mencoba untuk menunjukkan situasi dramatis yang lebih kuat, yang diakui secara ilmiah, yang membutuhkan perubahan cepat."

Strategi delegitimasi

Bentuk-bentuk protes baru telah digunakan untuk politisi oposisi dari Christian Democratic Union (CDU) dan partai saudaranya di Bayern, CSU, sebagai alasan lain mengapa hukuman pidana untuk pembangkangan sipil harus ditingkatkan.

Perdana Menteri Bayern dan anggota CSU Markus Söder mengumumkan bahwa 12 anggota Letzte Generation, setidaknya satu di antaranya adalah siswa sekolah menengah, harus menjalani penahanan pra-persidangan selama 30 hari karena memblokir jalan München — tuduhan ini biasanya memungkinkan tersangka untuk menunggu persidangan di rumah.

Penahanan itu tidak cukup, kata Söder, dan menambahkan bahwa harus ada hukuman yang efektif. Tidak ada denda ringan, tetapi misalnya penangkapan dan hukuman penjara yang sesuai."

Lena Herbers mengatakan bahwa seruan dari anggota parlemen konservatif itu adalah bagian dari "strategi delegitimasi."

"Dengan tidak menjawab seruan langsung dari aktivis dan malah mengacu pada tindak pidana, politisi membuat aktivis seolah seperti penjahat. Dengan cara ini, protes mereka tidak lagi dibenarkan dan anggota parlemen dapat menolak menanggapi tuntutan," kata Herber.

(ha/pkp)