1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Memperingati Hari Aksara Internasional

ap/vlz6 September 2016

Memperingati Hari Literasi Internasional pada tanggal 8 September ini, #DWnesia mengajak Anda untuk grandrung membaca.

https://p.dw.com/p/1Jt1D
Symbolbild Kind Lesen Bücher Stapel
Foto: Fotolia/olly

Apa buku favorit Anda? Kisah apa yang pernah Anda baca dan melekat atau berkesan bagi Anda? Berapa lama Anda membaca dalam sehari? Membaca adalah jendela dunia. Membaca merangsang daya pikir dan membebaskan kita dari keterkungkungan. Di hari literasi sedunia yang jatuh pada tanggal 8 September, #DWnesia mengajak Anda untuk kembali memperluas minat baca di lingkungan sekitar kita.

Dalam rubrik #DWnesia kali ini, penulis terkemuka Anton Kurnia mengisahkan bagaimana kegemarannya sejak kecil dalam membaca komik-komik Indonesia, membawa pengaruh besar dalam kehidupannya saat ini sebagai seorang penulis papan atas yang sangat mencintai tanah airnya. Komik favoritnya terutama karya Djair. Teristimewa serial Jaka Sembung yang berlatar belakang sejarah Nusantara pada abad ke-17.

Dalam serial Jaka Sembung alias Parmin Sutawinata diceritakan bagaimana sang tokoh merupakan pahlawan pembela kaum lemah dan tertindas yang teguh memberontak terhadap kekuasaan kaum penjajah. Tanpa disadari, dari komik, rasa kebangsaan pria -- yang duduk dalam komite buku nasional -- ini tumbuh. Selain itu membaca juga meningkatkan toleransinya hidup dalam keberagaman. Simak opininya dalam tulisan: Belajar Nasionalisme Lewat Komik Indonesia.

Menurut data Badan Pusat Statistik pada 2010 mencatat persentase penduduk Indonesia di atas usia 15 tahun yang melek huruf cukup tinggi, yakni 96,07 %. Namun, data UNESCO 2012 menunjukkan angka minat baca di Indonesia 0,001 atau hanya satu dari seribu orang yang punya minat baca serius.

Penulis Geger Riyanto menyayangkan masih rendahnya minat baca di tanah air. Ia memandang, ada banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya minat baca di Indonesia. Beberapa di antaranya, meliputi sulitnya menyalurkan buku ke daerah-daerah lantaran secara harfiah terhalau gunung dan laut, masih minimnya fasilitas perpustakaan dan taman bacaan, dan terbatasnya jaringan gerai yang bisa diandalkan untuk mendistribusikan buku.

Akan tetapi, dari waktu ke waktu pun negara dan aparat acap membantu memantapkan lingkaran muskil ini dengan cara-cara khasnya. Contoh gamblangnya, tentu saja, pelarangan buku. Simak dalam opininya berjudul: Membaca Pangkal Ditakuti.

Seperti diingatkan oleh penulis Zacky Khairul Umam, membaca adalah pengalaman tak tepermanai. Karena itu, jangan lewatkan untuk menikmati detik-detik membaca sebagai penyingkapan wawasan yang bersifat personal. Jangan lupa luangkan pula membaca tulisannya yang kaya warna tentang perpustakaan di dunia barat dan dunia Islam, bertajuk: Perpustakaan, Jantung Peradaban KIta.

Demikian #DWnesia pekan ini. Anda setuju dengan opini para penulis? Selamat berdiskusi, Sahabat DW... Kami tunggu opini Anda di Facebook DW_Indonesia dan twitter @dw_indonesia. Seperti biasa, sertakan tagar #DWNesia dalam mengajukan pendapatmu. Salam #DWnesia