1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Delegasi AS Sambangi Myanmar

3 November 2009

Dua utusan khusus Amerika Serikat Selasa (03/11) tiba di Myanmar untuk menjumpai para pimpinan junta militer, sekaligus berencana menemui tokoh pro oposisi Myanmar yang dulu dikenal sebagai Birma, Aung San Suu Kyi

https://p.dw.com/p/KMZu
Aung San Suu KyiFoto: DW-Montage/picture-alliance/dpa

Kunjungan ke Myanmar yang dilakukan wakil menteri luar negeri Amerika Serikat untuk urusan Asia Timur dan Pasifik, Kurt Campbell dan asistennya Scot Marciel, merupakan langkah awal dari politik baru Presiden Amerika Serikat Barack Obama dalam menangani isu Myanmar. Kedua pejabat itu menjejakkan kaki di ibukota administratif Naypyidaw dan bertemu dengan pejabat tinggi junta militer. Rabu (04/11), keduanya dijadwalkan akan bertemu dengan Perdana Menteri Myanmar Thein Sein, sementara pemimpin junta militer Than Shwe dikabarkan berhalangan untuk bertemu.

Di hari yang sama keduanya juga akan bertemu dengan perwakilan kelompok oposisi, dan kemungkinan pemimpin pro demokrasi Birma, Aung San Suu Kyi. Peraih Nobel Perdamaian itu kini menjalani perpanjangan tahanan rumahnya selama 18 bulan, setelah sekitar dua dekade menjalani hukuman sebagai tahanan rumah. Perpanjangan penahanan itu mendapat kecaman keras dari masyarakat internasional.

Campbell merupakan pejabat tertinggi AS yang mengunjungi Birma, setelah sebelumnya duta besar AS untuk PBB Madeline Albright, pada tahun 1995,.

Juru bicara partai oposisi Liga Nasional untuk demokrasi NLD Nyan Win memandang kunjungan dua hari pejabat AS ini sebagai awal baru hubungan AS dengan Myanmar. Nyan Win menambahkan ia tidak terlalu berharap akan terjadi perubahan besar.

Baru-baru ini AS mengubah kebijakannya terhadap Myanmar setelah upaya isolasi yang dilakukan kepada negara yang dulu bernama Birma itu tidak membuahkan hasil. Meski demikian pemerintahan di Washington mengungkapkan tidak akan meringankan sanksi bila tidak ada kemajuan yang berarti dalam penegakan demokrasi dan hak asasi manusia di Myanmar.

Sementara tidak adanya jadwal pertemuan antara pejabat tinggi AS dengan jendral senior dalam Junta Militer Myanmar Than Shwe juga dipandang berbagai kalangan sebagai indikator bahwa kemungkinan para jendral itu belum siap untuk berkompromi menyangkut reformasi demokrasi. Seorang pensiunan diplomat di Yangon mengungkapkan bahwa kunjungan para pejabat AS itu belum tentu membuahkan hasil, sebab segala keputusan kebijakan penting hanya berada ditangan Than Shwe.

Masalah menyangkut Aung San Suu Kyi juga akan dibahas dalam pertemuan negara-negara Asia Pasifik yang akan berlangsung di Singapura bulan ini. Perdana menteri Singapura Lee Hsien Loong membenarkan bahwa PM Myanmar Thein Sein akan hadir pula dalam pertemuan itu, yang disebut-sebut sebagai pertemuan yang lebih maju dan signifikan bagi hubungan antara Washington dengan negara-negara di Asia Tenggara.

AP/AS/rtr/afp