1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Corona ‘Hantam’ Sektor Manufaktur dan Penerbangan Indonesia

Detik News
4 Mei 2020

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan pandemi Corona menyebabkan sektor manufaktur Indonesia mengalami penurunan terparah sejak tahun 2011. Selain itu, pendapatan di sektor penerbangan juga menguap Rp 207 miliar.

https://p.dw.com/p/3bkgP
Indonesien Flugzeug Absturz
Foto: AP

Penyebaran COVID-19 di Indonesia tak hanya mengganggu kesehatan, tapi juga perekonomian nasional yang diprediksi masih akan tertekan. Hal ini karena belum ada yang bisa memastikan kapan pandemi ini akan berakhir.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan pertumbuhan ekonomi domestik berdasarkan nowcasting kuartal I 2020 diprediksi 4,5-4,7%. Menurut dia dibanding beberapa negara besar kondisi perekonomian Indonesia kuartal I masih lebih baik.

"Namun tetap perlu waspada pada eskalasi tekanan ke depan, mengingat Indonesia pandemi baru terjadi pada Maret dan meluas secara eksponensial bahkan ke wilayah periferi," kata Sri Mulyani dalam rapat virtual dengan Banggar DPR, Senin (04/05).

Dia menjelaskan pertumbuhan ekspor kuartal I tumbuh 2,9% dan impor minus 3,7%. Kontraksi impor ini terjadi karena adanya penurunan impor bahan baku dan barang modal.

Sri Mulyani mengatakan, beberapa indikator yang menunjukkan ekonomi tertekan sejak Maret adalah Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur yang pada April turun 27,5 dibanding periode Maret 45,3. Angka ini terkontraksi di level terendah pada 2011.

Karena itu, pemerintah memiliki skenario berat yakni pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 berada di 2,3%. Kemudian skenario sangat berat -0,4%. "Proyeksi dilakukan berdasarkan skenario mengingat ketidakpastian yang masih tinggi," imbuh dia.

Perusahaan penerbangan alami tekanan

Sektor penerbangan di Indonesia juga 'terjangkit' Corona. Hal ini menimbulkan tekanan yang kuat untuk maskapai-maskapai yang ada di Indonesia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan jumlah penerbangan mengalami penurunan drastis sejalan dengan pembatasan yang dilakukan oleh daerah dan negara-negara.

Dia menjelaskan di dunia saja sudah ada 240.000 penerbangan yang dibatalkan dan berpotensi terus meningkat akibat penyebaran virus ini. Di Indonesia, pendapatan di sektor layanan udara menguap Rp 207 miliar.

"Penerbangan di Indonesia sendiri yang tadi pagi disampaikan dalam sidang kabinet ada 79.000, sekarang tinggal 70 penerbangan. Jadi pasti semua lembaga atau perusahaan penerbangan mengalami tekanan yang sangat luar biasa," kata Sri Mulyani.

Menurut dia hal ini juga mempengaruhi sektor pariwisata nasional yang merupakan penyumbang devisa terbesar untuk negara. Ada sebanyak 50 juta pekerja yang terancam kehilangan pekerjaanya.

Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada Februari 2020 juga tercatat minus 30%. Prakiraan penurunan tingkat okupansi hotel dan potensi kehilangan devisa pariwisata mencapai minus 50%.

Lebih dari 1,9 juta pekerja dari 144.340 perusahaan dirumahkan atau di-PHK. Total dengan perkiraan yang belum teridentifikasi dapat mencapai 3 juta orang.

(Ed: rap/ts)

Baca selengkapnya di: DetikNews

Waduh! Manufaktur RI Alami Penurunan Terparah Sejak 2011

Sri Mulyani: Penerbangan RI dari 79.000 Tinggal 70