1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

“Ancaman terbesarnya bukan virus corona itu sendiri” 

Anne Carthaus
23 April 2020

Sebuah krisis bisa menjadi titik balik bagi masyarakat membentuk masa depannya, kata ahli sejarah dan filsafat Profesor Yuval Noah Harari, yang sudah menulis banyak buku tentang sejarah manusia. 

https://p.dw.com/p/3bHbI
Sejarahwan dan filsuf Israel, Yuval Noah Harari
Sejarahwan dan filsuf Israel, Yuval Noah HarariFoto: picture-alliance/H. K. Techt

DW: Profesor Harari, kita berada di tengah pandemi global. Apa yang paling mengkhawatirkan Anda tentang perkembangan saat ini? 

Yuval Noah Harari: Saya pikir, ancaman terbesar bukanlah virus itu sendiri. Umat manusia memiliki semua pengetahuan ilmiah dan alat teknologi untuk mengatasi virus ini. Masalah besarnya adalah nirani kita, kebencian kita, keserakahan dan ketidaktahuan kita sendiri. Saya khawatir orang-orang bereaksi terhadap krisis ini bukan dengan solidaritas global, melainkan dengan kebencian, saling menyalahkan negara lain, menyalahkan etnis dan agama minoritas. 

Saya berharap bahwa kita dapat mengembangkan kasih sayang, bukan kebencian, untuk bereaksi dengan sikap solider, mengembangkan kemurahan hati membantu mereka yang membutuhkan. Dan kita bisa mengembangkan kemampuan untuk membedakan mana yang benar, dan tidak begitu saja percaya semua teori konspirasi ini. Jika kita melakukan itu, saya tidak ragu bahwa kita akan mengatasi krisis ini. 

Bagaimana saya tahu siapa atau apa yang bisa dipercaya? 

Pertama, Anda memiliki pengalaman masa lalu. Jika Anda misalnya tahu ada politisi yang pernah berbohong selama beberapa tahun, maka Anda tidak punya banyak alasan untuk percaya kepada mereka dalam situasi darurat ini. 

Kedua, Anda dapat mempertanyakan teori-teori yang disampaikan orang kepada Anda. Misalnya jika seseorang mengemukakan teori konspirasi tentang asal dan penyebaran virus corona, mintalah dia menjelaskan kepada Anda, bagaimana itu terjadi dan bagaimana sifat virus ini serta penyakit yang disebabkannya. Jika mereka tidak bisa menjelaskan, artinya mereka tidak memiliki pengetahuan dasar ilmiah , maka jangan percaya pada apa yang mereka katakan tentang virus corona. Anda tidak perlu menjadi ahli biologi, tetapi Anda perlu pemahaman ilmiah dasar tentang semua hal ini. 

Dalam beberapa tahun terakhir, kita telah melihat banyak politisi populis menyerang sains, mengatakan bahwa para ilmuwan adalah segelintir elit terpencil yang terputus dari masyarakat, mengatakan bahwa hal-hal seperti perubahan iklim hanya bohong belaka. Tetapi pada saat krisis di seluruh dunia, kita melihat bahwa kebanyakan orang lebih percaya sains daripada sumber lainnya. 

Saya harap, setelah krisis berakhir, kita ingat ini. Bahwa ketika para ilmuwan memperingatkan kita tentang hal-hal lain selain epidemi, seperti tentang perubahan iklim dan keruntuhan ekologis, kita akan menerima peringatan mereka dengan keseriusan yang sama seperti yang sekarang kita lakukan menghadapi pandemi corona. 

Banyak negara menerapkan mekanisme pengawasan digital ketat untuk mencegah penyebaran virus. Bagaimana mekanisme ini dapat dikontrol? 

Setiap kali Anda meningkatkan pengawasan terhadap warga, itu harus selalu berjalan seiring dengan meningkatnya pengawasan terhadap kerja pemerintah. Dalam krisis ini misalnya, pemerintahan membelanjakan uang seperti air mengalir. Di AS dua triliun dolar. di Jerman ratusan miliar euro, dan seterusnya. Sebagai warga negara, saya ingin tahu siapa yang membuat keputusan itu dan ke mana uangnya mengalir. Apakah uang itu digunakan untuk menyelamatkan perusahaan besar yang sudah bermasalah sebelum epidemi karena salah urus? Atau uang itu digunakan untuk membantu usaha kecil, restoran dan toko-toko kecil? 

Aplikasi ponsel yang dikembangkan pemerintah Australia untuk menyebarkan informasi dan menjadi pusat aduan bagi penduduk yang terjangkit virus corona.
Aplikasi ponsel yang dikembangkan pemerintah Australia untuk menyebarkan informasi dan menjadi pusat aduan bagi penduduk yang terjangkit virus corona.Foto: picture-alliance/NurPhoto/I. Khan

Jadi pengawasan harus berjalan dua arah, tidak hanya dari pemerintah. Semua harus transparan. Kalau misalnya pemerintah mengatakan, terlalu sulit untuk membuka semua transaksi keuangan secara transparan, maka Anda bisa berkata: “Tidak, itu tidak terlalu rumit.” Sebab pemerintah juga bisa membuat sistem pengawasan yang rumit, misalnya untuk memantau ke mana saja saya pergi setiap hari. Kalau itu bisa, mengapa tidak bisa membuat sistem yang transparan dalam hal penggunaan uang pajak? 

Apakah krisis ini membuat kita harus merevisi lagi pandangan terhadap manusia di abad ke-21? 

Kita tidak tahu, karena itu tergantung pada keputusan yang kita buat sekarang. Saat ini ada ancaman konflik sosial yang meningkat karena situasi ekonomi yang berubah. Kita sekarang akan melihat s 
semakin banyak otomatisasi, semakin banyak robot dan komputer menggantikan tenaga manusia di semakin banyak jenis pekerjaan. Di masa pandemi, manusia harus diisolasi, robot tidak perlu. 

Jadi perkembangannya bisa kedua arah: otomatisasi dan de-globalisasi. Akibatnya, negara-negara berkembang yang mengandalkan tenaga kerja kasar yang murah, tiba-tiba akan menghadapi masalah besar, karena banyak pekerjaan sederhana mengalami otomatisasi. Tapi hal ini juga bisa terjadi di negara-negara kaya. Krisis ini bisa menyebabkan perubahan luar biasa di pasar kerja. Orang-orang bekerja dari rumah secara online. Jika kita tidak hati-hati, ini dapat mengakibatkan runtuhnya organisasi-organisasi tenaga kerja, setidaknya di beberapa sektor industri. 

Tapi itu semua juga tergantung dari keputusan politik yang diambil. Kita dapat membuat keputusan untuk melindungi hak-hak pekerja. Pemerintahan misalnya memberikan dana talangan besar kepada industri dan perusahaan. Itu bisa saja diberlakukan dengan persyaratan, misalnya syarat bahwa perusahaan harus melindungi hak-hak pekerja mereka. Jadi itu semua tergantung pada keputusan yang kita buat. 

Apa yang akan dikatakan sejarawan masa depan tentang masa pandemi ini?

Mungkin sejarawan masa depan akan melihat masa ini sebagai titik balik dalam sejarah abad ke-21. Tapi ke arah mana kita berpaling, itu tergantung keputusan kita saat ini. 

Profesor Yuval Noah Harari adalah sejarahwan, filsuf dan penulis buku. Antara lain-“Sapiens: A Brief History of Humankind” dan “Homo Deus and 21 Lessons for the 21st Century”. 
 
(hp/ rzn)