1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikBrasil

Bolsonaro dan Lula 'Bertukar Sambal' di Debat Pilpres Brasil

30 September 2022

Tiga hari jelang pilpres di Brasil hari Minggu (02/10), calon petahana Bolsonaro dan saingan terkuatnya Luiz Inacio Lula da Silva saling lemparkan tuduhan berbohong, korupsi dan lakukan nepotisme dalam debat televisi.

https://p.dw.com/p/4HZL7
Mantan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva (kiri) dan Presiden Brasil saat ini Jair Bolsonaro (kanan)
Mantan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva (kiri) dan Presiden Brasil saat ini Jair Bolsonaro (kanan)Foto: Reuters

Presiden Brasil saat ini Jair Bolsonaro dan mantan Presiden Luiz Inacio "Lula" da Silva saling lemparkan tuduhan pedas dalam debat terakhir sebelum pemilihan presiden pada hari Minggu (02/10). Jajak pendapat terakhir menunjukkan Lula da Silva saat ini unggul dari petahana.

Puluhan juta orang di Brasil pada hari Kamis (29/09) menjadi saksi bagaimana dua kandidat terkuat untuk menjadi presiden negara itu dan lima pesaing lainnya saling tuduh telah melakukan korupsi dalam debat terakhir mereka sebelum negara itu menggelar pemilihan umum pada hari Minggu.

Mayoritas jajak pendapat menunjukkan mantan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva unggul 10 hingga 15 poin persentase atas petahana Jair Bolsonaro dalam putaran pertama pemungutan suara.

Tudingan apa yang saling dilemparkan?

Dalam debat tersebut Bolsonaro menyebut da Silva sebagai bos geng kriminal yang menjalankan "kleptokrasi" selama dua periode kepresidenannya dari 2003 hingga 2010. Dia juga menyebut da Silva sebagai "pembohong, mantan narapidana, dan pengkhianat."

Sementara da Silva yang berhaluan kiri dan dikenal sebagai Lula, menyebut lawan sayap kanannya Bolsonaro sebagai pembohong "tidak tahu malu" yang pemerintahnya menutupi korupsi dalam pembelian vaksin selama pandemi COVID-19. "Sangat buruk bagi presiden republik untuk berbohong secara terang-terangan sepanjang waktu," katanya tentang Bolsonaro.

Lula juga berjanji akan menindak penambangan liar, dalam debat di Globo TV. Selain itu, ia meminta Bolsonaro untuk "bercermin" jika ingin melihat korupsi. 

Lula juga mengatakan apabila terpilih, dia akan mencabut deklarasi yang menyatakan 100 tahun masa kerahasiaan yang dinyatakan Bolsonaro pada negosiasi Kementerian Kesehatan tentang vaksin COVID-19. Selain itu, ia juga akan menyelidiki dugaan pelanggaran keuangan oleh putra presiden "untuk melihat apa yang dia sembunyikan."

Saling serang, tanpa solusi

Pemeriksa fakta di kantor berita AFP mengidentifikasi banyak ketidakbenaran dalam pernyataan para kandidat tersebut. Misalnya saat Bolsonaro menyangkal tuduhan bahwa dia tidak mau membeli vaksin COVID-19, dengan mengatakan: "Tidak ada negara di dunia yang membeli vaksin pada tahun 2020."

Pada kenyataannya, jutaan dosis vaksin telah diberikan di seluruh dunia pada tahun itu. Sementara itu Lula bersikeras dia tidak bersalah atas semua tuduhan korupsi. Namun sebenarnya hukumannya dibatalkan karena alasan prosedural dan dia sendiri tidak pernah dinyatakan tidak bersalah.

Saking panasnya debat antara kedua kandidat, William Bonner, jurnalis yang juga menjadi moderator dalam debat tersebut, menegur keduanya karena gagal menghormati aturan dasar debat yang juga menampilkan lima kandidat lainnya.

Sementara kandidat berhaluan tengah Simone Tebet dari partai Gerakan Demokratik Brasil (MDB) mengkritik kedua pria itu karena saling serang hal-hal yang bersifat pribadi dan tidak punya rencana untuk mengatasi pengangguran dan meningkatnya kelaparan.

Simone Tebet mengumumkan rencana untuk membalikkan kebijakan lingkungan Bolsonaro yang telah menyebabkan peningkatan deforestasi di hutan hujan Amazon.  

Jair Bolsonaro, 67, mengandalkan basis dukungan evangelis dan kalangan bisnisnya. Pada hari Kamis (29/09) kampanyenya mendapat boosting dengan adanya video TikTok dari bintang sepak bola Neymar. Dalam video itu, Neymar terlihat menari dengan latar belakang musik kampanye yang mendukung Bolsonaro.

Sementara Lula da Silva, 76, menarik bagi pemilih dari kalangan ekonomi miskin, minoritas, dan anti-Bolsonaro. Setelah dipenjara selama 18 bulan karena korupsi, dia kembali ke dunia politik

ae/hp (AFP, AP, Reuters)