1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Basis Data Global Bahan Bakar Fosil Diluncurkan, Apa Isinya?

19 September 2022

Basis data global bahan bakar fosil menjadi database publik skala besar pertama yang melacak bahan bakar apa yang belum dipakai. Peluncurannya bertepatan dengan diskusi iklim global yang akan berlangsung di New York, AS.

https://p.dw.com/p/4H2cP
Pembangkit listrik Neurath berbahan bakar lignit di Jerman
Basis data akan memungkinkan publik untuk memiliki gagasan yang lebih baik tentang cadangan bahan bakar fosil dunia dan emisi masa depanFoto: Political-Moments/IMAGO

Basis data pertama di dunia untuk melacak produksi bahan bakar fosil global, cadangan minyak dan gas, dan emisi diluncurkan pada hari Senin (19/09), menurut Carbon Tracker dan Global Energy Monitor.

Registry (sebuah basis data) global bahan bakar fosil dibuat menggunakan data lebih dari 50.000 lahan di 89 negara, yang mencakup sekitar 75% cadangan, produksi, dan emisi global. Peluncurannya bertepatan dengan pembicaraan iklim yang berlangsung di Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat.

Meskipun ada data pribadi yang tersedia untuk dibeli, basis data ini tersedia untuk penggunaan umum, menjadikannya database pertama dalam skala besar. Ini berbeda dari data publik yang dikelola oleh Badan Energi Internasional (IEA), yang mencatat permintaan bahan bakar fosil dan melacak sumber daya yang belum dibakar.

"Dengan registry, akan jauh lebih mudah untuk memasukkan perkiraan emisi masa depan ke dalam analisis," kata Eric Christian Pedersen, Kepala Tanggung Jawab Investasi di Nordea Asset Management yang berbasis di Denmark.

Harapan untuk lebih banyak akuntabilitas iklim

Registry ini dikembangkan bersama oleh Carbon Tracker, sebuah lembaga think tank nirlaba yang meneliti efek transisi energi di pasar keuangan, bersama Global Energy Monitor, yang melacak berbagai proyek energi global.

Organisasi-organisasi ini berharap registry akan memberdayakan kelompok-kelompok lainnya untuk meminta pertanggungjawaban pemerintah dalam berbagai skenario, misalnya, ketika mengeluarkan izin untuk ekstraksi bahan bakar fosil.

"Kelompok masyarakat sipil harus lebih fokus pada apa yang pemerintah rencanakan dalam hal penerbitan izin, baik untuk batu bara, minyak dan gas, dan benar-benar mulai menantang proses perizinan ini,” kata Mark Campanale, pendiri Carbon Pelacak.

Basis data tersebut dirilis saat dua sesi pembicaraan iklim berlangsung di tingkat internasional, dimulai dengan Majelis Umum PBB dan diikuti oleh COP27 di Sharm El Sheikh, Mesir, pada November mendatang.

Karena dunia sangat membutuhkan pengurangan karbon, data penting dapat mempersenjatai kelompok lingkungan dan iklim untuk menekan para pemimpin nasional agar menyetujui kebijakan yang lebih kuat yang dapat menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah.

bh/ha (AP, Reuters)