1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Motor Konvensional Bisa Ramah Lingkungan

Christian Friedl
4 Februari 2022

Beberapa peneliti yakin, yang merusak lingkungan hidup adalah bahan bakar yang salah. Kini mereka berusaha temukan bahan bakar tepat bagi motor konvensional.

https://p.dw.com/p/46Dr2
Foto: Davor Puklavec/PIXESELL/picture alliance


Tidak bisa disangkal, mesin sepeda motor milik insinyur Martin Härtl perlu bahan bakar. Namun demikian, neraca CO2nya nol, dan itu lebih baik daripada kendaran listrik.

Martin Härtl dan rekannya Simon Pöllmann meneliti motor-motor, dan ingin membuktikan, bahwa mesin pembakaran punya masa depan! Bahkan bisa lebih ramah lingkungan daripada penggerak listrik.

Gagasan awalnya adalah: bukan mesin pembakaran yang berdampak buruk bagi lingkungan, melainkan bahan bakar yang dimasukkan ke dalamnya. Oleh sebab itu, motornya tidak diisi bensin atau diesel melainkan gas bumi. Itu lebih ramah lingkungan dibanding diesel saat ini.

Bahan bakarlah yang berdampak buruk bagi lingkungan

Mereka membandingkan motor gas baru, dengan motor diesel. Hal yang baru dalam percobaan mereka adalah, seperti pada diesel, bahan bakar baru disulut di ruang pembakaran. Jadi tujuan untuk masa depannya adalah sebuah motor gas, yang berfungsi seperti diesel. Dari sistem baru ini limbahnya sangat sedikit. Demikian pula nitrogen dioksida dan karbon dioksidanya. 

"Gas bumi punya keuntungan bahwa sesuai prinsipnya kita menghemat seperempat CO2. Tapi kita juga harus melakukannya sedemikian rupa, agar zat beracun lainnya jumlahnya tidak bertambah. Juga agar jumlah yang digunakan hanya sedikit agar dampaknya bagus." Begitu dijelaskan Martin Härtl. 

Itu bisa dilakukan dengan proses pembakaran modern yang sedang mereka teliti. Tujuan kami adalah, memenuhi tuntutan masa depan bagi motor pembakaran, yaitu perlindungan iklim dan pengendalian polusi udara.

Ide nomor dua: membuat motor pembakaran dalam zaman sekarang lebih ramah lingkungan. Yaitu dengan bantuan gas buangannya sendiri.

Turunkan suhu dengan gas buangan yang didinginkan

Triknya: lewat sebuah ventil, gas buangan akan dialirkan kembali ke dalam ruang motor. Tujuannya untuk mengurangi nitrogen oksida saat pembakaran. 

Biasanya, bahan bakar masuk ke dalam ruang pembakaran lewat ventil dan tersulut di sana. Kalau suhunya tinggi akan terbentuk nitrogen oksida, dan itu buruk.

Untuk mengatasi hal ini, langkah yang diambil: sebagian gas buangan didinginkan dan dialirkan kembali ke ruang pembakaran. Gas-gas ini menurunkan suhu di dalam ruang pembakaran. Oleh sebab itu, nitrogen oksida yang terbentuk jadi lebih sedikit. 

Tapi masalahnya, proses itu punya kerugiannya pula. Martin Härtl mengatakan, "Kalau kita berhasil mencegah pembentukan nitrogen oksida di dalam motor, jelaga yang terbentuk semakin banyak." Menurut dia, alternatifnya adalah menggunakan bahan bakar lebih banyak. 

Jadi sistem ini terbentur pada batasan. Setidaknya dalam hal bahan bakar fosil zaman sekarang. Oleh sebab itu, titik berat penelitian lain adalah, apa yang bisa jadi bahan bakar masa depan. Demikian ditambahkan Martin Härtl.

Itulah gagasan ke tiga dari para peneliti, yaitu bahan bakar baru bagi motor pembakaran. Namanya OME, dan dibuat sintetis. Neraca CO2-nya bisa dibilang nol. 

Bahan  bakar sintetis janjikan energi tanpa limbah

"Saya pikir, cara bagus mendemonstrasikannya begini. Ini dua botol dengan sumbu. Satu diisi diesel, satu lagi OME. Kalau saya menyalakan yang berisi diesel, bisa dilihat cahaya berwarna kuning dan jelaganya, yang menguap di udara. Itu jugalah yang terjadi di dalam motor." 

Sedangkan jika mencoba dengan OME, bisa dilihat, cahaya kuningnya tidak ada lagi. Cahaya itu datang dari partikel jelaga, yang menjadi panas dan menyala. Seperti halnya baja panas yang menyala dan menyebabkan efek cahaya. Itu juga bisa kita lihat dalam motor. 

Membandingkannya begini: awalnya, motor dinyalakan dengan diesel biasa. Bahan bakar fosil terbakar di ruang motor seperti dalam eksperimen dengan botol bersumbu. Cahayanya terang, kuning dan berjelaga. 

Bagaimana kalau dengan bahan bakar sintetis? Ini bisa dengan mudah dituangkan ke dalam motor pembakaran yang sama, seperti halnya diesel. Jadi di motor yang sudah ada. 

Bagi konsumen, memakai bahan bakar sintetis sama seperti bahan bakar fosil. Proses mengisinya, juga motornya, tidak ada yang berubah. Tapi pembakarannya berbeda.

Martin Härtl menjelaskan, "Bisa dilihat sekarang, potensi apa saja bisa ditunjukkan motor pembakar, jika kita tidak menggerakkannya dengan bahan bakar fosil konvensional, melainkan dengan bahan bakar modern, yang memungkinkan kita mencapai hasil bagus dengan emisi rendah." 

Sekarang tantangannya, kita harus bisa membuat bahan bakar seperti itu, dan dalam jumlah besar. "Saya rasa, nantinya motor pembakaran akan memainkan peran menentukan,“ kata Martin Härtl. 

Sebuah sepeda motor dengan mesin pembakaran yang berisi bahan bakar sintetis, dan punya neraca iklim lebih baik daripada kendaraan listrik. Mungkin itulah yang terbaik bagi masa depan (ml/fyf)