1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiAmerika Serikat

AS dan Vietnam Perluas Kerja Sama Teknologi

11 September 2023

Presiden AS Joe Biden mencanangkan "babak baru" dalam hubungan dengan Vietnam. Dalam kunjungannya, kedua negara menyepakati pembelian pesawat dan investasi teknologi bernilai miliaran Dollar AS.

https://p.dw.com/p/4WBm4
Presiden AS Joe Biden di Vietnam
Presiden AS Joe Biden di VietnamFoto: Luong Thai Linh/AP/picture alliance

Presiden Joe Biden menutup lawatannya di Vietnam dengan mengunjungi sebuah tugu peringatan perang Vietnam. Sebelumnya, dia bertemu dengan Perdana Menteri Phim Minh Chinh dan menghadiri jamuan makan siang bersama Presiden Vo Van Thuong di ibu kota Hanoi, Senin (11/9).

Di sana, dia turut merangkai kesepakatan pembelian 50 pesawat Boeing 737 Max oleh Vietnam Airlines senilai USD 7,5 miliar. Pembelian itu ikut mengamankan "lebih dari 33.000 lapangan kerja di Amerika Serikat," tulis Gedung Putih dalam keterangan persnya.

Sebaliknya, Washington mengabulkan proposal investasi senilai USD 1,5 miliar oleh Amkor Technology untuk membangun pabrik semikonduktor di Provinsi Bac Ninh. Masuknya pemain baru asal Texas itu menambah ramai industri teknologi Vietnam. Di sana, Intel sebelumnya sudah membangun pabrik dan pusat pengujian chip senilai USD 1,5 miliar dan berniat memperluas fasilitas tersebut.

Dalam lawatannya ke Vietnam, Presiden Biden menegaskan betapa AS berkepentingan memperkuat industri semikonduktor di Vietnam. "Pesan saya hari ini sangat sederhana. Ayo teruskan," kata dia di depan perwakilan bisnis dan usaha. "Kita harus mengembangkan dan menjalankan kolaborasi, kita harus merangkai kemitraan-kemitraan baru."

Menurutnya, hanya "langit yang membatasi" ambisi AS untuk memperkuat relasi dengan Vietnam.

"Kami sangat mengharapkan munculnya komitmen politik yang kuat dari pemerintah AS," timpal Perdana Menteri Minh Chinh.

Diversifikasi dari Cina

Kemesraan yang ditampilkan Gedung Putih bukan tak beralasan. Vietnam memiliki cadangan mineral logam tanah jarang terbesar kedua di dunia setelah Cina. Keunikan tersebut menempatkan Hanoi dalam posisi strategis dalam perang global untuk menguasai teknologi dan industri semikonduktor.

Presiden Biden menegaskan pihaknya bukan ingin "menghadang" Cina, melainkan menolak ambisi Beijing merombak tatanan dunia. Pada KTT G20 di New Delhi, Minggu (10/9), dia bertemu dengan Perdana Menteri Cina, Li Qiang, untuk antara lain membahas isu perdagangan dan keamanan, terutama soal Taiwan.

"Cina punya masalah ekonomi yang sulit saat ini, dikarenakan berbagai alasan yang terkait minimnya perkembangan internasional dan kebijakan-kebijakan yang diterapkan pemerintah sendiri," kata Biden, merujuk pada tingginya angka pengangguran kaum muda dan industri properti yang didera gelombang kebangkrutan.

"Saya tidak yakin masalah ini akan mendorong Cina menginvasi Taiwan, malah sebaliknya, karena mereka mungkin tidak lagi punya kapasitas yang mencukupi."

Inisiatif diplomatik AS disambut terbuka oleh Vietnam yang juga berseteru dengan Cina seputar Laut Cina Selatan. Setelah bertemu Biden pada Minggu, Sekretaris Jendral Partai Komunis Vietnam, Nguyen Phu Trong, secara resmi menaikkan status hubungan diplomatik dengan AS ke level mitra strategis.

Biden mengatakan, status tersebut menunjukkan betapa kedua negara telah berdamai dengan "masa lalu pahit" Perang Vietnam. Namun begitu, dia menegaskan kunjungannya tidak diniatkan untuk memulai "perang dingin" dengan Cina.

rzn/hp (ap,rtr)