1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

AS dan India Sepakati Kerja Sama Nuklir

2 Maret 2006

Presiden Bush untuk pertama kali dalam masa jabatannya melawat India.

https://p.dw.com/p/CJeE
PM India dan Presiden AS
PM India dan Presiden ASFoto: AP

"Hari ini sejarah dibuat", demikian dikatakan Perdana Menteri India Manmohan Singh di New Delhi seusai pembicaraan puncak Amerika Serikat-India. "Saya pribadi merasa sangat gembira, kami akhirnya punya pemahaman sama mengenai implementasi kerja sama atom yang sudah disepakati 18 Juli 2005", kata Perdana Menteri India selanjutnya.

Amerika Serikat dan India memang sudah punya nota kesepahaman soal kerja sama nuklir, namun sampai saat ini ada perbedaan pandangan tentang penerapannya. Banyak kalangan yang mengkritik, kesepakatan itu bisa menghambat upaya dunia membatasi penyebaran teknologi nuklir sebagaimana diatur dalam perjanjian non-proliferasi.

Kesepakatan Historis

Presiden Amerika Serikat George W. Bush dalam konferensi bersama di New Delhi menandaskan, Amerika Serikat dan India telah mencapai kesepakatan historis soal reaktor nuklir. Kesepakatan ini sangat penting, dan akan membantu masyarakat di kedua negara. Para pendukung kesepakatan itu menyatakan, kerja sama ini akan membantu India menghadapi kesulitan pemasokan energi. Perekonomian India saat ini sedang berkembang pesat. Selama ini, India sangat tergantung pada impor energi dari berbagai negara untuk memenuhi kebutuhan industrinya.

Memang masih belum jelas rincian kerja sama nuklir yang disepakati. Tapi kesepakatan ini menandai perubahan mendasar dalam arah politik luar negeri Amerika Serikat. Selama tiga dekade, justru Amerika Serikat lah yang paling lantang menentang transfer teknologi nuklir kepada India, karena India mengembangkan senjata nuklir, dan ini jelas-jelas bertentangan dengan kebijakan PBB. Sama seperti Pakistan, yang juga mengembangkan senjata atom, India menolak ikut dalam perjanjian non-proliferasi nuklir.

Program Nuklir Untuk Keperluan Sipil

Perkembangan baru ini antara lain hasil dari kunjungan Perdana Menteri India Manmohan Singh ke Washington Juli lalu. Dalam rangkaian konsultasi dibahas keberatan Amerika Serikat dan bagaimana cara melakukan transfer teknologi nuklir, sehingga bisa dijamin teknologi tersebut benar-benar hanya digunakan untuk keperluan sipil dan tidak digunakan untuk keperluan militer.

Menghadapi kebutuhan energi yang semakin tinggi, India memang sedang mencoba berbagai cara untuk mengalihkan sumber energinya dari bahan bakar fosil seperti minyak dan gas ke sumber energi nuklir.

Sulitnya Pengawasan

Para pengkritik kesepakatan itu mengatakan, kesepakatan ini hanya akan menyulitkan pengawasan internasional mengenai penggunaan energi nuklir. India sekarang punya kemungkinan mengimpor uranium dan menggunakan bahan tersebut untuk program senjata nuklirnya.

Rincian kesepakatan itu memang belum dipublikasi. Presiden Bush di New Delhi mengatakan, ia percaya pada niat baik pemerintah India, dan ia akan membawa kesepakatan itu ke Kongres Amerika Serikat. Perjanjian itu memang masih harus disetujui oleh kongres sebelum diterapkan.