1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menghidupkan Arsitektur Hijau Asli Mesir

Mourad El Touni
20 Januari 2023

Iklim Mesir yang panas dan kering bisa mencapai suhu 50°C. Kini dengan teknologi kuno lokal, seorang arsitektur perempuan berusaha membuat rumah tinggal yang hijau, efisien energi dan tidak mahal.

https://p.dw.com/p/4FCKe
Sungai Nil di Kairo, Mesir
Sungai Nil di Kairo, MesirFoto: Gehad Hamdy/dpa/picture alliance

Arsitek Sarah El-Battouty mengungkap sebuah masalah yang mencolok di Mesir, yaitu suhu ekstrem. Dan itu mengancam kehidupan. "Mengapa tidak ada gedung-gedung hijau di Mesir? Kalau ada, mengapa sangat sedikit?" Begitu katanya, dan menekankan, dia percaya kalau mau mendalami pengetahuan asli Mesir, semua akan dapat memetik keuntungan dari teknologi yang keberadaannya tidak diketahui sama sekali.

Arsitek asal Kairo Sarah El Battouty, ingin menemukan dan menerapkan pengetahuan serta kearifan lokal ini dalam arsitektur modern. Timnya mendesain bangunan yang punya dampak lingkungan dan sosial. 

Suhu di musim panas di Mesir bisa naik hingga 50° Celsius. Dan lautan bangunan beton di Kairo ikut memicu panas yang membekap. Warga kota yang berduit dan bisa membayar, tergantung pada AC untuk menyejukkan ruangan. 

"Sekitar 30% pendapatan rumah tangga digunakan untuk menyejukkan ruangan", ungkap El-Battaouty. "Jadi mengapa kita tidak membuat bangunan yang menyediakan kesejukan sejak awal, dan tidak sekedar menggunakan solusi konvensional?"

Sejukkan Bangunan di Mesir lewat Manipulasi Ruang dan Udara

Solusi teknologi lokal yang berkelanjutan

Perusahaan Royal Herbs Egypt, yang berlokasi 450 km di sebelah barat Kairo mencari solusi yang bersifat berkelanjutan. Mereka meminta Sarah El-Battouty untuk mendesain akomodas bagi 140 pekerja dengan penyejuk alamiah.

Para arsitek menguji jalur udara dan cahaya matahari untuk mengontrol aliran udara dan bayangan. Kemudian mereka mebangun struktur rumah tinggal menggunakan batu kerikil yang didaurulang dari tambang di dekat lokasi. 

Arsitek Ahmed El-Shareif menjelaskan, warna dinding yang gelap menyerap suhu tinggi jika angin datang. Di lain pihak dinding terisolasi. Kombinasi ini membantu menyejukkan udara dan memberikan kenyamanan termal tambahan bagi yang tinggal atau menggunakan fasilitas itu. 

Suhu di ruangan berada pada level konstan antara 19 sampai 26° Celcius sepanjang tahun. Panel surya jadi sumber energi bagi kipas angin di dalam ruangan. Sementara air panas diperoleh dari pemanas dengan tenaga surya. 

Proyek ini sudah mendapat label ekologis Golden Pyramid, atau piramida emas. Pemerintah menugaskan Salah El Haggar untuk mengembangkan sistem penilaian nasional. Sebagai respons atas populasi yang semakin membludak, Mesir ingin mengurangi konsumsi energi bangunan.

Salah El-Haggar adalah Pemimpin Egyptian Council for Green Buildings. Dia mengatakan, desain arsitektur harus diubah sepenuhnya menjadi desain arsitektur berkelanjutan. "Sekarang, dengan bangunan bersifat hijau, kami bisa menghemat energi sampai 50%. Air bisa kami hemat sampai 60%, dan kami bisa menghemat lebih banyak bahan, dengan memperbaiki kualitas lingkungan baik di dalam, maupun di luar ruangan", ujar El-Haggar.

Terinspirasi rumah tradisional pedesaan

Insiprasinya mereka dapat dari rumah-rumah tradisional yang bisa ditemukan di komunitas pedesaan. Rumah-rumah itu desainnya harmonis dengan alam dan lingkungan hidup. Tujuannya adalah memberikan dampak positif bagi mereka yang akan menggunakan bangunan untuk jangka panjang dan itu akan berdampak baik bagi penduduk ibukota Kairo, yang sekarang jumlah populasinya 20 juta orang. Para pakar meyakini, urbanisasi akan menyebabkan populasi Kiro akan naik dua kali lipat tahun 2050.

Arsitek Sarah El-Battouty mengatakan, "Kami sudah mencapai penyejukkan hingga 10% di beberapa proyek kami, tanpa bantuan mekanis apapun." Ini alasannya, mengapa mereka berpendapat, akan dapat mencapai solusi lebih baik bagi komunitas pedesaan, terutama bagi warga berpendapatan rendah. Jadi orang tidak perlu selalu berusaha mengoreksi, apa yang sejak awal memang tidak diperhatikan. 

Sarah El-Battouty baru-baru ini ditunjuk menjadi duta bagi inisiatif dari presiden Mesir, yang disebut "Decent Life," atau hidup sewajarnya. Perannya adalah merumuskan arahan bersifat ekologis, dan mempromosikan kesadaran akan perubahan iklim. 

Mesir tidak hanya sendirian dalam upayanya untuk mengadaptasi infrastrukturnya dengan planet yang semakin hangat. Ini masalah global. Dan arsitektur hijau memegang peranan menentukan. 

(ml/Inovator)