1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ai Weiwei Tuduh Beijing Bunuh Karakter

2 November 2011

Dua bulan setengah lamanya artis Cina Ai Weiwei mendekam dalam tahanan. Pihak berwenang Cina menuduhnya menggelapkan pajak. Kini AI Weiwei dituntut untuk mengembalikan pajak dengan dendanya.

https://p.dw.com/p/134As
Ai Weiwei berbicara kepada pers di depan rumahnya di BeijingFoto: AP

Empat bulan setelah Ai Weiwei dibebaskan dari tahanan, dinas pajak Cina menuntut pembayaran 1,7 juta Euro dari seniman dan pengkritik rejim itu. Perintah pembayaran disampaikan Selasa (01/11) kepada agen "Fake" yang mengurus karya-karya Ai.

Kepada DW-WORLD.DE, Ai Weiwei menunjukkan kemarahannya. "Saya bertanya-tanya, bagaimana tuntutan semacam itu bisa diambil, tanpa prosedur dan formalitas yang memadai. Buat saya itu tidak bisa dimengerti.“

"Cina Kehilangan Kredibiltas"

Menurut Ai, pemerintah sejauh ini tak punya bukti bagi tuduhan penggelapan pajak tersebut. Tetapi, jika Ai tidak membayar denda, maka istrinya Lu Qing terancam ditahan. Lu adalah perwakilan hukum dari agensi seni milik Ai "Fake". Hampir tak ada cara untuk lolos dari hukuman ini, keluh Ai.

"Ini bukan sikap penguasa tinggi atau negara yang kepercayaan dirinya bertambah." Sebuah negara semestinya menjadi contoh bagi rakyatnya tentang etika dan integritas, dan bukannya memilih cara kekerasan dan represi untuk menyerang", tambah Ai. "Dengan cara ini negara kehilangan kredibilitasnya."

Seperti diberitakan media Jerman Welt Online, jumlah yang harus dilunasi Ai terdiri dari pajak yang belum dibayar sebesar 12 juta Yuan, dan denda lebih dari 3 juta Yuan karena keterlambatan membayar pajak. .

Künstler Ai Weiwei China Steuerforderungen
Ai berbicara pada seorang petugas kantor pajak Beijing di rumah AiFoto: AP

Tidak Optimis Tidak Pesimis

Pu Zhiqiang, pengacara Lu Qing, istri Ai Weiwei, dan agensi seni "Fake", terkejut akan tingginya tuntutan dinas pajak. Ia menyatakan akan mengajukan keberatan kepada pemerintah, jika perlu maju ke pengadilan. Tapi ia tak mau berspekulasi tentang peluangnya.

"Kami tak mau menghabiskan energi untuk menebak-nebak seberapa bagus prospeknya. Kami tidak optimis tapi juga tidak pesimis." Ia hanya ingin melindungi kepentingan hukum "Fake", sambil memastikan bahwa pemerintah menaati hukum, kata si pengacara.

Aparat keamanan Cina menangkap Ai Weiwei, seniman yang kritis terhadap pemerintah, awal April di lapangan terbang di Beijing. Ia ditahan selama 81 hari. Awalnya alasan penahanan tidak jelas, begitu pula keberadaan Ai. Setelah ia ditangkap, studionya digeledah dan komputernya disita. Belakangan Ai dituduh melakukan penggelapan pajak jutaan Yuan. Menurut keterangan pemerintah ia sudah mengaku bersalah.

Lawan Sampai Mati

Ai membantah bahwa ia mengaku, juga bahwa ia melakukan penggelapan pajak. Ia menyatakan akan "melawan sampai mati". Menurut Ai, ini upaya pemerintah Cina untuk membungkamnya. "Sejak awal ditahan, mereka bilang pada saya 'Kami akan hancurkan nama baikmu, kami akan sebarkan pada seluruh dunia bahwa kamu pembohong, kurang ajar, kamu memfitnah pemerintah."

Lu Qing Ehefrau des Künstlers Ai Weiwei
Lu Qing, istri Ai WeiweiFoto: AP

Padahal, kata Ai, pernyataan yang ia lontarkan tentang pemerintah Cina terbilang bersahabat. "Meski demikian, mereka menggunakan taktik untuk memadamkan suara dan pendapat lain."

Sejak dibebaskan bulan Juni, Ai Weiwei berstatus tahanan rumah. Pemerintah melarang ia berhubungan dengan media. Meski begitu, pada akhir Agustus, tulisan seniman yang mendapat berbagai penghargaan internasional itu terbit di majalah Amerika "Newsweek". Dalam artikelnya, Ai menyebut Beijing sebagai penjara dan mengkritik pelanggaran hak warga di Cina.

Christoph Ricking/Renata Permadi Editor: Vidi Legowo-Zipperer