1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

65 Tahun Pendirian Israel

Bettina Marx14 Mei 2013

Negara Israel didirikan tahun 1948 di daerah Palestina. Setelah itu, Israel beberapa kali terlibat perang dengan negara tetangga. Konflik Israel-Palestina belum selesai.

https://p.dw.com/p/18WzH
Cabinet Ministers of the new state of Israel are seen on May 14, 1948, at a ceremony at the Tel Aviv Art Museum (ddp images/AP Photo).
Deklarasi Negara IsraelFoto: dapd

14 Mei 1948 adalah hari yang mengguncang Timur Tengah. Di sebuah musium di Tel Aviv dideklarasikan pembentukan negara Israel. Pemimpin gerakan warga Yahudi di Palestina ketika itu, Ben Gurion, membacakan deklarasinya. ”Dengan ini kami menerangkan pendirian negara Yahudi di Israel. Inilah Negara Israel”.

Setahun sebelumnya, tahun 1947, PBB menyetujui pembagian kawasan Palestina yang menjadi daerah jajahan Inggris menjadi dua bagian, yaitu bagian Yahudi dan bagian Arab. Mandat Inggris atas kawasan Palestina berakhir 14 Mei 1948. Tapi negara-negara Arab tidak setuju atas pembagian itu. Akhirnya, warga Yahudi di Palestina mendeklarasikan negara Israel di bawah pimpinan Ben Gurion.

Kelompok Yahudi kemudian berusaha menguasai kawasan Palestina yang menjadi bagian mereka. Karena jumlah warga Palestina di daerah itu lebih banyak dari warga Yahudi, Ben Gurion berusaha mengusir warga Palestina keluar dari daerah Israel. Terjadilah pertempuran antara kelompok bersenjata Yahudi dan Arab. Ben Gurion ingin mengusir lebih dari satu juta warga Palestina ke luar kawasan Israel.

Warga Palestina kemudian mengungsi ke negara-negara Arab lain dan ke kawasan Palestina yang tidak dikuasai Israel, yaitu kawasan Jalur Gaza dan Tepi Barat Yordan. Selama pertempuran itu, sekitar 750.000 warga Palestina terpaksa mengungsi. 530 desa dan 13 kota Palestina hancur. Israel menyebut pertempuran ini sebagai "perang kemerdekaan“. Warga Palestina melihat perang ini sebagai invasi Israel atas wilayah mereka, yang mendapat legitimasi dari PBB.

Negara-negara Arab di sekitar Israel, yaitu Lebanon, Mesir, Yordania dan Suriah mengerahkan pasukan untuk memukul mundur tentara Israel. Namun pasukan Israel mempertahankan wilayahnya. Tahun 1949 dicapai kesepakatan gencatan senjata yang rapuh.

Perang Enam Hari

Tahun 1967 terjadi perang enam hari. Ketika itu Israel berperang dengan pasukan dari Mesir, Yordania dan Suriah. Antara tanggal 5 sampai 10 Juni 1967, pasukan Israel berhasil menguasai kawasan Tepi Barat, Jalur Gaza dan Dataran Tinggi Golan. Israel berhasil merebut kota Yerusalem, yang punya nilai simbolis penting bagi agama Yahudi.

Sejak 1967, Israel kemudian menduduki Tepi Barat dan Jalur Gaza. Warga Yahudi mulai membangun pemukiman-pemukiman di kawasan yang diduduki. Warga Palestina di daerah yang diduduki ditekan dan diawasi dengan ketat. Mereka tidak boleh membentuk admistrasi sendiri.

1979 disepakati Perjanjian Perdamaian dengan Mesir. Proses Perdamaian dengan Palestina dimulai 1993. Tahun 2005 pasukan Israel mulai ditarik dari Jalur Gaza. Tapi Israel tetap membangun pemukiman Yahudi di kawasan yang diduduki. Bahkan PM Israel Yitzhak Rabin, yang menentang pemukiman Yahudi, dibunuh oleh seorang ekstrimis Yahudi.

Hingga kini, masalah pemukiman Yahudi menjadi hambatan utama dalam proses perdamaian Israel-Palestina.

Hubungan Israel Dengan Jerman

Republik Federal Jerman mulai membuka hubungan diplomatik dengan Israel 1965. Sebelumnya, 1952, Jerman menyetujui pembayaran ganti rugi senilai 3 miliar D-Mark kepada warga Yahudi di Eropa, yang menjadi korban kekejaman rejim NAZI selama Perang Dunia II.

Kanselir Jerman saat itu, Konrad Adenauer menegaskan, kejahatan yang dilakukan NAZI terhadap warga Yahudi sedapat mungkin harus "diperbaiki“. Tahun 1960, Konrad Adenauer untuk pertama kalinya bertemu dengan Ben Gurion di New York. "Saya senang bisa bertemu dengan Kanselir Adenauer. Saya sudah mengatakan kepada Knesset (parlemen Israel), bahwa Jerman yang sekarang bukan Jerman yang kemarin. Setelah bertemu dengan Adenauer, saya yakin bahwa pandangan itu memang benar“, kata Ben Gurion.

Kini Jerman memiliki hubungan erat dengan Israel. Kanselir Jerman saat ini, Angela Merkel mengatakan, Jerman punya tanggung jawab sejarah terhadap Israel dan terhadap keamanan negara itu.