1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Masalah Pengungsi Asal Afrika di Israel

Ulrike Schleicher13 Maret 2013

Sejak setahun, penduduk kota Tel Aviv membantu para pengungsi asal Sudan dan Eritrea yang ditampung di kota itu. Pemerintah Israel kewalahan dengan arus pengungsi.

https://p.dw.com/p/17wCl
Foto: AP

Yigal Shtayim masih ingat peristiwa yang membuat dia memutuskan untuk membantu para pengungsi. “Setahun lalu, seorang pria meninggal di Lewinsky Park di Tel Aviv. Hampir tidak ada orang yang memperhatikannya. Kemungkinan besar, dia dari Ethiopia.” Ketika itu sedang musim dingin. Tapi pria yang sakit itu tidur di luar. Tidak ada yang mengurusnya. Ini membuat seniman Yigal Shtayim malu sekaligus marah. ”Satu orang mati, karena tidak ada yang mengurusnya. Bagaimana ini bisa terjadi di negara makmur seperti Israel?”

Shtayim lalu menceritakan nasib para pengungsi di internet dan meminta bantuan warga Tel Aviv. Mereka lalu menggagas aksi yang dinamakan ”Sup untuk Lewinsky”. Pada awalnya, mereka ingin memberi bantuan makanan. Tapi lama kelamaan, para aktivis mulai membantu pengungsi mendapat pakaian dan menemani mereka berurusan dengan kantor-kantor resmi. Para aktivis sekarang ingin membuat tempat penitipan anak bagi pengungsi.

Aksi ini mendapat cukup banyak sambutan. ”Lewat internet, dalam waktu singkat kami mengumpulkan cukup banyak relawan yang mau membantu”, kata Shtayim. Sebagian relawan datang secara kontinyu. Sebagian lagi bekerja untuk tiga bulan. Ada juga yang datang satu kali saja.

Antrian panjang di dapur umum

Setiap malam, Shtayim dan relawan yang lain membagikan makanan kepada para pengungsi. Makanan ini adalah sumbangan dari dua restoran. Sebelum pembagian makanan dimulai, sudah berkumpul sekitar 50 orang yang membentuk antrian. Yigal Shtayim menerangkan: ”Awalnya kami membagikan sampai 800 makanan setiap malam. Sekarang yang datang sekitar 150 orang”.

Hanya sebagian kecil pengungsi asal Afrika Utara yang menikmati pembagian makanan ini. Kebanyakan pengungsi datang dari Eritrea dan Sudan. Menurut keterangan badan imigrasi Israel, ada sekitar 60.000 pendatang dari Afrika Utara. Banyak yang datang sepuluh tahun lalu dan tinggal di Israel, sekalipun status mereka masih ilegal. Dalam tiga tahun terakhir, jumlah pendatang dari Afrika Utara makin bertambah. Setiap bulan datang sekitar 2.000 orang.

Pemerintah Israel ingin redam pendatang ilegal

Pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berusaha membatasi jumlah pendatang ilegal ini. Jika masalahnya tidak diselesaikan sekarang, jumlah pendatang yang saat ini 60.000 orang bisa bertambah dengan cepat menjadi 600.000 orang. Ini akan membahayakan eksistensi Israel, demikian Netanyahu.

Setahun lalu, seorang pengungsi dituduh melakukan pemerkosaan. Banyak penduduk Tel Aviv lalu menggelar aksi memprotes para pendatang ilegal. Anggota parlemen dari Partai Likud, Miri Regev, menyebut para pengungsi sebagai ”jaringan kanker”. Israel dibanjiri oleh pengungsi dari Eritrea dan Sudan, katanya. Ini harus segera dihentikan.

Berbagai kebijakan pemerintahan Netanyahu berhasil meredam arus pengungsi. Bulan Desember 2012, hanya ada 37 pengungsi ilegal yang masuk ke Israel. Untuk membendung pengungsi, Israel membangun pagar pemisah baru di perbatasan ke Mesir.

Para pendatang ilegal yang ada di Israel juga didesak untuk kembali ke negaranya. Siapa yang tidak meninggalkan Israel, diancam dengan tahanan penjara selama beberapa tahun. Belum lama ini, Israel dilaporkan memulangkan sekitar 1000 pengungsi asal Sudan Selatan lewat negara ketiga. Padahal Israel sudah meratifikasi Konvensi Pengungsi PBB.