1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

3 Prajurit Gugur di Papua, TNI Kejar Kelompok Separatis

8 Maret 2019

Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) menurut keterangan TNI menyerang pasukan yang tiba di Nduga, Papua, untuk menjaga pekerjaan pembangunan tol Trans Papua. Tiga prajurit gugur dalam serangan itu.

https://p.dw.com/p/3EeiQ
Indonesien Bauarbeiter durch Rebellen ermordet
Foto: Getty Images/S. Steel

Pihak TNI menerangkan tiga prajuritnya tewas dalam kontak senjata dengan puluhan pemberontak di Distrik Mugi, Nduga, Papua.

Pasukan TNI yang terdiri dari 25 tentara diserang oleh hingga 70 pemberontak bersenjata yang membawa senjata berstandar militer dan senjata tradisional, seperti tombak dan panah. Pasukan TNI itu adalah bagian dari 600 tentara tambahan dikerahkan Jakarta untuk mengamankan proyek pembangunan jalan.

Hingga 10 pemberontak diperkirakan tewas, tetapi hanya satu tubuh korban yang ditemukan. Dua helikopter militer yang dikirim untuk mengevakuasi prajurit yang gugur juga sempat ditembaki.

Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Kolonel Inf M. Aidi mengatakan, pasukan TNI tiba di daerah itu untuk menjaga pekerjaan jalan tol Trans Papua dan serangan itu tidak diprovokasi, seperti dilansir kantor berita AP.

Jokowi: Medan di Nduga sulitkan proses pengejaran

Presiden Jokowi sudah memerintahkan TNI untuk mengejar kelompok separatis di Nduga. Namun, ia menyadari bahwa proses itu tidak mudah dikarenakan medan di sana yang masih tertutupi hutan belantara.

"Kita harus tahu yang namanya Nduga medannya hutan belantara bukan sesuatu yang gampang ini. Medannya hutan belantara betul. Kita pernah ke sana, sehingga juga tidak mudah bagi TNI Polri untuk mengejar dan menyelesaikan. Ini tidak mudah karena medannya betul-betul sangat berat dan hutan belantara," kata Jokowi, seperti dikutip dari detik.com.

KKB diminta segera menyerah

Dalang penyerangan terhadap TNI ini adalah Kelompok Kriminal Bersenjata yang dipimpin Egianus Kogoya. Kodam XVII/Cenderawasih meminta Egianus cs segera menyerah atau ditangkap hidup atau mati.

"Tidak ada batas waktu pengejaran, batas waktunya adalah tertangkap hidup atau mati. Atau dia dengan sukarela menyerahkan diri, menyatakan setia kepada NKRI, kita ampuni. Kalau melakukan perlawanan, risiko tentunya kita hadapi sama-sama. Target kita mereka tertangkap hidup atau mati," kata Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Kolonel Inf M. Aidi seperti dilansir detik.com

Satuan Gabungan TNI-Polri Siap Tindak Tegas KKB Papua

Sebelumnya, pada awal Desember 2018, KKB pimpinan Egianus Kogoya juga menjadi dalang penyerangan pekerja proyek Trans Papua yang menewaskan pekerja dari PT Istaka Karya.

Menyusul insiden tersebut, 600 personel TNI dikerahkan untuk melanjutkan pembangunan Jalan Trans Papua Wamena-Mumugu, khusus untuk pembangunan jembatan.

"Mereka akan membangun jalan karena kondisi di lapangan sulit dan ada gangguan dari kelompok bersenjata," kata Kapuspen TNI, Mayor Jenderal Sisriadi, seperti dilansir dari Reuters. Nantinya pelaksanaan pembangunan secara teknis akan dilanjutkan satuan Zeni Konstruksi (Zikon). Sementara tenaga ahli tetap dari kontraktor.

Dikutip dari Detik, juru bicara kelompok yang menamakan diri Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Sebby Sambom mengatakan, jauh sebelum penembakan, mereka telah memperingatkan agar pembangunan jalan Trans Papua tidak dilanjutkan.

na/hp (rtr, ap, detik)