1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Skandal Korupsi di Uni Eropa Mirip Skenario Film Mafia

Bernd Riegert
23 Desember 2022

Tersangka utama kasus korupsi di Uni Eropa, Eva Kaili tetap ditahan juga di masa Natal. Skandal yang juga menyert nama Qatar dan politisi senior Eropa ini bisa dijadikan skenario film kriminal di Netflix.

https://p.dw.com/p/4LMeM
Eva Kaili, mantan wakil ketua Parlemen Uni Eropa yang kini jadi tersangka utama kasus korupsi dan pencucian uang.
Eva Kaili, mantan wakil ketua Parlemen Uni Eropa yang kini jadi tersangka utama kasus korupsi dan pencucian uang. Foto: Christoph Hardt/Panama Pictures/picture alliance

Skandal yang berkaitan dengan dugaan korupsi di Parlemen Eropa bisa jadi bahan untuk serial film baru di Netflix. Tersangka utamanya adalah Eva Kaili yang berasal dari Yunani. Pintar, cantik, dan berada di puncak karirnya sebagai moderator TV dan politisi papan atas di Parlemen Eropa. Pasangannya, Francesco Giorgi, juga atraktif dan usianya lebih muda. Dia juga bekerja di Parlemen Eropa.

Ditambah lagi dengan seorang mantan anggota parlemen senior, Antonio Panzeri yang berasal dari Italia, sebagai dalangnya. Keluarga mereka juga terlibat dalam skandal korupsi besar ini. Ayah tersangka utama Eva Kaili, berniat melarikan diri dengan sebuah koper penuh uang tunai, sesuai petunjuk dari anaknya. Istri dan anak perempuan Panzeri tahu upaya korupsi ini, dan sudah diserahkan oleh kehakiman Italia ke Belgia.

Jalan ceritanya sepert ini: sebuah organisasi non pemerintah alias NGO bernama "Fighting Impunity" atau melawan impunitas, yang didirikan Panzeri, melakukan lobi di Brussel. Resminya mereka mengejar pelaku kejahatan perang. Versi tidak resminya, mereka bekerja untuk sebuah "negara di Teluk Persia," yang tidak dispesifikasikan oleh kejaksaan Belgia. Di berbagai media, yang disebut-sebut adalah Qatar, di mana turnamen Piala Dunia FIFA baru saja berakhir.

Penyidik Belgia yang sudah mengusut kasus ini sejak setahun lalu, menyita uang tunai 1,5 juta Euro dalam beberapa kali razia. Tuduhan terhadap anggota Parlemen Eropa dan stafnya itu adalah: korupsi, pencucian uang, dan pendirian organisasi kriminal. Dalam pidatonya di depan Parlemen Eropa, Eva Kaili selalu memuji-muji Qatar secara mencolok, dan melakukan pertemuan dengan fungsionaris tinggi dari negara di Teluk Persia itu. Tapi beberapa indikasi juga merujuk ke Maroko.

Griechenland, Athen | Eva Kaili mit ihrem Ehemann Francesco Giorgi
Eva Kaili dan pasangannya, Francesco GiorgiFoto: Apostolis Papanikolaou/Eurokinissi/ANE/picture alliance

Kasus melibatkan lingkaran lebih luas

Semakin jauh penyelidikan dilakukan, semakin terkuak skandalnya merambah ke lingkaran yang lebih luas lagi. Mantan Komisaris Uni eropa asal Yunani, Dimitris Avramopoulos mendapat bayaran 60.000 Euro untuk andilnya sebagai dewan pengawas kehormatan organisasi non pemerintah itu. Tapi Avramopoulos mengatakan, ia sudah ingin menghentikan kerjasama tersebut di awal tahun ini. "Dia hanya ingin bertemu untuk mengobrol dengan seorang kolega Komisaris Eropa di Brussel, bukan untuk melakukan lobby", demikian pernyataan seorang jurubicara Komisi UE.

Para politisi Uni Eropa lainnya, yang juga terdaftar sebagai anggota dewan pengawas NGO itu, juga menyatakan sudah menghentikan kerjasama, dan tidak pernah menerima uang. Tetapi sampai 22 Desember 2022 nama mereka semuanya masih tercantum di situs "Fighting Impunity" sebagai anggota dewan pengawas. Komisi Eropa sendiri menyatakan, mereka tidak mendapat sokongan dana sama sekali, dan tidak tercantum dalam daftar pelobi, karena tidak mencari kontak dengan para komisaris Eropa.

Kaili berkeras menyatakan tidak bersalah

Para pengacara Eva Kaili menyatakan kliennya tidak bersalah. Tetapi karena ada risiko dia akan melarikan diri, atau ada penggelapan kasus, jaksa memutuskan perpanjangan waktu penahanan sampai sebulan. Keterangan lebih terperinci tidak diberikan.

Argumen para pengacara Eva Kaili bahwa anak Kaili yang baru berusia dua tahun memerlukan ibunya di hari Natal, tidak digubris pengadilan, walaupun ayah anak itu, yaitu pasangan Kaili, juga berada dalam tahanan. Sekarang, anak Kaili dititipkan kepada kakeknya, yang diduga bertindak sebagai kurir pengangkut uang dalam skandal korupsi besar ini.

Kebocoran informasi dan dampak politisnya

Seperti dalam cerita film triller politik, rupanya informasi juga bisa bocor di Brussel. Dua koran berhasil mengutip sebagian protokol penyelidikan yang sebenarnya rahasia. Yakini pengakuan bersalah dari para tersangka, tapi tidak seratus persen. .Para pengacara Kaili yang jadi tersangka utama, sekarang mengajukan protes.

Giorgi yang merupakan pasangan Kaili menyatakan diri jadi yang paling bersalah serta memberi kesaksian memberatkan pada orang-orang lainnya yang terlibat, demi meringankan tuduhan terhadap Kaili. Sebaliknya, lewat pengacaranya Eva Kaili menyatakan merasa "dikhianati" pasangannya. dia juga mengaku tidak tahu apa-apa soal uang tunai dalam jumlah besar yang ditemukan polisi di apartemennya, dan dari mana asalnya.

Sejauh ini, pihak berwenang Belgia yang melakukan penyelidikan, tidak menyatakan secara resmi, apa yang jadi dasar utama tuduhan korupsi, dan bagaimana jalannya pencucian uang.. Qatar menampik semua tuduhan, bahwa mereka menyogok politisi Eropa. Seorang diplomat Qatar yang bekerja di Kedutaan Besar di Brussel, tapi tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan,  penyelidikan kejaksaan Belgia bisa berdampak negatif atas bisnis gas dengan Qatar.

Eva Kaili dalam pertemuan dengan Menteri Tenaga Kerja Qatar, Ali bin Samikh Al Marri
Eva Kaili dalam pertemuan dengan Menteri Tenaga Kerja Qatar, Ali bin Samikh Al Marri Foto: Twitter/Ministry of Labour/REUTERS

Reaksi Parlemen Eropa?

Parlemen Eropa mengambil tindakan tegas yang terkesan tergesa-gesa. Eva Kaili dikeluarkan dari presidium parlemen. Fraksi sosial dan Partai Pasok dari Yunani juga mengeluarkan Kaili. Ketua Parlemen, Roberta Metsola, yang berasal dari Malta mengumumkan akan mengadakan reformasi besar-besaran bagi pencatatan kegiatan lobi di Parlemen Eropa.

Selain itu, Parlemen Eropa juga menunda pembebasan kewajiban memiliki visa di Eropa bagi warga Qatar, serta membekukan semua kontak dengan badan dan politisi dari Qatar. Sebagai reaksinya, Qatar melontarkan kritik keras.

Beberapa kepala negara dan pemerintahan Eropa pekan lalu menyatakan keprihatian akibat skandal korupsi dan penyogokan dalam institusi Uni Eropa itu.  Metsola juga menyebut "kemarahan dan kekhawatiran" yang ia rasakan. "Musuh-musuh demokrasi, yang merasakan eksistensi Parlemen Eropa sebagai ancaman, tidak akan berhenti melancarkan aksi." Begitu perkiraan Metsola pada hari penangkapan wakilnya, Eva Kaili.

Ketua parlemen Eropa itu juga menyebut adanya "aktor-aktor jahat, yang punya hubungan dengan negara ketiga dengan pemerintahan otokratis." Para petugas keamanan Uni Eropa sudah lama bekerjasama dengan aparat keamanan Belgia, untuk mengungkap jaringan yang diduga keras bersifat kriminal. Demikian dikatakan Ketua Parlemen Eropa, Roberta Metsola.

Mantan anggota Parlemen Eropa, Antonio Panzeri
Mantan anggota Parlemen Eropa, Antonio Panzeri yang diduga menerima honor 60.000 Euro dari NGO lobi.Foto: Marc Dossmann/EU/European Parliament/AFP

Siapa yang jadi pemeran pendukung?

Dugaan dan tuduhan juga sudah bermunculan terhadap seorang fungsioner serikat pekerja, anggota Parlemen Eropa lainnya, dan 10 orang asisten, yang sebagian besar orang Italia. Penyelidik dan media juga menyoroti organisasi non pemerintah kedua, yang juga didirikan oleh mantan anggota Parlemen Eropa asal Italia, Antonio Panzeri .

Dalam film drama berkualitas tinggi, para penyelidik yang keras kepala dan tidak bisa disogok, biasanya jadi pemeran pendukung yang baik. Dalam realitanya, hakim penyelidik Michel Claise di Brussel adalah tokoh yang menyebabkan kasus memalukan Uni Eropa ini terus bergulir.

Menurut harian "La Libre", dia kerap berani menantang penguasa, dan menggunakan metode yang kontroversial. Pemeran pendukung lainnya adalah Viktor Orban. Dalam skandal Uni Eropa itu, Perdana Menteri Hongaria itu mengusulkan untuk membubarkan Parlemen Eropa yang dipilih secara bebas, agar kepercayaan publik bisa terbentuk kembali. Menurut Orban, semua sistem kontrol gagal. Bagi Orban, sekelompok wakil yang dikirimkan setiap parlemen dari 27 negara anggota Uni Eropa, lebih baik daripada Parlemen Eropa yang dipilih secara bebas.

Hingga pengadilan Belgia membuka proses resmi untuk mengadili Eva Kaili dan konco-konconya, bisa jadi harus menunggu beberapa bulan atau mungkin juga beberapa tahun lagi. Jadi sampai proses itu terjadi, seperti halnya dalam film serial kriminal, ceritanya masih akan bersambung. (ml/as)