1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KriminalitasEropa

Ada Empat Terdakwa dalam Korupsi Parlemen Eropa

12 Desember 2022

Eva Kaili, seorang Anggota Parlemen Eropa (MEP) yang ditangkap pada Jumat (09/12), adalah satu dari empat tersangka yang diduga terlibat dalam kasus korupsi dan pencucian uang yang diduga melibatkan Qatar.

https://p.dw.com/p/4KoRF
Anggota Parlemen Eropa (MEP) asal Yunani, Eva Kaili, resmi ditetapkan sebagai tersangka dalam skandal korupsi di Parlemen Eropa.
Eva Kaili, anggota Parlemen Eropa (MEP) asal Yunani yang resmi ditetapkan sebagai tersangka dalam skandal korupsi di Parlemen EropaFoto: Eric Vidal/AFP

Anggota Parlemen Eropa (MEP) asal Yunani, Eva Kaili, resmi ditetapkan sebagai tersangka dalam skandal korupsi di Parlemen Eropa yang diduga melibatkan tuan rumah Piala Dunia, Qatar, demikian menurut laporan beberapa media.

Bersama dengan tiga terdakwa lainnya, Kaili ditahan pada hari Minggu (11/12) di Belgia.

"Empat orang telah ditangkap oleh hakim investigasi Brussel yang memimpin penyelidikan,” kata kantor kejaksaan federal Belgia dalam sebuah pernyataan.

"Mereka didakwa atas perannya dalam organisasi kriminal, pencucian uang, dan korupsi. Dua orang lainnya telah dibebaskan oleh hakim investigasi,” tambah pernyataan itu.

Pernyataan dari kejaksaan federal Belgia sebenarnya tidak mengungkap identitas empat terdakwa. Tetapi kantor berita AFP dan surat kabar Belgia dengan mengutip sumber dari pengadilan mengatakan bahwa Kaili termasuk di antara mereka yang didakwa.

Selain Kaili, media Belgia menyebut penasihat parlemen Kaili, Francesco Giorgi, dan eks MEP asal Italia, Pier Antonio Panzeri, termasuk di antara mereka yang didakwa. Seorang pelobi asal Brussel, yang juga ditetapkan sebagai terdakwa dan ditahan, tidak disebutkan namanya oleh media Belgia.

Sementara dua orang lain yang dibebaskan, menurut media Belgia adalah ayah Kaili, dan Luca Visentini yang menjabat sekretaris jenderal Konfederasi Serikat Buruh Internasional.

Rumah MEP lain digeledah

Selain rumah Kaili, penyidik juga menggeledah rumah satu MEP lain sehubungan dengan skandal itu pada Sabtu (10/12) malam, kata kantor kejaksaan.

Surat kabar Le Soir yang berbasis di Brussel menyebut anggota parlemen yang rumahnya digeledah itu adalah Marc Tarabella, MEP Sosial Demokrat asal Belgia.

Kaili sebelumnya ditangkap di Brussel pada Jumat (09/12) bersama dengan enam tersangka lainnya. Rumah anggota parlemen berusia 44 tahun itu digeledah setelah ayahnya diduga tertangkap tangan meninggalkan sebuah hotel dengan tas berisi uang senilai €600,000 (setara dengan Rp 9,9 miliar), demikian menurut laporan media Belgia.

Jabatan Kaili sebagai Wakil Presiden dicabut

Menyusul pengungkapan skandal tersebut, jabatan Kaili sebagai wakil presiden parlemen, yang duduk di Brussel dan di Strasbourg, dicabut. Meski begitu, ia masih tetap menjadi anggota parlemen. Kaili telah didesak oleh berbagai pihak untuk mengundurkan diri secara resmi.

Di sisi lain, partai Gerakan Sosialis Panhellenic (PASOK) yang menaungi Kaili telah mengumumkan pemecatan Kaili.

"Menyusul perkembangan terbaru dari penyelidikan otoritas Belgia terkait korupsi pejabat Eropa, MEP Eva Kaili dikeluarkan dari PASOK atas keputusan Presiden Nikos Androulakis,” kata partai politik itu dalam sebuah pernyataan.

Qatar di pusaran korupsi parlemen Eropa?

Kantor Kejaksaan Belgia mengatakan bahwa selama beberapa bulan, mereka telah mencurigai bahwa sebuah negara Teluk – yang diidentifikasi oleh media Belgia sebagai Qatar – telah membayar uang dalam jumlah besar dan menawarkan hadiah kepada orang-orang berpengaruh di Parlemen Eropa.

Kaili baru-baru ini diketahui telah membuat komentar positif tentang catatan hak tenaga kerja di Qatar. Pada 1 Desember lalu, ia dan Tarabella juga diketahui memberikan suara dukungan atas poses liberalisasi visa Uni Eropa (UE) untuk warga negara Qatar, dalam sebuah pertemuan komite parlemen yang ironisnya tidak dihadiri oleh keduanya.

Qatar selama ini telah menghadapi kritik keras atas catatan hak asasi manusianya menjelang Piala Dunia. Pasalnya, ribuan pekerja migran dilaporkan tewas saat membangun infrastruktur, termasuk stadion untuk turnamen tersebut.

Qatar bantah tuduhan pelanggaran

Melalui sebuah pernyataan pada hari Minggu (11/12), Qatar menyebut bahwa pihaknya "dengan tegas menolak setiap upaya yang mengaitkannya dengan tuduhan pelanggaran. Klaim keterlibatan pemerintah Qatar dalam laporan tersebut adalah tidak berdasar dan merupakan misinformasi mutlak.”

Pernyataan itu juga menambahkan bahwa Qatar "bekerja melalui hubungan institusi ke institusi dan beroperasi dengan kepatuhan penuh terhadap hukum dan peraturan internasional.”

gtp/hp (AFP, EFE, dpa)