1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Situasi Honduras Makin Tak Menentu

24 September 2009

Bentrokan antara pihak keamanan dan pendukung Zelaya kembali pecah di ibukota Honduras, Tegucigalpa. Ribuan demonstran mencoba mendobrak barikade polisi untuk menuju kedutaan besar Brasil, tempat Zelaya kini berlindung.

https://p.dw.com/p/Jo6h
Para pendukung Zelaya lakukan demonstrasi di TegucigalpaFoto: AP

Ketegangan di Honduras makin menggawat, dan situasi terancam makin tak terkendalikan. Bentrokan antara ribuan demonstran pendukung presiden terguling Manuel Zelaya dengan polisi dan tentara, menewaskan setidaknya seorang pengunjuk rasa. Seorang korban tewas lagi belum dipastikan apakah terkait demonstrasi itu. Belasan dirawat di rumah sakit. Ratusan orang ditangkap dan diangkut ke sebuah stadion olahraga.

Dari tempat perlindungannya di gedung kedutaan Brasil Presiden terguling Manuel Zelaya menyatakan, yang tewas dalam kerusuhan hari Rabu (23/09), setidaknya sepuluh orang. Ia mengutuk tindakan aparat polisi dan militer, "Kami menyampaikan pesan dialog dan perdamaian, tetapi mereka malah menyambut kami dengan peluru, gas air mata dan penindasan. Kami sedang mengalami penindasan di seluruh pelosok negeri. Mereka memenjarakan rakyat di rumah masing-masing. Bandara-bandara ditutup. Kami menyerukan dilangsungkannya perundingan. Dan jawaban mereka adalah perang. Kami dikepung dan diculik oleh rezim yang melancarkan kekerasan untuk merampas dan menumpas hak-hak dan kebebasan kami."

Zelaya juga mencemaskan kemungkinan pemerintah de fakto pimpinan Roberto Micheletti mengirim tim pembunuh bayaran ke kedutaan Brasil untuk membunuhnya. Menurut Zelaya, tim itu akan merancang peristiwa yang akan membuat kematiannya nanti nampak seakan akibat bunuh diri. Pemerintah de fakto Honduras membantah. Namun mereka terus memblokade kedutaan Brasil, memutuskan aliran listrik dan menjatah pasokan air dan makanan.

Manuel Zelaya muncul di kedutaan Brasil hari Minggu (20/09) secara mengejutkan, setelah hampir tiga bulan lamanya terusir di luar negeri. Presiden Venezuela Hugo Chavez yang sedang berada di Amerikat Serikat untuk Sidang Umum PBB mengatakan, perjalanan Zelaya dari Venezuela ke Honduras dibantu oleh para anggota militer Honduras sendiri. Dalam operasi rahasia itu Zelaya berpindah dari pesawat terbang, lalu bersembunyi dalam bagasi mobil, dan dalam traktor.

Sementara Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva yang kedutaannya jadi tempat pengungsian Zelaya kembali mendesak agar kekuasaan Zelaya dipulihkan. Saat mengikuti sidang umum PBB di New York Lula mengatakan, "Jika dibiarkan, pengambil-alihan kekuasaan tidak sah seperti yang terjadi pada Presiden Honduras Manuel Zelaya akan terus saja terjadi. Kini ia mengungsi di kedutaan Brasil di Tegucigalpa. Masyarakat internasional menuntut agar Zelaya kembali menjalankan pemerintahan. Mayarakat internasional juga menuntut bahwa hak-hak diplomatik kedutaan Brazil di Honduras tidak dilanggar.“

Presiden de fakto Honduras Roberto Micheletti menyatakan siap untuk berunding dengan Manuel Zelaya. Dengan syarat bahwa Zelaya mengakui secara resmi keabsahan pemilihan umum yang akan diselenggarakan November mendatang. Zelaya menuding Pemilu itu sudah diatur, karena diselenggarakan oleh para pelaku kudeta. Pemilu itu sudah dijadualkan sebelum kudeta, sebetulnya. Namun waktu itu Zelaya hendak mengubah konstitusi untuk memungkinkannya kembali mencalonkan diri.

Roberto Micheletti bersikukuh, tak ada perundingan tanpa pengakuan Zelaya atas keabsahan pemilu mendatang. Ia menyadari, pemerintahannya dikucilkan masyarakat internasional, "Saya berusaha untuk terus dekat pada Tuhan. Di samping itu, segala tindakan kami sesuai dan dilindungi konstitusi. Saya percaya bahwa tidak ada negara manapun di dunia ini yang lebih kuat daripada kehendak Tuhan. Kami sendirian di sini, tapi kami akan bertahan."

Ribuan pendukung Zelaya tetap turun ke jalan, khususnya di kawasan sekitar gedung Kedutaan Brazil, kendati pemerintah de fakto hasil kudeta memberlakukan jam malam. Para petugas polisi dan tentara mencoba dengan segala cara untuk mematahkan perlawanan dari pendukung Zelaya. Keadaan makin tak menentu. Pekan ini Organisasi Negara-negara Amerika Tengah OAS akan mengirim tim khusus untuk mengupayakan penyelesaian krisis ini.

GG/HP/Castritius/ afp/rtr