1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Situasi di Honduras Membaik atau Memburuk Setelah Zelaya Pulang?

23 September 2009

Pendukung Presiden Manuel Zelaya, yang kembali ke Honduras secara diam-diam tetap berjuang agar jabatan Zelaya dikembalikan. Zelaya masih berlindung di kedutaan besar Brasil dan militer Honduras semakin tertekan.

https://p.dw.com/p/JmzF
Pendukung Manuel Zelaya berdemonstrasi di depan gedung kedutaan besar Brasil di Tegucigalpa, ibukota HondurasFoto: AP

Honduras dalam situasi darurat. Setelah kepulangan Presiden Manuel Zelaya ke Honduras secara diam-diam, pemerintah interim memberlakukan larangan keluar malam. Hampir tiga bulan Zelaya berada di pengasingan setelah digulingkan. Namun, para penentang kudeta turun ke jalan, terutama pengikut Manuel Zelaya.

Ribuan pengunjuk rasa Selasa kemarin (22/9) berdemonstrasi di depan kedutaan besar Brasil. Militer Honduras melakukan patroli dan jam malam diberlakukan untuk membubarkan para demonstran. Namun Manuel Zelaya tetap berlindung di kedutaan Brasil. Listrik dan air di gedung itu diputus selama berjam-jam. Begitu juga saluran telefon. Karena situasinya semakin genting pemerintah Brasil mengajukan permohonan kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa agar menggelar rapat darurat.

Namun pemerintah interim Honduras menjamin akan menghormati imunitas diplomatik kawasan kedutaan. Ketika militer membubarkan para demonstran yang berada di sekitar kawasan kedutaan Brasil, terjadilah bentrokan sengit. Pengunjuk rasa melempari militer dengan batu, sementara militer menggunakan gas air mata dan peluru karet. Sedikitnya 200 orang ditahan dan sejumlah orang lain cedera. Presiden interim Honduras Roberto Micheletti, yang sejak Juni lalu mengambil alih kepemimpinan di negeri itu memuji militer:

"Walaupun semprotan air sempat digunakan aksi pembubaran demonstran di depan kedutaan Brasil berlangsung normal. Sebuah aksi seperti biasa. Dan untuk itu, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada tentara kita, yakni militer Honduras.“

Micheletti mengatakan, lapangan udara serta perbatasan Honduras ditutup sementara. Yang boleh masuk ke Honduras hanyalah orang-orang tertentu yang memiliki izin dari pemerintah interim. Kemudian pemberlakuan situasi darurat akan diperpanjang, dari 12 jam menjadi 38 jam. Sekolah, pasar dan pabrik tetap ditutup. Bagi kebanyakan warga Honduras aksi ini kelewatan:

"Kami tidak akan memnuhi larangan keluar malam. Kami tetap akan mendukung Presiden Zelaya dan kami akan melakukan perlawanan, agar pemerintah kudeta dibubarkan.“

Dengan kepulangan Zelaya ke Honduras semangat perlawanan pendukungnya menentang kudeta kembali mengobar. Kini pemerintah interim Honduras menawarkan pembicaraan langsung dengan Manuel Zelaya untuk mencarikan solusi politik. Dengan persyaratan Zelaya menerima hasil pemilihan presiden yang akan digelar 29 November mendatang. Di sebuah konferensi pers yang digelar Selasa kemarin (22/9) menteri luar negeri pemerintah interim Carlos Lopez membacakan pernyataan Micheletti yang menyatakan, Micheletti bersedia berbicara dengan Zelaya selama Zelaya mengakui hasil pemilihan presiden nanti."

Anne-Kathrin Mellmann / Andriani Nangoy

Editor: Hendra Pasuhuk