1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemimpin Dunia Mulai Rundingkan Penanganan Krisis Iklim

1 November 2021

Sebanyak 130 kepala negara dan pemerintahan dunia mulai Senin (1/11) bertatap muka selama dua hari dalam KTT Iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia. Mereka diharapkan memulihkan kepercayaan dan menjembatani perbedaan.

https://p.dw.com/p/42Qh8
KTT Iklim  COP26 di Glasgow
Para pemimpin negara hadiri KTT Iklim di SkotlandiaFoto: picture alliance/dpa/AP POOL

Ribuan orang berdiri mengantre untuk masuk ke dalam kompleks KTT Iklim di Kota Glasgow, Skotlandia, di tengah tiupan angin yang membeku Senin (1/11). Di bagian dalam, nama-nama besar politik global menaiki panggung penyambutan dan berpose di depan juru kamera. 

Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, PM Narendra Modi dari India dan Presiden Prancis Emmanuel Macron termasuk yang mendapat sorotan terbesar, di tengah absennya sejumlah kepala negara penting.

Presiden Cina, Xi Jinping sudah lebih dulu menyatakan tidak akan hadir dan hanya akan mengirimkan surat untuk dibacakan selama sesi sidang. Adapun Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan juga urung datang dengan alasan yang tidak diungkapkan.

Dalam pertemuan dua hari itu, para pemimpin dunia diagendakan membahas komitmen terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca dan pembiayaan penanggulangan dampak bencana iklim. Mulai Rabu (3/11), delegasi masing-masing negara dijadwalkan merundingkan butir demi butir kesepakatan secara langsung.

KTT Iklim COP26 sendiri berlangsung hingga Jumat, 12 November mendatang.

"Umat manusia sudah kehabisan waktu untuk memerangi perubahan iklim,” demikian bunyi naskah pidato tuan rumah, PM Boris Johnson yang dirilis Downing Street, Minggu (31/10). "Waktu menunjukkan satu menit jelang tengah malam. Kita harus bertindak sekarang.”

Celah konflik di setiap bait

KTT Iklim kali ini sedianya menjadi ajang evaluasi setelah lima tahun Perjanjian Paris, dan diagendakan untuk memperkuat komitmen penanggulangan krisis iklim.

Namun dalam KTT G20 di Roma, Sabtu (30/11) silam, kelompok negara yang menguasai sepertiga perekonomian dunia sudah lebih dulu gagal menelurkan kesepakatan yang konkret.

Netralitas karbon misalnya ditulis akan dicapai "pada atau sekitar pertengahan abad.” Adapun komitmen menghentikan investasi dana publik untuk proyek batu bara, dibuat tanpa menetapkan target atau tenggat yang jelas untuk menutup pembangkit yang ada.

Potensi silang pendapat juga terdapat pada isu pembiayaan krisis iklim. Menurut Perjanjian Paris, negara-negara industri berkomitmen menyumbang USD 100 miliar per tahun untuk membiayai adaptasi atau penanggulangan dampak perubahan iklim di negara berkembang.

Tapi sejauh ini, dana tersebut belum terpenuhi. Hal ini memicu krisis kepercayaan di antara kelompok negara kaya dan miskin. KTT di Glasgow diharapkan bisa mencairkan ketegangan, dan membuka jalan bagi terwujudnya dana iklim.

Kontribusi negara-negara maju untuk pulihkan kepercayaan

Italia misalnya, Minggu (31/10) umumkan melipatgandakan jumlah uang sumbangan iklim menjadi USD 1,4 miliar per tahun selama lima tahun kedepan. Amerika Serikat pada September silam menyatakan, menambah kontribusinya menjadi USD 11,4 miliar/tahun mulai 2024. Analis mengeluhkan jumlah sumbangan AS jauh lebih kecil dibandingkan kemampuan ekonominya.

Direktur Iklim Uni Eropa, Frans Timmermans, mengatakan dana iklim sebesar USD 100 miliar per tahun sudah termasuk ke dalam agenda prioritas COP26. Dia meyakini, "kita masih punya kesempatan mendapat USD 100 miliar.”

"Akan sangat penting bagi KTT di Glasgow untuk merealisasikan dana iklim, sebagai itikad baik untuk memulihkan kepercayaannegara berkembang,” imbuhnya.

rzn/as (rtr,ap)