1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikIsrael

Eskalasi Kekerasan di Bulan Ramadan Siagakan Israel

8 April 2022

Polisi Israel tewaskan pemuda Palestina yang membunuh dua orang dan melukai belasan lain dalam sebuah aksi penembakan di Tel Aviv, Jumat (8/4) dini hari. Insiden ini adalah yang keempat sejak tiga pekan terakhir

https://p.dw.com/p/49eOn
Polisi Israel memburu tersangka pelaku penembakan di Tel Aviv, Kamis (7/4).
Polisi Israel memburu tersangka pelaku penembakan di Tel Aviv, Kamis (7/4).Foto: Ammar Awad/REUTERS

Selama sembilan jam ratusan aparat keamanan Israel menyisir kota Tel Aviv di darat dan dari udara untuk memburu pemuda Palestina yang pada Kamis (7/4) malam melepas tembakan membabi buta di sebuah bar.

Sebanyak dua orang dikabarkan tewas, sementara lebih dari 10 lainnya mengalami luka tembakan. 

"Tersangka pelaku akhirnya dipergoki tim dinas rahasia Shin Bet  saat bersembunyi di sebuah masjid di kawasan Jaffa, dan dieliminasi menyusul pertukaran tembakan,” ujar Komisioner Kepolisian Tel Aviv, Yaakov Shabtai, dalam keterangan persinya.

Pelaku bernama Raad Azem, warga asal Jenin di tepi barat Yordan berusia 28 tahun. Pelaku diduga bertindak seorang diri. Namun demikian, aksi terornya di Tel Aviv mendapat pujian dari Hamas dan Islamic Jihad di Jalur Gaza. 

Korban luka mendapat pertolongan pertama oleh petugas medis di sebuah restoran di Tel Aviv, Kamis (7/4).
Korban luka mendapat pertolongan pertama oleh petugas medis di sebuah restoran di Tel Aviv, Kamis (7/4).Foto: Jack Guez/AFP

Sebagai reaksi, Perdana Menteri Naftali Bennett memerintahkan "kewaspadaan maksimal di Tel Aviv dan di seluruh negeri, terhadap potensi munculnya insiden lanjutan atau serangan tiruan,” kata dia. "Perang melawan terorisme panjang dan sulit. Tapi kita akan menang.”

Bennett, yang sebelumnya bertemu komunitas intelijen dan keamanan, mengumumkan penutupan pintu perlintasan di dekat kediaman pelaku di kamp pengungsi Jenin. Blokade berlaku untuk semua warga, kecuali perempuan, anak-anak atau lansia yang ingin beribadah di Yerusalem. 

Suasana restoran di Tel Aviv pasca serangan bersenjata oleh seorang pemuda Palestina, Kamis (7/4)
Suasana restoran di Tel Aviv pasca serangan bersenjata oleh seorang pemuda Palestina, Kamis (7/4)Foto: Moti Milrod/REUTERS

Eskalasi di hari Jumat

Dalam dua pekan terakhir, setidaknya 13 warga sipil tewas dalam empat serangan teror. Dua insiden pertama dilakukan warga Arab-Israel yang berbaiat kepada Islamic State. Sementara dua serangan terakhir dilancarkan warga Palestina.

Gelombang serangan teranyar merepotkan dinas rahasia karena para pelaku diyakini tidak mendapat pelatihan atau pasokan senjata dari organisasi manapun. 

Perkembangan ini memicu kekhawatiran terulangnya bentrokan berdarah di Yerusalem pada tahun lalu yang memicu perang di Gaza. Untuk mencegahnya, pemerintah Israel, Yordania dan Otoritas Palestina mengaku sudah berkonsultasi erat sejak beberapa pekan terakhir.

Hari Jumat (8/4) ini, aparat keamanan disiagakan untuk menyambut ribuan warga Palestina yang memenuhi Gerbang Damaskus di Yerusalem untuk menunaikan ibadah sholat Jumat pertama di Bulan Ramadan. 

Warga mengatakan, keberadaan aparat bersenjata berat tidak membantu meredakan ketegangan. "Kami menginginkan Ramadan yang damai, dan mendoakan agar warga bisa merasa aman,” kata pegiat HAM Palestina, Ahed al-Risheq. 

Dia menuduh polisi Israel sengaja ingin memprovokasi ketegangan. "Niat itu jelas terlihat pada perilaku aparat keamanan,” katanya.

Kepolisian sebaliknya melaporkan, setiap malam sekelompok kecil pemuda Palestina datang dari luar Yerusalem dan melemparkan batu ke arah aparat. Sejak awal Ramadan ini, aparat keamanan Israel sudah menahan 36 tersangka pelaku di dekat Gerbang Damaskus.

rzn/as (rtr,afp)