1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikTimur Tengah

Kunjungan Anggota Parlemen Picu Kerusuhan di Sheikh Jarrah

14 Februari 2022

Kerusuhan pecah setelah seorang anggota parlemen Israel yang kontroversial mendirikan “kantor” di Sheikh Jarrah dan meminta aktivis ultranasionalis Yahudi bergabung. Lebih dari 30 orang terluka dalam bentrokan tersebut.

https://p.dw.com/p/46yFB
Pemukim Israel bentrok dengan warga Palestina di Sheikh Jarrah
Penggusuran keluarga Palestina di Sheikh Jarrah telah menyebabkan kontroversi di Yerusalem timur yang mayoritas penduduknya ArabFoto: Ahmad Gharabli/AFP/Getty Images

Bentrokan terjadi di Yerusalem timur pada Minggu (13/02) malam, setelah seorang anggota parlemen yang kontroversial berkunjung dan menyebabkan ketegangan meningkat antara warga Palestina dan aktivis Yahudi ultranasionalis.

Ketegangan terbaru terjadi di lingkungan Sheikh Jarrah, di mana bentrokan tahun lalu meningkat menjadi perang selama 11 hari antara pasukan Israel dan militan Hamas.

Apa yang terjadi?

Polisi Israel mengerahkan meriam air sebagai upaya membubarkan pengunjuk rasa Palestina, termasuk menyemprot mereka dengan air berbau busuk. Pihak berwenang menyebut ada 12 orang ditahan karena "kerusuhan dan kekerasan publik,” di mana ada beberapa di antaranya melempar batu dan menembakkan suar.

Sebuah video di media sosial menunjukkan seorang petugas anti huru-hara menendang pemuda Palestina.

Organisasi kemanusiaan Bulan Sabit Merah melaporkan bahwa setidaknya 31 warga Palestina, termasuk seorang anak, terluka dalam bentrokan dengan pihak berwenang. Seorang reporter kantor berita AFP mengatakan, jika ada seorang petugas polisi terluka.

Mengapa bentrokan pecah?

Ketegangan dimulai setelah sebuah rumah pemukim Yahudi di lingkungan Sheikh Jarrah dibakar pada akhir pekan. Menanggapi kejadian itu, anggota parlemen ultranasionalis Itamar Ben-Gvir mengumumkan akan mendirikan "kantor” bertenda di lingkungan itu pada Minggu, (13/02).

Ben-Giv, seorang politisi sayap kanan yang dikenal karena komentar-komentar pedas tentang orang-orang Palestina, juga meminta pada pendukung ultranasionalis untuk bergabung dengannya.

Itamar Ben-Gvir, anggota parlemen Israel
Ben-Gvir adalah anggota partai sayap kanan Otzma YehuditFoto: Ahmad Gharabli/AFP/Getty Images

Warga Palestina pun berkumpul. Orang-orang Yahudi Israel yang menentang Ben-Gvir juga meminta orang-orang berkumpul di Sheikh Jarrah sebagai bentuk dukungan penduduk Arab di lingkungan itu.

Ketegangan segera memuncak menjadi bentrokan, dengan penentang Ben-Gvir melempar kursi ke kantor tenda daruratnya.

Ben-Gvir yang bermaksud bermalam di lingkungan itu, menyebut polisi Israel melakukan "kebrutalan ekstrem” ke para pengikutnya. Dia juga mencuitkan foto dirinya dari rumah sakit karena pingsan, tetapi berniat kembali ke lokasi kericuhan.

Banyak keluarga Palestina di lingkungan Sheikh Jarrah dan daerah lain di Yerusalem timur mengalami penggusuran oleh kelompok pemukim Yahudi. Ribuan warga Palestina lainnya tinggal di gedung-gedung yang juga menghadapi pembokaran.

Reaksi Uni Eropa

Uni Eropa dengan cepat menanggapi lonjakan ketegangan di Yerusalem timur dan menyerukan bentrokan segera berakhir.

"Insiden kekerasan pemukim, provokasi yang tidak bertanggung jawab, dan tindakan eskalasi lainnya di area sensitif ini hanya memicu ketegangan lebih lanjut dan harus dihentikan,” tulis delegasi UE untuk Palestina di Twitter.

Polisi Israel mengatakan hal itu menunjukkan "toleransi nol” untuk setiap kelompok yang berkontribusi pada kekerasan.

"Polisi Israel akan terus bertindak dengan tekad dan toleransi nol untuk kekerasan dalam bentuk apapun, pelanggaran ketertiban umum, dan upaya melukai petugas polisi atau warga sipil yang melanggar hukum,” kata pihak berwenang dalam sebuah pernyataan.

Otoritas Palestina yang berbasis di Tepi Barat yang diduduki Israel, dengan tajam mengkritik tindakan Ben-Gvir, menyebutnya sebagai "langkah yang mengancam untuk memicu … kekerasan yang akan sulit dikendalikan.”

Kelompok militan Hamas, yang menguasai Gaza, mengeluarkan peringatan atas kerusuhan itu, mengancam "konsekuensi” jika bentrokan berlanjut.

Selama perang 1967, Israel merebut Yerusalem timur, Tepi Barat, dan Jalur Gaza. Israel kemudian merebut Yerusalem timur, yang merupakan rumah dari beberapa situs paling suci dalam agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Aneksasi tidak diakui oleh masyarakat internasional. Palestina mengklaim Yerusalem timur sebagai ibu kota negara masa depan, sementara Israel menganggap seluruh kota itu sebagai ibu kotanya.

rw/ha (AP, AFP)