1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Cina Protes, TNI AL Tetap Tindak Tegas Pelanggar Kedaulatan

20 Juni 2016

Indonesia akan tetap ambil tindakan tegas terhadap kapal-kapal asing yang beroperasi secara ilegal di perairan Indonesia. Penegasan itu diungkapkan pasca protes Cina atas penembakan terhadap kapal nelayannya.

https://p.dw.com/p/1J9kj
Foto: cc-by-nc.-nd/stratman² (2 many pix!)

Juru bicara Angkatan Laut Indonesia Laksamana Pertama Edi Sucipto, hari Senin (20/06) membenarkan, kapal perang Indonesia melepaskan tembakan peringatan kepada sejumlah kapal yang diduga merupakan kapal penangkap ikan Cina di perairan pulau Natuna Indonesia. Salah satu kapal nelayan tersebut beserta ketujuh awaknya ditahan.

Insiden penembakan itu terjadi pada hari Jumat (17/06). Belasan kapal nelayan yang diduga kapal nelayan Cina kedapatan mencari ikan di perairan Natuna. Ketika didekati kapal pengawas TNI AL, kapal-kapal nelayan itu melarikan diri.

"Kami tidak akan ragu-ragu untuk mengambil tindakan tegas terhadap kapal-kapal asing, apa pun bendera mereka dan kebangsaannya, ketika mereka melakukan pelanggaran di wilayah Indonesia," ujar Edi Sucipto.

Wapres Kalla Desak Cina Hormati Hak Teritorial di Natuna

Menyusul aksi penembakan itu, Kementerian Luar Negeri Cina mengeluarkan pernyataan protesnya pada hari Minggu (19/06) dan mengatakan angkatan laut Indonesia telah "menyalahgunakan kekuatan militernya." Salah satu awak kapal Cina dikabarkan terluka.

Di lain pihak, Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta Cina untuk menghormati hak terirorial di Natuna.

Tumpang tindih batas wilayah

Klaim ekspansif Cina di Laut Cina Selatan sebenarnya tidak termasuk kepulauan Natuna yang terletak di di perairan antara Malaysia dan Borneo. Cina mengklaim 90 persenn wilayah perbatasan Laut China Selatan seluas 3,6 juta kilometer persegi. Klaim Cina itu dikenal dengan batas sembilan garis putus-putus.

Meskipun Indonesia tidak masuk ke dalam kategori negara pengklaim dalam sengketa Laut Cina Selatan, klaim batas wilayah itu tumpang tindih dengan zona ekonomi eksklusif di Indonesia di wilayah tersebut yang diakui secara internasional.

Di perairan tersebut, setidaknya terdapat tiga blok eksplorasi minyak dan gas bumi milik Indonesia.

Insiden kesekian kalinya

Insiden hari Jumat (17/06) adalah bentrokan ketiga kalinya sejak Maret silam, ketika
Indonesia mencegat kapal nelayan Cina di sekitar kepulauan Natuna.

Pada bulan Mei lalu, sebuah kapal Indonesia melepaskan tembakan terhadap kapal pukat Cina yang menolak untuk menghentikan penangkapan ikan. Indonesia menahan kapal tersebut berikut delapan awaknya.

ap/as (dpa/rtr/afp/ap)