1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

--

18 Agustus 2011

Kota sebagai inspirasi disain karpet? Disainer David Hanauer mengembangkan motif karpetnya dengan bantuan internet.

https://p.dw.com/p/12JFh
Foto: picture-alliance / dpa

Melihat panorama kota dari sebuah menara atau tempat yang tinggi, biasanya sangat menakjubkan. Semakin tinggi tempat kita berada, semakin kecil pula jalan-jalan, gedung dan rumah yang kita lihat di bawah. Anda juga bisa mencobanya, menilik kota besar yang Anda kenal dengan menggunakan layanan internet „Google Earth“.

Kota itu mungkin terlihat bagai disain teratur dari deretan gedung sekecil semut, atau kutu yang berkumpul dalam lingkaran, segitiga atau persegi, dengan garis abu-abu jalanan, sungai, taman atau danau di antaranya.

Screenshot Haiti Sicht Google Earth
Foto: GoogleEarth

Mengembangkan Motif Baru

Motif kota seperti itu terlihat dalam karpet yang dirancang oleh disainer David Hanauer. Bila hanya dilihat sekilas, mungkin kita tak langsung menyadari bahwa motif-motif yang tampak sebenarnya deretan rumah-rumah. David Hanauer menjelaskan, "Kita tidak terbiasa melihat benda dari atas. Persepsi kita terhadapnya tidak begitu tajam, karena biasanya ketika berjalan kita melihat segalanya dari segi pandang mata horizontal. Jadi kalau tiba-tiba melihat sesuatu dari atas, seringnya kita tidak tahu itu apa.“

Disain karpet yang dibuat oleh David Hanauer bermotif kota perjudian di Amerika Serikat, Las Vegas yang lokasinya di tengah kawasan gurun. Ketika mengerjakannya, Hanauer, disainer berusia 29 tahun itu mencari perspektif pandang dari atas yang sempurna. Baginya ini merupakan upaya untuk memodernisasi sebuah tradisi dan ia menamakan disainnya, Worldwide Carpets.

Deutschland Aufbau der Teppichmesse Domotex in Hannover
Karpet PersiaFoto: picture-alliance / dpa

“Saya ingin memodernisasi karpet Persia. Disain karpet-karpet ini dibangun secara sentralistis, dimana ketiga perempat sisi yang lain merefleksi satu gambar. Jadi foto saya itu difotokopi 3 kali, kemudian dijadikan satu dengan susunan dimana keempat pojok bagian foto yang sama, bertemu ditengah-tengah. Dengan begitu, otomatis akan muncul tampilan karpet Persia“, begitu ungkap David Hanauer yang kuliah di Sekolah Tinggi Disain di Karlsruhe. Karpet yang ia buat, merupakan hasil tugas kuliah. Ia akan menjualnya untuk 400 Euro.

Bercerita mengenai sekolahnya, David Hanauer menuturkan, “Sebenarnya, konsep dasar pendidikan di sekolah ini dibuat sedemikian rupa sehingga mahasiswa cukup bebas dan bisa belajar secara mandiri. Keuntungannya, bila kita ingin maka kita bisa belajar banyak sekali di sini. Tuntutan untuk aktif berkreasi sangat tinggi. Dan semakin banyak kita menunjukkan kreatifitas, semakin kita dihargai oleh universitas“

Sebelum mulai kuliah, David Hanauer belajar menjahit pakaian pada rumah mode „Escada“. Tapi baginya mendisain pakaian tidak cukup menantang. Kreatifitasnya bagai tangan gurita yang merambah kemana-mana. Salah satu karya ujiannya menunjukkan ketertarikannya pada disain mebel.

Dossierbild 1 Hochschule für Gestaltung Karlsruhe
Peluang untuk untuk berkreasiFoto: Evi Künstle, HfG Karlsruhe

Kursi dan meja yang ia rancang berfungsi ganda. "Saya kira sebenarnya bukan bentuk baru yang terlalu perlu, tetapi memikirkan bagaimana fungsinya bisa dikembangkan. Misalnya, bila bentuk kotak sebuah kursi, bagian tempat duduknya dikeluarkan, maka kita akan terpaksa melihatnya kembali dari sisi pandang yang baru. Akan timbul kebiasaan baru dan penggunaan baru di masa depan.“

Lebih Peka Pada Fungsi dan Bentuk Materi

Pemikiran konseptual ini berlaku juga pada disain tempat lilinnya, yang berjudul "Superflux“. Terbuat dari silikon, tempat lilin yang awalnya melengkung ke samping pada saat lilin belum dinyalakan, akan bergerak menjadi semakin tegak, sesuai dengan semakin pendeknya lilin yang menyala.

Apakah tempat lilin itu menjadi lebih berfungsi? Entahlah. Yang pasti, melihat "Superflux“ membuat lebih peka terhadap kemungkinan fungsi dan bentuk sebuah materi. Tantangan untuk memikirkan bagaimana mengerjakannya dengan lebih baik, serta bagaimana langkah selanjutnya segera muncul.

Google Earth: Niagara-Fälle
Google Earth: Air Terjun NiagaraFoto: Google Earth

Di ruang muka gedung kuliahnya, David Hanauer merapikan seri kedua „Worldwide Carpet“ untuk difoto. Kali ini motifnya bukan kota besar, melainkan hutan belantara.

Meski masih kuliah, kumpulan disain ciptaan David Hanauer untuk proyek di sekolahnya banyak yang bisa bersaing dengan karya disainer profesional. Bingkai gambar rancangannya dijual di museum seni rupa modern, MOMA di NewYork.

Menurut dia, “Ini adalah dampak dari usia saya. Sebagai mahasiswa yang bisa dibilang tua, saya mencoba meniti banyak jalan, agar nanti setelah selesai kuliah, saya tidak usah memulai segala sesuatu dari awal. Saya sekarang sudah mulai mencoba, mencari di mana kekuatan karya saya dan apakah nanti saya bisa hidup dari memproduksi karya-karya ini? Atau tidak?“

Karpetnya yang terbaru menghiasi ruang duduk pameran disain DMY di Berlin. David Hanauer ingin sukses, dan siap berjerih payah untuk itu.

Sharon Berkal / Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk