Wisatawan Cina Kembali ke Destinasi Wisata Global
29 November 2023Hampir setahun setelah Beijing menghentikan pengawasan ketat zero COVID, warga Cina kembali memesan perjalanan internasional dalam jumlah besar.
Pada paruh pertama tahun 2023, jumlah wisatawan ke luar negeri dari Cina mencapai 40,3 juta, menurut data statistik resmi. Angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat pada paruh kedua tahun ini. Tapi jumlah itu masih jauh dari 155 juta perjalanan keluar negeri yang dilakukan wisatawan Cina daratan pada 2019, sebelum pandemi corona melanda.
Wisatawan Cina telah memberikan keuntungan besar bagi pariwisata global, karena mereka sering menjadi pengunjung dengan pengeluaran tertinggi di dunia, menikmati hotel mewah, tur, suvenir, dan merek-merek desainer kenamaan.
Pada tahun 2019, wisatawan Cina membelanjakan lebih 255 miliar dolar AS saat berada di luar negeri, menurut konsultan bisnis McKinsey & Company. Angka tersebut hampir dua kali lipat dibandingkan dengan pengeluaran warga Amerika Serikat, dan tiga kali lipat dibandingkan pengeluaran warga Jerman.
Turis sekarang lebih hati-hati berbelanja
Namun kini perekonomian Cina sedang berjuang untuk pulih sepenuhnya dari pandemi. Masa pandemi juga banyak menguras tabungan rumah tangga. Sebuah survei dari London awal November menemukan bahwa jumlah wisatawan Cina yang mengunjungi London hanya berkurang 2% dari angka tahun 2019. Namun pengeluaran mereka turun sebesar 58%, menurut New West End Company, sebuah perusahaan promosi wisata di London.
Karena itu, ada kelompok lobi yang mendesak pemerintah Inggris untuk mengembalikan skema belanja bebas pajak bagi wisatawan non-Uni Eropa, yang dihapuskan pada tahun 2020. Seperti yang berlaku di banyak negara tujuan wisata, wisatawan bisa mendapatkan kembali pajak penjualan barang, yaitu pajak pertambahan nilai (PPN) ketika meninggalkan negara itu. PPN biasanya berkisar antara 14-20 persen harga barang yang dijual.
Namun lembaga riset pasar Tourism Economics memperkirakan, kebijakan itu belum tentu langsung meningkatnya jumlah wisatawan. "Perkiraan peningkatan pendapatan yang berkelanjutan dan munculnya kelas perjalanan berarti bahwa dalam 10 tahun ke depan, kami memperkirakan akan ada tambahan 60 juta rumah tangga Cina per tahun yang ingin melakukan perjalanan, baik di dalam negeri maupun internasional,” kata Dave Goodger, direktur pelaksana untuk Eropa dan Timur Tengah di Tourism Economics, kepada DW.
Motor pertumbuhan sektor wisata
Goodger mengatakan, selama 10 tahun ke depan, wisatawan Cina diperkirakan akan memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan perjalanan jarak jauh ke Eropa dalam hal kunjungan dan pengeluaran, melampaui Amerika Serikat sebagai pasar wisata terpenting.
Meskipun belakangan angka wisatawan meningkat, Tourism Economics menemukan bahwa perjalanan jarak jauh ke destinasi di seluruh Eropa masih 43% di bawah perkiraan sebelum tingkat pandemi. Terutama wisatawan dari Asia, dan khususnya dari Cina, belum banyak yang kembali.
Dave Goodger berpendapat, pemulihan penuh angka wisatawan dari Cina ke Eropa bisa memakan waktu hingga dua tahun. "Kami mengantisipasi volume perjalananCina akan kembali ke level tahun 2019 pada tahun 2025,” katanya kepada DW. "Pemulihan penuh destinasi jarak jauh diperkirakan baru akan terjadi pada tahun 2026, terutama untuk perjalanan ke Eropa, mengingat perang yang sedang berlangsung di Ukraina dan Timur Tengah.”
Data dari lembaga penyedia data perjalanan global OAG menunjukkan, penerbangan dari Cina ke Korea Selatan, Jepang, Hong Kong, dan Taiwan pulih jauh lebih cepat dibandingkan penerbangan ke Prancis, Italia, dan Amerika Serikat, walaupun semuanya masih jauh di bawah tingkat sebelum pandemi COVID.
(hp/as)
Jangan lewatkan konten-konten eksklusif yang kami pilih setiap Rabu untuk kamu. Daftarkan e-mail kamu untuk berlangganan Newsletter mingguan Wednesday Bite.