1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Warga Haiti Mulai Putus Asa

15 Januari 2010

Dunia internasional diberitakan saling berlomba mengirimkan bantuan bagi warga Haiti. tetapi hingga kini, bantuan yang ada sepertinya masih belum maksimal.

https://p.dw.com/p/LWTJ
Cindy Terasme berteriak setelah melihat kaki dari kakaknya yang ditemukan tewas di bawah runtuhan gedung sekolah.Foto: AP

Di malam hari kota Port-au-Prince seperti kota hantu. Kehancuran yang diakibatkan oleh gempa berkekuatan 7 Skala Richter itu tampak jelas walau pun hanya melalui bayangan dari gedung-gedung runtuh, dan puing-puing bangunan. Di siang hari, tampak wajah para korban yang masih selamat. Keputusasaan jelas tergambar di wajah mereka. Ratusan jenazah yang mulai membusuk terlihat di sisi-sisi jalan. Para warga Haiti berusaha menghormati korban yang tewas dengan menutupinya dengan kain atau baju-baju bekas.

Hingga hari Jum'at (15/01) ini pun, masih tampak warga yang membongkar puing-puing gedung dengan tangan kosong untuk mengeluarkan korban yang masih berada di bawahnya. Walau pun dunia internasional telah menjanjikan operasi bantuan besar-besaran, belum tampak adanya alat-alat berat yang bisa memudahkan pekerjaan tersebut. Di mana-mana ditemui warga yang tidak tahu lagi harus berpaling ke mana. "Tidak ada bantuan, tidak ada rumah sakit, tidak ada listrik, tidak ada apa-apa. Tidak ada makanan, tidak ada telepon, tidak ada air. Terlalu banyak korban yang tewas."

Palang Merah Internasional memperkirakan korban yang tewas akibat gempa di Haiti telah mencapai 40 hingga 50 ribu orang. Angka itu akan terus bertambah jika bantuan tidak segera datang ke lokasi yang benar-benar membutuhkannya.

Seorang laki-laki tengah berada di rumah sakit darurat mencari bantuan untuk anaknya yang terluka parah. "Ia berjuang. Tetapi saya butuh bantuan. Tidak ada bantuan sama sekali. Anak saya sekarat. Ia harus segera dioperasi. Mengapa tidak ada yang membantu kami? Sisa keluarga saya, nenek saya, tante saya, mereka sudah saya kubur. Anak saya adalah satu-satunya yang masih saya miliki. Saya akan berjuang bersamanya agar ia bisa bertahan hidup."

Tim penyelamat dengan anjing pelacak yang mulai berdatangan memiliki prioritas untuk mencari korban yang berada di bawah reruntuhan. Mereka harus bekerja dengan cepat untuk menemukan korban yang masih hidup. Di gedung markas utama PBB yang juga rusak akibat gempa, ditemukan tanda kehidupan seorang pekerja PBB asal Estonia. Sampai sekarang ia satu-satunya korban yang masih hidup yang ditemukan oleh tim dari Fairfax County. Sam Gray, salah seorang anggota tim tersebut, mengatakan, "Ini kondisi terparah yang pernah saya lihat. Tentu saja kami senang bisa membantu. Sayangnya, kami tidak akan bisa menyelamatkan semua korban. Tetapi kami akan terus berusaha dan bekerja selama kami berada disini."

Bantuan internasional yang masih terus berdatangan menjadikan bandar udara di ibukota Haiti terlalu padat. Militer Amerika Serikat kemudian mengambil alih pengawasan lalu lintas udara di bandara tersebut. Pemerintah Haiti mengatakan tidak ada tempat yang cukup bagi para petugas untuk membongkar muatan pesawat, sementara pesawat yang harus kembali berangkat tidak memiliki bahan bakar yang memadai.

VLZ/AR/DPAE/APE/AFPE