1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Warga Cina Takut Bahan Makanan Terkontaminasi

21 Juni 2011

Sejak merebaknya epidemi bakteri E.Coli warga Jerman mulai terguncang kepercayaannya terhadap sayuran. Di Cina ketakutan akan bahan makanan terkontaminasi, bagi banyak orang sudah lama menjadi bagian hidup sehari-hari.

https://p.dw.com/p/11gHD
Penggunaan pestisida pada tanaman pertanian di Cina guncang kepercayaan konsumenFoto: AP

Skandal bahan makanan tercemar berulang kali mengguncang Cina. Di ibukota Beijing, sekelompok ibu rumah tangga kini mengambil inisiatif membentuk kelompok sendiri. Mereka menanam sayuran di balkon rumah, atau atap apartemen huniannya, atau dengan menyewa halaman di dekat tempat tinggalnya untuk ditanami.

Di Balkon tingkat dua sebuah bangunan perumahan modern di Beijing, Zhao Chunhong menyirami tanaman sayurannya. Pot berisi sayuran tampak berjajar rapat. Sebelum Zhao masak untuk anak-anaknya ia pergi dulu ke balkon untuk memetik sayurannya. “Kami punyak kol, paprika, terong, ketimun dan lain-lain. Kami makan tergantung musim sayuran apa yang sedang matang. Sekarang ini kol, beberapa hari lagi tomat. Tidak lama lagi kami dapat memetik ketimun.“

Zhao termasuk sekelompok kecil warga Beijing berpenghasilan tinggi, yang karena takut bahan makanan terkontaminasi menanam sendiri sayurannya di balkon atau atap apartemen hunian mereka. Namun jumlah warga seperti itu terus bertambah. "Kami ingin makan bahan makanan tanpa bahan kimia tambahan, tanpa pestisida, tanpa pupuk kimia terlalu banyak. Itu menyangkut kesehatan keluarga saya.“ Kata Zhao.

Keamanan bahan pangan adalah tema besar di Cina. Karena hampir setiap minggu, setiap bulan ada laporan bahan makanan yang tercemar. Di selatan Cina baru-baru ini semangka menjadi berita utama. Petani terlalu banyak memberi hormon pemicu pertumbuhan bagi semangka-semangka. Pada beras terbukti ditemukannya cadmium. Pada kecap ditemukan bahan beracun arsenik. Bahan pemutih pada jamur, zat kimia tambahan pada daging babi, hormon pada unggas dan melamin pada susu bubuk. Pemerintah seolah tak berdaya mengatasi semua itu. Dan baru belakangan ini mengumumkan dijatuhkannya hukuman berat bagi pelanggar ketentuan bahan makanan. Tapi kepercayaan konsumen sudah terlanjur hilang. Karena itulah Liu Yujing satu tahun lalu mendirikan Aliansi Hijau Ibu Rumah Tangga di Beijing.

"Kami hanya memakan bahan makanan organik. Kami tidak dapat mempercayai bahan makanan yang kami beli di supermarket. Kemudian kami mulai menanam sendiri sayuran di balkon dan kebun kami. Tapi itu tidak cukup. Sekarang kami memenuhi kebutuhan sayur, telur dan daging bagi anggota kami dari pertanian bio yang kami awasi sendiri. Tapi koperasi kami kecil, anggota kami kurang dari 100 orang.“

Gerakan ekologis di Cina masih kecil tapi berkembang secara kontinyu. Panutannya adalah ladang-ladang pertanian di timur Beijing. Salah satunya miliki Chen Lijen yang tumbuh menjadi dewasa di Amerika Serikat tapi beberapa tahun lalu pulang kembali ke Beijing.

"Kami tidak memakai pupuk kimia, tidak memakai pestisida, pemusnah gulma atau hormon pertumbuhan. Kami menguji air dan tanah kami. Dan kami memiliki sapi kami sendiri sehingga kami juga dapat memproduksi pupuk sendiri.“

Dengan menarik iuran anggota tahunan Chen baru dapat memask 20 keluarga dengan sayuran organiknya. Di Barat Beijing proyek serupa sudah dapat memasok 270 keluarga. Bahkan orang dapat menyewa tanah dan menanam sayuran sendiri, sesuai dengan peraturan ketat pengelola pertanian biologis. Selama ini proyek-proyek tersebut baru ditujukan untuk kelompok kelas menengah. Pimpinan politik Cina juga memperoleh akses untuk bahan makanan tanpa terkontaminasi bahan kimia. Menurut laporan media di seluruh Cina ada pertanian khusus sayuran dan buah-buahan biologis, yang diawasi dengan ketat dan diproduksi khusus untuk anggota partai komunis Cina.

Ruth Kirchner/Dyan Kostermans

Editor: Agus Setiawan