1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanCina

Virus Penyakit Terbaru Terdeteksi di Cina

Clare Roth
16 Agustus 2022

Penyakit zoonosis terbaru terdeteksi muncul di Cina. Langya henipavirus sudah menginfeksi 35 orang. Apakah virus ini akan jadi ancaman pandemi baru jika menyebar luas?

https://p.dw.com/p/4FYBU
Östliche Felsen-Elefantenspitzmäuse
Tikus bermoncong (Creta figulari circumdari) diduga inang utama penyebar virus terbaru keluarga henipavirusFoto: robertharding/picture alliance

Penyakit zoonosis atau penyakit dari hewan yang ditularkan ke manusia, kini menjadi perhatian serius, setelah pandemi COVID-19 yang diduga virus corona pemicunya melompat dari inang kelelawar ke manusia. 

Kewaspadaan semacam ini tentu bagus. Pasalnya kasus penyakit zoonosis akibat virus terus meningkat. Para peneliti di Beijing Institute of Microbiology and Epidemiology merilis hasil study dalam New England Journal of Medicine awal bulan Agustus ini, yang melaporkan "henipavirus" sudah terdeteksi pada 35 pasien dalam kurun waktu antara 2018 hingga 2021.

Para peneliti mengatakan, penyakit yang disebut "Langya henipavirus" diduga keras ditularkan kepada manusia melalui inang mamalia seperti tikus bermoncong panjang. Tikus ini diketahui sebagai spesies utama yang menjadi inang virus tersebut.

Gejala penyakit dan cara penularan

Pasien yang terinfeksi virus Langya melaporkan gejala demam, lemas, dan batuk-batuk, kehilangan nafsu makan, myalgia, dan mual.

Dalam laporan ilmiah itu disebutkan, para ilmuwan mengamati tidak ada penularan langsung antar manusia. Sejauh ini, risiko tinggi terjadinya transmisi penyakit, hanya di kalangan warga yang melakukan kontak langsung dan berulang dengan tikus moncong panjang ini.

Hampir seluruh pasien yang terinfeksi virus ini adalah petani yang berlokasi di provisni Shandong dan Henan, Cina.

Para peneliti melakukan uji coba, berkontak langsung dengan 9 dari pasien bersangkutan di Cina, dan semuanya negatif alias tidak terinfeksi Langya henipavirus.

"Ancamannya tidak besar, kecuali kita melakukan kontak langsung dengan inang reservoirnya, atau dengan binatang perantara lain,” kata James Wood, Kepala Departemen Kedokteran Hewan di University of Cambridge kepada DW.

"Akan tetapi virus ini merupakan keluarga dekat virus lainnya yang punya kasus fatalitas tinggi pada manusia. Jadi kehati-hatian secara umum tetap penting dan diperlukan,” tambah Wood.

Cegah Penyebaran Virus dengan Mendeteksi dari Air Limbah

Ada virus yang sekeluarga dan lebih mematikan

Para peneliti juga mengakui sampel 9 pasien terlalu kecil untuk menegaskan secara meyakinkan tidak ada transmisi langsung dari manusia ke manusia.

"Jika diamati ada penularan langsung, hal ini akan sangat mengkhawatirkan," kata Jimmy Whitworth, pakar kesehatan masyarakat di London School of Hygiene and Tropical Medicine.

Pasalnya, Langya henipavirus secara genetik mirip dengan henipavirus lainnya, yakni Mojiang henipavirus yang lebih mematikan yang juga ditemukan di Cina tahun 2012 lalu. Saat itu, tiga pekerja tambang di Mojiang di provinsi Yunan, meninggal secara misterius akibat penyakit pneumonia.

Para peneliti kemudian mengambil sampel cairan dari tikus, kelelawar, dan tikus moncong panjang yang bersarang di sekitar pertambangan. Terbukti, tiga ekor tikus menjadi inang virus seperti yang ditemukan pada jasad tiga pekerja tambang Mojiang yang meninggal. Karena itu virusnya disebut Mojiang henipavirus.

Mojiang henipavirus dan Langya henipavirus adalah bagian dari keluarga henipavirus, yang di dalamnya termasuk virus Nipah dan virus Hendra yang tergolong mematikan.

Virus Nipah terutama endemik pada binatang liar di Cina dan India, dan dapat ditularkan oleh manusia.

Sementara virus Hendra endemik pada binatang liar di Australia, tapi tidak ada kasus penularan oleh manusia.

Virus beradaptasi jika menginfeksi spesies baru

Para peneliti juga menemukan inang lain dari Langya henipavirus, yakni anjing dan domba. James Roth, Direktur Pusat Keamanan Pangan dan Kesehatan Masyarakat di Iowa State University menyebutkan, yang dicemaskan saat ini adalah adaptasi virusnya pada spesies baru yang terinfeksi.

"Virusnya bisa beradaptasi pada inang baru, yakni manusia dan mengalami mutasi, hingga mampu menular antar manusia," ujar Roth. Ini bisa terjadi jika virusnya mengubah protein yang bertugas menempel pada sel dan menginfeksinya.

Risiko dari virus baru ini masih sulit dikalkulasi dan diinterpretasikan. Di saat pandemi COVID-19 masih mengancam dan cacar monyet menyebar di mana-mana, orang mulai berhitung bagaimana risikonya bagi diri kita? Pasalnya, kini makin banyak virus zoonosis yang eksis dan melopmat dari satu inang ke inang lainnya.

Mengapa Langya henipavirus layak menjadi tema laporan ilmiah? Karena faktanya ini virus yang baru ditemukan.

"Kapanpun jika salah satu dari virus yang baru muncul ini terdeteksi pada populasi manusia, itu menjadi sesuatu yang harus diwaspadai. Memang tidak semuanya akan menyebar pada proporsi pandemic. Namun, deteksi dini tetap harus dilakukan dan kehati-hatian serta kewaspadaan harus dilontarkan,” ujar Nikolaos Vasilakis, pakar penyakit menular di University of Texas.

(as/ha)