1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Venezuela Usir Diplomat AS

1 Oktober 2013

Presiden Nicolas Maduro memerintahkan pengusiran diplomat tertinggi serta dua staf kedutaan Amerika di Venezuela, dengan tuduhan terlibat dalam perencanaan aksi sabotase bersama kelompok oposisi.

https://p.dw.com/p/19s5g
Foto: Juan Barreto/AFP/Getty Images

Maduro memerintahkan Kelly Keiderling, yang telah memegang jabatan sejak tahun 2011 serta dua diplomat lainnya agar terhitung 48 jam sejak Senin (30/9) meninggalkan negara itu.

“Yankees pulang, keluar dari Venezuela!“ kata pemimpin kiri itu lewat pidato umum, sambil menambahkan bahwa ia telah menginstruksikan Menteri Luar Negeri Elias Jaua agar mengusir ketiga orang Amerika itu.

Hubungan diplomatik AS dan Venezuela berjalan tanpa duta besar sejak 2010, dan membuat Keiderling menjadi diplomat paling senior di Caracas.

Kedutaan AS mengatakan dua diplomat lainnya, Elizabeth Hunderland dan David Mutt, bekerja di bagian misi politik kedutaan.

Pejabat itu mengatakan bahwa kedutaan AS belum menerima surat pemberitahuan resmi mengenai pengusiran tersebut.

Tuduhan konspirasi

Maduro mengatakan para diplomat itu telah mengadakan pertemuan dengan “Kelompok kanan jauh Venezuela“ -- yang ia maksudkan sebagai kelompok oposisi – untuk mendanai para lawan politik pemerintah itu dan “mendorong aksi sabotase atas sistem listrik dan ekonomi“.

Venezuela telah mengalami pemadaman listrik selama bertahun-tahun, dan pemerintah sebelumnya telah menuduh kelompok oposisi merencanakan pemutusan saluran listrik dan sabotase ekonomi.

Awal bulan ini, Maduro menyalahkan oposisi yang dianggap telah menyebabkan kerusakan listrik utama yang menggangu kehidupan 70 persen masyarakat negeri itu.

Venezuela juga telah menghadapi kekurangan persediaan makanan dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya selama beberapa bulan terakhir, yang dikatakan Maduro sebagai bagian dari konspirasi pihak oposisi untuk menyulut protes masyarakat.

“Aksi-aksi pemerintahan Barack Obama tidak berpengaruh,“ kata Maduro menuduh presiden Amerika itu telah ikut mengobarkan sabotase.

“Kami tidak akan membiarkan pemerintah imperialis membawa uang dan melihat bagaimana mereka bisa menutup berbagai perusahaan penting dan memadamkan listrik untuk mematikan semua orang Venezuela.“

Ia mengatakan bahwa pemerintahannya punya “cukup bukti“ tentang tindakan “permusuhan, melawan hukum dan intervensi” dari para pejabat kedutaan AS.

Retorika anti Amerika

Maduro telah mengusir dua atase militer AS pada 5 Maret, beberapa jam sebelum mengumumkan kematian Presiden Hugo Chavez, dan menuduh mereka mendorong “proyek destabilisasi”.

Juni lalu, kedua negara sepakat memulai diskusi yang bertujuan mengembalikan para duta besar ke Caracas dan Washington menyusul terjadinya pertemuan antara Menlu AS John Kerry dengan Menlu Venezuela.

Tapi hubungan kedua negara kembali memburuk setelah duta besar Samantha Power yang kini menjadi duta besar AS untuk PBB menyamakan Caracas dengan “rezim-rezim represif lainnya.”

Presiden Maduro telah meniru retorika anti AS ala Hugo Chavez. Pekan lalu, Maduro membatalkan rencana ikut ambil bagian dalam pertemuan Majelis Tinggi PBB di New York, setelah mengaku bahwa dirinya telah menerima ancaman maut.

Maduro ketika itu mengatakan bahwa ia telah menerima laporan intelijen mengenai dua “provokasi yang sangat serius,” salah satu ancaman itu ”direncanakan atas keutuhan fisiknya” dan ancaman lain itu akan melibatkan kekerasan atas dirinya di New York.

Presiden Venezuela itu juga sempat menyatakan Washington menolak akses pesawat terbangnya untuk melewati wilayah udara AS selama penerbangan ke Cina. Sesuatu yang dibantah oleh Amerika.

ab/hp (afp,ap,rtr)