1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Im Eiltempo zum Ebola-Impfstoff

Brigitte Osterath30 Oktober 2014

Pencarian vaksin Ebola terus dipacu organisasi kesehatan dunia-WHO. Dua preparat sudah diujicoba pada manusia. Tapi tidak ada jaminan epidemi tidak akan makin meluas.

https://p.dw.com/p/1DbVh
Ebolaforschung in Marburg
Foto: picture-alliance/dpa/ Thomas Strecker

Pengembangan obat atau vaksin baru paling tidak perlu waktu 10 tahun. Ini aturan dasar di industri farmasi. Perlu waktu lama untuk mengikuti tahapan riset dasar di tabung reaksi, ujicoba pada binatang hingga studi klinik pada manusia hingga akhirnya vaksin diizinkan beredar.

Kini, dalam kasus wabah Ebola, diduga tidak perlu waktu lama, untuk menemukan vaksinnya. Penyebabnya, para peneliti sudah lama melakukan riset vaksin Ebola, dan sudah mengidentifikasi kandidat yang menjanjikan. Ini juga sudah diuji pada binatang, yakni tikus dan monyet.

Yang kurang adalah uji klinik pada manusia. Dan tahapan itu sekarang sudah dimulai.

Keamanan diutamakan

Organisasi kesehatan dunia (WHO) mulai Januari tahun depan, akan melakukan ujicoba dua jenis vaksin Ebola pada manusia sehat di Afrika Barat. Dua vaksin yang menjadi tumpuan harapan itu diberi nama Okairos AG dan VSV-EBOV. Diperkirakan akan dilakukan 20.000 vaksinasi pada bulan Januari dan pada bulan berikutnya juga jumlah vaksinasi yang sama.

Ebola Impfung in Mali
Ujicoba vaksin Ebola pada manusia di Afrika Barat.Foto: picture-alliance/dpa/Alex Duval Smith

Okairos AG dikembangkan lembaga kesehatan nasional Amerika Serikat bekerjasama dengan industri farmasi GlaxoSmithKline. Vaksin adalah hasil rekayasa virus flu yang berasal dari dari Simpanse yang disisipi gen virus Ebola. Vaksin diproduksi bersama perusahaan Bioteknologi Okairos dan diproduksi di sebuah laboratorium di Roma.

Sementara VSV-EBOV dikembangkan lembaga kesehatan publik Kanada. Vaksin direkayasa dari virus yang dilemahkan yang biasa menyerang hewan dan memicu penyakit Stomatitis vesicularis. Sebuah gen virus ini kemudian diganti dengan sebuah gen Ebola.

Tak ada jaminan sukses

WHO Assistant Director General for Health Systems and Innovation, Marie Paule Kieny
Marie Paule Kieny wakil sekjen WHOFoto: Getty Images

Walau cukup menjanjikan, namun WHO juga mengingatkan, masih banyak pertanyaan terkait kandidat vaksin yang belum terjawab. Wakil sekretaris jenderal WHO, Marie-Paule Kieny menegaskan :"Ada kemungkinan vaksin gagal. Walau kedua kandidat vaksin sudah diuji coba pada binatang, dan terbukti ampuh, ini bukan berarti vaksinnya juga otomatis ampuh pada manusia."

Para pakar kesehatan juga memperingatkan, pengerahan vaksin saja tidak akan dapat mencegah penyebaran wabah. Karena diperkirakan, jumlah dosis vaksin pada tahapan pertama, tidak akan dapat memenuhi permintaan warga yang memerlukannya di kawasan wabah.

Terlepas dari pesimisme itu, WHO mengumumkan, vaksinasi pertama akan difokuskan kepada para petugas bantuan penanggulangan Ebola di kawasan wabah. "Merekalan yang paling terancam penularan virus", ujar wakil sekjen PBB menambahkan. Sejauh ini sudah 200 petugas pusat penanggulangan Ebola meninggal akibat virus mematikan.

Senada dengan WHO, organisasi bantuan kesehatan "Doctors Without Bordes" juga mengimbau industri farmasi, agar terus menggenjot produksi vaksin Ebola. Karena vaksinasi, walaupun tidak optimal, tetap dapat mengurangi laju penularan saat ini dan di masa depan bisa mencegah pecahnya wabah.