1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Utusan PBB untuk Afghanistan: Ubah Strategi atau Gagal!

7 Januari 2010

Utusan khusus PBB untuk Afghanistan, Kai Eide, menyampaikan usulan strategi di Afghanistan kepada DK PBB.Eide mengingatkan bahwa jika strategi di Afghanistan tidak direvisi, dikhawatirkan misi internasional gagal.

https://p.dw.com/p/LNfj
Utusan khusus PBB di Afghanistan, Kai Eide.
Utusan khusus PBB di Afghanistan, Kai Eide.Foto: AP

Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Afghanistan, Kai Eide, melaporkan kepada Dewan Keamanan bahwa dirinya sangat khawatir terhadap perkembangan di Afghanistan. Dikatakannya, misi internasional memerlukan strategi baru yang lebih berfokus pada aspek masyarakat sipil ketimbang aspek militer.

Ditambahkannya, "Strategi transisi ini, seperti yang juga ditekankan oleh Sekretaris Jenderal, harus meliputi bidang sipil penting, pembentukan sistematis institusi masyarakat sipil yang memungkinkan pemerintah melayani warganya, dan pembangunan ekonomi Afghanistan yang memungkinkan mendanai pelayanan ini ketika bantuan internasional dikurangi. Jika kita dalam strategi peralihan tidak menangani aspek sipil seserius aspek militer, maka kita akan gagal. Apa yang kita perlukan adalah strategi yang berorientasi politik, bukan militer. Dan sejak lama, terdapat konsensus, atau setidaknya dalam retorika, bahwa konflik ini tidak dapat diselesaikan secara militer."

Kekhawatiran itu disampaikan Eide, meski PBB sudah meraih prestasi di Afghanistan dalam hal pembangunan di bidang pendidikan, pelayanan kesehatan dan pembangunan fisik gedung.

Saat ini, menurut pengamatan Eide, warga Afghanistan sudah tidak sabar terhadap negara donor dan negara yang mengirimkan pasukannya. Dikatakan Eide, masyarakat kesal karena harapan mereka belum terpenuhi.

Eide, yang akan meletakkan jabatannya bulan Maret mendatang, juga memaparkan kesulitan yang dihadapi pasukan Afghanistan dan pasukan pimpinan NATO dalam menindak kelompok perlawanan yang semakin kuat.

"Jika kecenderungan negatif ini tidak diperbaiki, terdapat risiko akan tidak terkendali," demikian Eide menambahkan.

Utusan khusus PBB untuk Afghanistan Kai Eide juga mendesak diciptakannya perdamaian dan rekonsiliasi antara pemerintah di Kabul dengan kelompok perlawanan. Diplomat asal Norwegia itu menekankan, proses rekonsiliasi harus segera dimulai dan menjadi bagian penting dari agenda politik Afghanistan. Proses rekonsiliasi itu harus berdasarkan konstitusi Afghanistan, dilakukan oleh Afghanistan dan milik Afghanistan. Baru jika kelompok perlawanan ikut andil dalam proses rekonsiliasi ini, ada prospek penarikan mundur pasukan asing dari Afghanistan.

Eide juga menekankan bahwa kelompok perlawanan di Afghanistan harus berani meninggalkan masa lalu dan merangkul masa depan dan kemajuan yang sudah dicapai di negaranya.

Eide mengatakan bahwa strategi peralihan di Afghanistan yang berorientasi politik juga harus disepakati dalam konferensi internasional untuk Afghanistan di London akhir Januari mendatang.

Eide mengingatkan bahwa penugasan militer ISAF pimpinan NATO tidak mempercepat upaya pembangunan pemerintahan dan ekonomi Afghanistan. Selain itu, "Penugasan militer tidak boleh menyepelekan pentingnya sasaran sipil dan perkembangan strategi berorientasi politik."

Bulan Maret mendatang, Eide akan meletakkan jabatannya setelah dikritik ketika menangani pemilihan presiden Afghanistan yang diwarnai kecurangan.

NATO dan Amerika Serikat saat ini menugaskan 133 ribu serdadunya di Afghanistan untuk memerangi kelompok Taliban, yang melebarkan kekuatannya di kawasan utara dan timur yang dulunya aman. Tahun ini 40 ribu prajurit tambahan AS dan NATO tiba di Afghanistan.

LS/HP/rtr/afp