1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Upaya UE Integrasikan Masyarakat Gipsi

10 April 2007

Masalah integrasi yang dihadapi Uni Eropa tidak hanya menyangkut para imigran, tapi juga proses integrasi kelompok minoritas yang tinggal di kawasan tersebut. Apalagi ini menyangkut masyarakat Gipsi yakni Sinti dan Roma, yang merupakan kelompok minoritas terbesar di Eropa.

https://p.dw.com/p/CTBP
Salah satu keluarga Gipsi di Bulgaria
Salah satu keluarga Gipsi di BulgariaFoto: AP

Masyarakat Roma diperkirakan berjumlah 12 juta orang dan pada umumnya tinggal di Eropa Tenggara. Sebagian besar di Rumania, menyusul Bulgaria. Tapi kehidupan mereka baik di Albania, Serbia, Makedonia atau di manapun juga termasuk di Jerman hampir sama. Kekerasan, kemiskinan dan kehidupan yang terisolir menjadi ciri khas kehidupan masyarakat Roma. Situasi menyedihkan terpaksa dialami anak-anak kelompok minoritas terbesar di Eropa ini. Ratusan ribu tinggal di kawasan ghetto dan kumuh di pinggiran kota. Sebagian besar tidak memiliki wc ataupun kamar mandi. Mereka juga kekurangan makanan dan tidak punya uang untuk pergi ke dokter. Syarat utama agar dapat keluar dari lingkaran kemiskinan seperti itu adalah pendidikan. Tapi peluang tersebut hampir tidak mereka miliki.

Kondisi yang pelik karena di satu sisi masyarakat Gipsi kurang mendapat dukungan secara politis. Di sisi lain adanya tuduhan yang sudah mentradisi, dimana anak-anak orang Gipsi dicap kriminal. Tuduhan yang tidak terbukti, demikian menurut Wolfgang Benz, pakar yang meneliti situasi anak-anak Gipsi di Jerman di pusat studi di Berlin

“Orang akan segera berpikir, terdapat setumpuk kasus hukum terhadap anak-anak Gipsi yang meminta-minta dan mencuri. Tapi di pengadilan dan pada data statistiknya tidak ada daftar tentang kasus tersebut.”

Di Jerman terdapat sekitar 70 ribu warga Sinti dan Roma dengan paspor Jerman. Dari jumlah itu sekitar dua pertiganya merupakan pengungsi dari bekas Yugoslavia dan hanya boleh menetap sementara di Jerman. Ini berarti setiap saat mereka dapat diminta meninggalkan negara tersebut. Padahal banyak anak-anak yang lahir di Jerman dari orang tua yang di daerah asalnya mengalami kehidupan berat. Demikian disampaikan Reinhard Schlagintweit dari UNICEF cabang Jerman

„Banyak desa-desa yang dibakar, ratusan ribu orang Gipsi diusir, kehilangan tempat pekerjaan. Warga Gipsi terpaksa tinggal di perkampungan kumuh, di kawasan yang padat. Dan mereka tetap tinggal di kawasan itu hingga sekarang.“

Upaya meningkatkan proses Integrasi warga Gipsi di tingkat lokal dan mengubah cara pandang masyarakat terhadap mereka. Inilah tujuan program integrasi masyarakat Gipsi yang dimulai tahun 2003 lalu oleh organisasi internasional “Partners for democratic Change.” Program yang dijalankan di Ceko, Slowakia dan Hungaria itu berakhir bulan lalu. Apa sebenarnya program tersebut?

Sebuah kawasan rumah susun di kota Chomutov, sebuah kawasan di utara Ceko. Antara dua keluarga warga Gipsi dan sebuah keluarga non Gipsi terlibat sengketa sejak beberapa tahun. Perselisihan yang bersumber dari suasana berisik dan kekotoran, yang kemungkinan besar ditimbulkan keluarga Gipsi. Pertengkaran sudah meruncing sedemikian rupa. Tapi kemudian pihak penasehat kota Chomutov turun tangan dalam upaya melerai sengketa. Ini adalah bagian dari inisiatif lokal yang termasuk program proses integrasi warga Gipsi di Ceko, Slowakia dan Hungaria. Tomas Habart adalah ketua program itu di Ceko

“Kami terutama berupaya mendorong kerjasama antara pihak pemerintah, berbagai organisasi dan semua institusi yang berkecimpung di bidang integrasi masyarakat Gipsi. Selain itu didirikan dewan penengah untuk pencegahan konflik.”

Dewan penengah ini terdiri dari mereka yang mendapat pendidikan khusus di bidang media dan penyelesaian konflik. Dalam pertengkaran antara keluarga yang bertetangga di Chomutov, dewan penengah memberi kesempatan kepada semua pihak untuk menyampaikan posisi dan pendapatnya. Sengketa itu akhirnya dapat diselesaikan dengan ditandatanganinya suatu kesepakatan oleh semua penghuni rumah susun. Yang mewajibkan mereka bersama-sama menyelesaikan pekerjaan rumah tangga di lingkungan tinggal mereka. Program integrasi masyarakat Gipsi yang berlangsung 4 tahun itu tidak hanya terbatas di tingkat lokal, diterangkan lebih lanjut oleh Tomas Habart

“Kami juga bekerja di tingkat nasional. Misalnya kami menggelar konferensi bersama, dimana kami bertukar pengalaman dengan kegiatan regional lainnya. Kami juga mengorganisasi kampanye media guna memerangi tuduhan negatif terhadap kaum Gipsi. Salah satu bagian penting dari program ini adalah penyaluran redaktur warga Gipsi ke perusahaan media massa. Seperti ke stasiun televisi dan radi Ceko. Selanjutnya juga ke harian Mlada fronta Dnes.“

Salah seorang pemuda Gipsi yang sudah mengumpulkan pengalaman di bidang jurnalistik adalah David Tisr

“Saya ikut ambil bagian dalam program integrasi kerja praktek di media warga Gipsi dan bekerja di stasiun televisi Ceko. Program itu menurut saya cukup berhasil. Sedikitnya tiga orang mendapat tawaran untuk terus bekerja di media tersebut. Saya termasuk salah satu dari mereka dan sekarang bekerja pada dua rubrik siaran televisi sebagai reporter.”

Bagi David Tisr program integrasi di bidang media ini sangat penting bagi perbaikan citra warga Gipsi di kalangan masyarakat.

“Tidak lagi terdengar omongan anak perempuan keluarga Gipsi di sebelah mencuri. Melainkan dibicarakan ia sekarang bekerja di televisi.”

Itulah yang diharapkan di masa depan.